Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Rabu, 07 Februari 2024

TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS - WISATA ALAM YANG KINI DENGAN KONSEP BARU



Buat kamu yang suka wisata ke Taman Nasional tentu sudah tak asing dengan Taman Nasional Way Kambas. Meski belakangan sempat tutup imbas Covid-19, kini kembali dibuka untuk umum dengan konsep baru.

Saya menyempatkan tandang ke bagian dalam kawasan Taman Nasional Way Kambas yang merupakan bagian dari area Pusat Latihan Gajah (PLG) setelah bertugas memandu acara Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-18 Satuan Polisi Kehutanan Reaksi Cepat (SPORC) pada 17 Januari 2024 lalu yang berlangsung pada bagian depan dari pintu masuk utama area Taman Nasional Way Kambas.  Dengan capaian luas  125.631.31 hektar, Taman Nasional Way Kambas memiliki beberapa bagian. Selain sebagai tempat wisata alam TNWK juga merupakan kawasan konservasi beberapa satwa langka dan pelestarian alam.

Maka siang itu seusai bertugas memandu acara, saya, Olive – partner ngMC saya dan beberapa rekan Muli Mekhanai Bandar Lampung mendatangi bagian dalam dari TNWK. Meski sudah beberapa kali berkunjung ke TNWK, saya pribadi tak pernah bosan. Terlebih ingin merasakan konsep baru untuk wisatawan umum yang ingin tandang ke TNWK.

 

 Setelah dibuka kembali pada 20 Desember 2023 lalu, TNWK memiliki konsep baru bagi wisatawan yang ingin berkunjung dan berwisata dalam TNWK. Konsep  baru tersebut lebih pada menjaga kelestarian alam untuk pariwisata berkelanjutan dan keterlibatan masyarakat sekitar.  Jadi setiap pengunjung yang dating wajib melalui 3 Rest Area yang terdapat pada desa penyangga atau desa yang dekat dengan kawasan TNWK. 3 desa penyangga tersebut adalah Labuhan Ratu 6, Labuhan Ratu 7 dan Labuhan Ratu 9. Jadi seluruh kendaraan pengunjung tidak diperkenankan sampai pada lokasi Pusat Latihan Gajah sebagaimana aturan sebelumnya. Tetapi di taruh pada Rest Area di 3 desa penyangga tersebut. Setiap pengunjung wajib membayar tiket masuk sebesar Rp. 40.000 dengan rincian, Rp.5.000 (harga tiket Weekday) Rp.7.500,- (harga tiket masuk weekend) dan sisanya menjadi pengelolaan koperasi desa dari 3 desa penyangga. Dari harga tiket masuk sebesar Rp. 40.000 tersebut termasuk pula harga parkir kendaraan pengunjung di Rest Area dan biaya pengunjung masuk ke dalam kawasan Pusat Latihan Gajah (PLG) menggunakan kendaraan roda empat terbuka yang disebut warga lokal ; mobil odong odong. Jadi secara harga tiket masuk tidak ada kenaikan hanya saja nilai tiket lebih pada keterlibatan masyarakat sekitar desa penyangga yang di kelola oleh koperasi desa.

 


Melalui konsep baru, berwisata ke TNWK tidak lagi mengetengahkan atraksi gajah tunggang meski pengunjung masih dapat berinteraksi dekat dengan gajah melalui aktivitas  member makan hingga memandikan gajah secara langsung yang tentu saja pengunjung wajib membayar sejumlah biaya untuk paket tambahan tersebut. Seperti halnya rekan-rekan Muli Mekhanai Bandar Lampung waktu itu yang ingin berpose akrab dengan gajah wajib membayar Rp. 20.000 per orang. Yang tentunya dengan pendampingan pawang gajah demi keamanan dan keselamatan pengunjung. Begitu pula dengan aktivitas memandikan gajah secara langsung pengunjung dikenakan biaya Rp.20.000 per orang untuk dapat berinteraksi akrab memandikan gajah secara langsung.


