Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Rabu, 19 Agustus 2015

MENENGOK JEMBATAN TUA DI METRO UTARA.

Jembatan Grenjeng 

Bisa jadi, areal persawahan, ladang dan pemukiman masyarakat yang dianggap biasa oleh sebagian orang adalah hal menarik dan layak di kunjungi oleh pihak yang menyukai kawasan alami.
Begitulah sekiranya yang terjadi pada saya, mas Yopie, Mas Teguh, Derry dan Jamal, kala kami berniat meng-eksplorasi keunikan Kota Metro. Memang, meng-eksplorasi sebuah kawasan tak cukup hanya satu hari saja. Terlebih kawasan Kota Metro yang memiliki beberapa Spot menarik untuk di kunjungi. Tapi setidaknya siang itu, penasaran kami terjawab.

Berbekal keingintahuan tentang sebuah jembatan tua yang masih tegak kokoh hingga kini. Jembatan Grenjeng - namanya. Lokasinya ternyata tidak semudah yang saya duga. Sungguh sebuah kawasan layak kunjung di ujung Metro Utara yang tak pernah saya ketahui sebelumnya. 
Bahwa di Kota Metro juga ada banyak bangunan peninggalan Pemerintah Belanda, saya tahu itu. Tapi untuk urusan jembatan, bendungan dan beberapa prasasti atau tugu peninggalan kekuasaan masa Belanda tidaklah saya tahu sebelum mas Yopie mengisahkan dalam perjalanan menuju kota Metro. Terlebih lokasi persis keberadaannya. 

Dengan panduan owner Bejo's Milk dan beberapa anak muda kreatif di kota Metro, saya dan rekan rekan di ajak menyusuri bagian Metro Utara. Melalui banyak tipe jalan dari pusat kota Metro hingga masuk dalam kawasan ramai penduduk lengkap dengan tampilan aktivitas khas masyarakat Metro. Sebagai wilayah huni yang cukup ramai, kota Metro masih memiliki banyak kawasan perkebunan dan persawahan. 

Bubu-bubu penjerat ikan dan belut rawa


Dan setelah berkendara lebih kurang 30 menit dari kafe Bejo's Milk, kami tiba di sebuah kawasan perkebunan yang di belah oleh sungai kecil berwujud rawa dengan hamparan enceng gondok nyaris memenuhi permukaan air. Sebuah jembatan kokoh dengan bentuk persegi layaknya jembatan tua pada umumnya. Tapi yang membedakan adalah dua bentuk lekuk lingkaran pada bagian bawah jembatan yang dahulunya berfungsi sebagai pengontrol arus air yang juga dapat jadi bagian dari irigasi perkebunan dan persawahan di sekitarnya. Tentu saja kini fungsi bagian bawah jembatan tak lagi semaksimal dahulu, dikarenakan debit air yang tak lagi sederas masa itu. Bisa jadi proses ladang berpindah yang menjadi ciri kehidupan masyarakat  kala masa peradaban serta proses buka lahan hunian menjadikan kondisi volume air tak setertib dahulu. 
Aaahhh.... Lupakan sejenak sebab akibat dalam siklus kehidupan. 



Bagi saya pribadi, melihat secara langsung kondisi Jembatan Grenjeng lengkap dengan lingkungan perkebunan yang asri menjadi kesenangan tersendiri. Di beberapa bagian pinggir sungai yang terlihat bak rawa rawa itu terpasang banyak bubu-bubu ; semacam alat penjerat ikan dan belut rawa yang terbuat dari bambu. Tapi yang membuat saya antusias adalah suasana asri sekitar jembatan bagai bingkai alam negeri dongeng - terlihat hijau dipandang mata. Berhias jajaran rimbun pohon Rengas yang bertengger gagah di pinggiran rawa, bersanding mesra dengan enceng gondok berbunga jingga muda dan ragam tanaman rambat benalu lainnya. Bak hamparan permadani berwarna hijau. Saking antusiasnya mengabadikan moment, saya terjerembab dalam kubangan rawa!. Lumayanlah terkena lumpur yang melekat akrab di kaki dan celana panjang sore itu, anggap saja oleh oleh ...hahahahaha. Beruntung seorang rekan - Admin @InfoKotaMetro mengingatkan saya dan rekan rekan lain untuk berhati-hati, mengingat konon pada rawa rawa dimana lokasi kami berada asik mengabadikan moment, masih terdapat buaya yang sewaktu waktu bisa saja muncul karena kehadiran sosok manusia. Untunglah kami tak berjumpa buaya meski lalu lalang di areal pinggiran rawa mengabadikan banyak hal menarik dalam pandangan mata.

tebaran enceng gondok berbunga ungu muda
view alami sekitar lokasi Jembatan Grenjeng

Sebuah sore yang menyenangkan tak hanya terjadi di areal jembatan Grenjeng saja tapi kami juga berkesempatan mendatangi kawasan jembatan gantung yang juga warisan dari Pemerintah Belanda dengan kondisi yang masih kokoh. Berfoto dan merasakan kondisi jembatan gantung tak ayal membuat kami senang. Budaya publish photo di sosial media dengan objek photo yang tak biasa membuat saya dan rekan rekan berlomba mengambil sudut photo terbaik. Termasuk pepohonan dan areal perkebunan jagung si sekitar jembatan gantung. Meski lagi lagi saya terganggu dengan aksi corat coret para  sosok tak bertanggungjawab yang mengabadikan namanya di bagian tiang jembatan gantung yang jika saja di pelihara dengan baik, bukan tidak mungkin Jembatan Grenjeng dan Jembatan Gantung yang kami kunjungi sore itu dapat jadi objek kunjungan para penyuka wisata alami dan pencinta photography. Dan itu bukanlah hal mustahil karena selain kehadiran kami, nampak beberapa sosok remaja yang berdatangan di areal jembatan gantung dan melakukan aktivitas pemotretan. Karena menciptakan kawasan wisata layak kunjung tak hanya melulu suasana hiruk pikuk perkotaan dengan fasilitas wisata memadai dan serba modern, tetapi suasana alami berwujud desa wisata atau ragam bangunan dengan kandungan sejarah yang terjaga pun adalah potensi wisata yang bisa di kembangkan. 




Jembatan Gantung

0 comments :

Posting Komentar

Scroll To Top