 


Konsep baru dari wisata ke Taman Nasional Way Kambas ini membuka kesempatan pada masyarakat sekitar untuk membuka peluang usaha berupa paket wisata hingga menyewakan hunian mereka sebagai homestay bagi wisatawan. Mengingat ada banyak potensi wisata alam yang tersedia di sekitar kawasan Way Kambas. Diantaranya wisata susur sungai hingga mengamati hewan hewan khas tropis lainnya. Selain aktivitas masyarakat desa penyangga TNWK yang tak kalah menarik untuk disimak secara langsung.  Maka jika harga tiket Rp.40.000/orang dirasa mahal maka pengunjung perlu memahami konsep wisata ke kawasan Taman Nasional.  Karena sejatinya konsep wisata ke kawasan Taman Nasional tak sama dengan konsep berwisata ke taman rekreasi buatan lainnya tetapi wajib menjadi bagian pelestarian lingkungan dan menjaga ekosistem alam dalam kawasan Taman Nasional.

rekan-rekan Muli Mekhanai Bandar Lampung (IMKOBAL)

OLive - my MC Partner


 

SEJARAH TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS

 

Sejarah Taman Nasional Way Kambas adalah satu dari dua kawasan konservasi yang berbentuk taman nasional di Propinsi Lampung selain Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 670/Kpts-II/1999 tanggal 26 Agustus 1999, kawasan TNWK mempunyai luas lebih kurang 125,631.31 ha.

Secara gaeografis Taman Nasional Way Kambas terletak antara 40°37’ – 50°16’ Lintang Selatan dan antara 105°33’ – 105°54’ Bujur Timur. Berada di bagian tenggara Pulau Sumatera di wilayah Propinsi Lampung. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas dan Cabang disisihkan sebagai daerah hutan lindung, bersama-sama dengan beberapa daerah hutan yang tergabung didalamnya.

Berdasarkan sejarah Pendirian kawasan pelestarian alam Way Kambas dimulai sejak tahun 1936 oleh Resident Lampung, Mr. Rookmaker, dan disusul dengan Surat Keputusan Gubernur Belanda tanggal 26 Januari 1937 Stbl 1937 Nomor 38.
Pada tahun 1978 Suaka Margasatwa Way Kambas diubah menjadi Kawasan Pelestarian Alam (KPA) oleh Menteri Pertanian dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 429/Kpts-7/1978 tanggal 10 Juli 1978 dan dikelola oleh Sub Balai Kawasan Pelestarian Alam (SBKPA).

Kawasan Pelestarian Alam diubah menjadi Kawasan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) yang dikelola oleh SBKSDA dengan luas 130,000 ha. Pada tahun 1985 dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 177/Kpts-II/1985 tanggal 12 Oktober 1985. Pada tanggal 1 April 1989 bertepatan dengan Pekan Konservasi Nasional di Kaliurang Yogyakarta, dideklarasikan sebagai Kawasan Taman Nasional Way Kambas berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 444/Menhut-II/1989 tanggal 1 April 1989 dengan luas 130,000 ha.

Kemudian pada tahun 1991 atas dasar Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor 144/Kpts/II/1991 tanggal 13 Maret 1991 dinyatakan sebagai Taman Nasional Way Kambas, dimana pengelolaannya oleh Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Way Kambas yang bertanggungjawab langsung kepada Balai Konsevasi Sumber Daya Alam II Tanjung Karang. Dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 185/Kpts-II/1997 tanggal 13 maret 1997 dimana Sub Balai Konsevasi Sumber Daya Alam Way Kambas dinyatakan sebagai Balai Taman Nasional Way Kambas.

Sejarah Alasan ditetapkannya kawasan tersebut sebagai kawasan pelestarian alam, adalah untuk melindungi kawasan yang kaya akan berbagai satwa liar, diantaranya adalah tapir (Tapirus indicus), gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), enam jenis primata, rusa sambar (Cervus unicolor), kijang (Muntiacus muntjak), harimau Sumatera (Panthera tigris), beruang madu. Badak Sumatera pada saat itu belum ditemukan sehingga bukan sebagai salah satu pertimbangan yang dipergunakan sebagai dasar penetapannya.
Namun demikian, setelah ditetapkannya sebagai kawasan suaka margasatwa hampir selama dua puluh tahun, terutama pada periode 1968 – 1974, kawasan ini mengalami kerusakan habitat cukup berat, yaitu ketika kawasan ini dibuka untuk Hak Pengusahaan Hutan, kawasan ini beserta segala isinya termasuk satwa, banyak mengalami kerusakan.
Dari jenis satwa tersebut, sampai dengan saat ini keberadaannya masih terjaga dengan baik, antara lain yang dikenal dengan The Big Five mammals yaitu tapir (Tapirus indicus), gajah Sumatera (Elephant maximus sumatranus), harimau Sumatera (Panthera tigris), badak Sumatera (Diserohinus sumatranus) dan beruang madu (Helarctos malayanus).


Wisatawan bisa interaksi sedekat ini dengan Gajah Gajah di Way Kambas.


Rabu, 03 Januari 2024

MENANDAI AWAL 2024

Indra Pradya MC Lampung


SELAMAT DATANG 2024.

Tahun baru datang dengan jutaan harapan terpampang.

Tahun 2023 memberi banyak kesan, pelajaran bahkan kesempatan-kesempatan baru yang tak pernah terfikirkan bakal terjadi sebelumnya.  Perjalanan berliku penuh kisah terukir selama 2023. Mulai dari perjuangan karier, pasang surutnya semnagat hingga di anggap remeh oleh mereka yang merasa lebih hebat meski tak ada bukti hebatnya.

 

2024, pingin lebih rutin menulis. Mengisi BLOG yang rasanya lumayan berlumut dan sedikit redup. Bukan karena tak jalan-jalan sebagai travel blogger. Tapi hasrat menulis itu berkurang dengan kerapnya menggarap konten pesanan yang cukup terpajang melalui akun instagram. Serangan konten video reels benar-benar menyita waktu dan perhatian. Terlebih sedang banyaknya handle event yang cenderung menarik di kemas dalam bentuk video reels.

 

Tapi setidaknya, tulisan bertema curahan hati macam ini membuat diri tergerak untuk menuliskan hal-hal menarik yang bisa jadi menjadi percikan semangat untuk menulis lebih rutin dan rajin lagi di masa mendatang.

2024, gak terlalu banyak berharap.  Hanya minta kesehatan dan kebahagiaan dalam segala kesempatan. Diberi banyak paluang baik dan pertemuan dengan orang-orang baik yang kasih kesempatan baik. Seperti 2023 yang penuh kejutan orang-orang baik mewarnai pencapaian demi pencapaian. Bisa jadi, bagi mereka biasa saja. Tapi bagi saya, terlibat dalam gelaran yang tak pernah terjadi sebelumnya adalah suatu pencapaian yang tak bisa di bilang biasa.

 

Bersyukur dalam kehidupan rumah tangga dan keluarga semua berlangsung lancer. Tak begitu ada hambatan berarti. Bersyukur karena anak istri selalu diberi kesehatan sepanjang 2023. Harapan yang sama juga terpanjat untuk tahun 2024. Karena kesehatan adalah hal utama. Saya belajar banyak bagaimana menjaga kondisi prima tubuh ini yang tak lagi muda belia. Saya mulai sadar akan keterbatasan dan kondisi lemah diri. Sejak 4 tahun terakhir mulai menata asupan makanan dan minuman hingga mengatur pola tidur dan perlahan mulai bergerak olah raga meski tergolong sedikit gerak.

 

Demikian kiranya uraian pemikiran singkat berkenaan dengan progress diri selama tahun 2023 dan harapan 2024 mendatang. Setidaknya diri dan jemari tergerak menulis seperti ini semacam sebuah pemanasan untuk nantinya mulai rutin dan rajin kembali menulis. Sungguh banyak bahan menulis dari runutan peristiwa yang telah terjadi hingga rencana-rencana yang nanti terlaksana. Semoga.  

Jumat, 18 Agustus 2023

IZINKAN SAYA BERCERITA SOAL ANGGAPAN MONOTON, TAK ADA PERUBAHAN HINGGA TAK ADA INOVASI DAN KREATIVITAS.

 



Seseorang dalam sebuah rapat menyampaikan pendapat bahwa penyelenggaraan ajang Pemilihan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung terkesan monoton, butuh pembaharuan, kreativitas dan inovasi.

Tentu tak ada sedikitpun niat saya membantah pedapat tersebut. Bukan berarti membenarkan tetapi apa gunanya berdebat dengan pihak yang pemikiran dalam pemaparan yang tergolong dangkal. Diam bukan berarti kalah kan?.

 

Izinkan saya menyampaikan beberapa hal yang berkenaan dengan pelaksanaan ajang pemilihan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung. Sebuah ajang pencarian sosok remaja terbaik di kota Bandar Lampung yang kelak akan menjadi Duta Wisata dan membantu pemerintah daerah dan segenap sektor kepariwisataan dalam promosi dan pelestarian Seni Budaya serta potensi pariwisata di Bandar Lampung khususnya dan provinsi Lampung pada umumnya.

Jika dinilai ajang pemilihan Muli Mekhanai Bandar Lampung terkesan monoton, butuh pembaharuan dan tak ada kreativitas serta inovasi didalamnya, coba simak apakah dalam ajang pemilihan Muli Mekhanai Bandar Lampung tidak ada proses seleksi awal?, gelaran audisi yang telah berlangsung sejak tahun 2010 adalah bukti bahwa ajang pemilihan diniatkan mendapatkan calon peserta yang berkualitas sedari awal hingga melakukan sistem ‘jemput bola’ ke kampus-kampus dan beberapa gelaran audisi umum. Lalu ajang Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung memiliki sistem penilaian yang lebih spesifik pada format MPT ; Mentality, Personality dan Talent. Sesuatu yang lebih spesifik dari konsep besar 3B. Jika dinilai monoton dan tak ada perubahan, mungkin karena sosok yang bertutur tak tahan dengan rangkaian pemilihan Muli Mekhanai Bandar Lampung yang tergolong lama. Tahap demi tahap penyisihan terkesan terlalu serius. Padahal itulah bukti keseriusan ajang pemilihan. Bukan sekedar pemilihan 1 sampai 3 hari lalu didapat juaranya atau ajang pemilihan duta wisata yang memang juaranya sudah dipersiapkan sehingga ajang pemilihan hanya sekedar menggugurkan kewajiban pelaksanaan anggaran kegiatan.

 

Masih menanggapi pelaksanaan Muli Mekhanai Bandar Lampung yang dinilai tidak ada kreativitas dan inovasi. Mungkin bisa di simak bahwa dalam ajang pemilihan Muli Mekhanai Bandar Lampung menerapkan konsep mini musikal untuk sajian unjuk bakat atau talent show peserta Muli Mekhanai. Jika ini dianggap bukan bagian dari kreativitas dan inovasi, bisa jadi yang dianggap kreatif dan inovatif adalah sajian untuk bakat yang dipanggil satu persatu. Termasuk pula konsep-konsep sajian panggung dengan produksi media visual sejak awal pemilihan berlangsung hingga sajian-sajian LED yang semuanya menyesuaikan konsep tampilan peserta di panggung. Jika ini juga dianggap bukan bagian dari Kreatifitas dan Inovasi, bisa jadi selera sosok handal yang bilang ajang pemilihan Muli Mekhanai Bandar Lampun monoton  tersebut lebih senang ketika sajian acara bernuansa jogged dugem hura-hura. Karena bagi mereka modernitas itu adalah segalanya. Ajang gemerlap Pageant lebih memukau mereka hingga melupakan esensi dari pelaksanaan Duta Wisata yang baiknya tentu lebih mengedepankan Seni dan Budaya Daerah. Kemudian jika rangkaian pengambilan photoshoot dan video profile yang berlangsung dalam ajang pemilihan Muli Mekhanai Bandar Lampung juga dianggap bukan sebuah upaya kreatif dan inovatif, bisa jadi si sosok handal tersebut menganggap bahwa kegiatan photo dan video tak ada gunanya. Lebih praktis jika peserta mengumpulkan photo masing-masing meski yang terkumpul adalah photo peserta menggunakan masker pun tetap dipajang di sosial media. Lalu terdapatlah gelar juara Best Photogenic dan Favorite meski tanpa ada proses Vote dan proses photo apapun.

 

Selanjutnya, dalam ajang Muli Mekhanai Bandar Lampung juga berlangsung proses Focus Group Discussion sebagai pengganti dari sesi interview Face to Face dengan jajaran dewan juri supaya lebih mendapatkan sosok yang handal sebagai spokesperson hingga sosok yang mampu membaur dalam group atau team. Hal ini tentu bukan bagian dari Kreativitas dan Inovasi karena sistem penjurian yang menitikberatkan pada kemampuan spokesperson peserta dirasa memakan waktu sedangkan pemenang lebih baik langsung terpusat pada sosok yang telah dipersiapkan yang berasal dari anak-anak didik, atau agency atau management model rekanan yang telah tertata sejak semula.

 

Selanjutnya, saya juga perlu menyampaikan posisi IMKOBAL yang telah bersinergi dengan Dinas Pariwisata sejak pertama terbentuk pada tahun 2008 dan dilakukan pelantikan kepengurusan pertama di tahun 2009. Jika ada pihak yang menyatakan bahwa tak tahu jika IMKOBAL adalah sebuah bentuk organisasi Duta Wisata yang mengantungi Surat Keputusan dari Walikota Bandar Lampung bisa jadi mereka adalah pihak-pihak yang memang malas mencari informasi meski setiap saat memegang erat Smartphone ditangan mereka. The Phone is Smart.

Jika kemudian IMKOBAL dinilai terlalu dominan dalam proses pemilihan Muli Mekhanai Bandar Lampung, bisa jadi yang punya statement tersebut tidak memahami bahwa IMKOBAL memastikan pemilihan berpegangteguh pada komitmen untuk mencari SDM muda yang layak menang. Sebagai pembanding dapat dilihat pada apa yang terjadi di ajang pemilihan serupa yang cenderung banyak di handle oleh agency atau management model ketimbang organisasi alumni. Ajang pemilihan Muli Mekhanai tidaklah sama dengan ajang Lomba Solo Song, atau lomba sekali pelaksanaan lainnya. Pada lomba Solo Song, fokus utama tentu pada peserta yang memiliki kemampuan olah vocal yang tepat dengan kepiawaian melakukan intepretasi lagu.  Dalam Lomba Solo Song tak peduli si peserta punya kemampuan lain diluar kemampuan bernyanyi. Sedang memilih Muli Mekhanai memiliki cakupan tak hanya sekedar cantik atau ganteng saja, juga tak hanya sekedar pintar saja. Tapi butuh sosok yang memiliki kemampuan yang memadai dengan visual yang baik dan pribadi serta beragam hal potensial untuk menjadi pribadi lebih baik lagi di kemudian hari. Disinilah peran IMKOBAL. Sebagai organisasi yang berisikan jajaran alumni Pemilihan Muli Mekhanai Bandar Lampung, IMKOBAL menjadi wadah bagi Muli Mekhanai untuk belajar bersama. Mengembangkan kemampuan sesuai dengan minat dan bakat yang mereka miliki. Pasca acara berlangsung IMKOBAL memberikan banyak kesempatan pada para pemenang Muli Mekhanai untuk berkolaborasi pada beragam pihak. IMKOBAL membuat jajaran Muli Mekhanai memiliki progress, belajar tekun untuk dapat tampil dalam presentasi ilmiah pada Internasional Conference di India, Vietnam dan Thailand (2018 & 2019), IMKOBAL juga menghadirkan Muli Mekhanai pada ajang ASEAN Tourism SUMMIT hingga menghantarkan jajaran Muli Mekhanai Bandar Lampung menjadi Juara 1 pada ajang Proposal Bisnis. Selain itu, IMKOBAL menempa kemampuan Muli Mekhanai dalam ajang ajang besutan organisasi dalam setiap angkatan. Mulai dari pogram ; IROC, IGOS, IMKOBALSDG’s, Ramadhanation, IMKOBAL BERAMAL, MANJAU, IMKOBAL Explore dan Pesona Kota. Sederet program yang belum tentu terfikir oleh si sosok handal dan komplotannya yang lebih cenderung sumringah duduk manis bermahkota ketika hadir di beragam acara.

 

Teruntuk sosok handal dan kawan-kawannya, jika ingin meninggalkan kesan yang baik dan warisan untuk generasi mendatang baiknya bangun sebuah pondasi atau organisasi dengan kekuatan kalian sendiri. Tak perlu mencampuri rumah tangga organisasi orang lain. Jangan sampai hanya karena merasa sudah hebat dan handal lalu merasa dapat menjadi bagian dari isi rumah organisasi orang lain yang tidak ada kaitannya dengan kalian. Usia kalian masih muda. Bentuk Organisasi sendiri. Besarkan. Hidupkan dengan nilai-nilai yang kuat dalam tempaan. Tapi memang membangun organisasi besutan sendiri tidak semudah berlenggak-lenggok atau bergaya hura-hura. Perlu ketekunan, integritas dan legacy yang ditanam dan diwariskan untuk generasi mendatang. Jika dalam tubuh organisasi IMKOBAL terdapat sosok-sosok solid dan kuat dalam tempaan semua karena pola didik dan arah yang diterapkan dalam IMKOBAL tidak sama dengan Agency atau Managemen Model.

Lalu, ketika saya pribadi dikata ikutcampur terlalu dalam pemilihan Muli Mekhanai Bandar Lampung dan dinilai terlalu dominan dalam IMKOBAL. Bisa jadi yang melontarkan pernyataan tersebut belum tahu jika sayalah yang mengawal lahirnya organisasi bernama IMKOBAL di tahun 2008 dan disempurnakan pembentukannya bersama jajaran rekan yang tergabung dalam Tim 6 sehingga dapat dilakukan pelantikan kepengurusan organisasi IMKOBAL pada 2009. Lalu dimanakah sosok-sosok handal itu saat saya dan tim berjuang membentuk IMKOBAL? Hingga dengan mudahnya ingin jadi bagian dari IMKOBAL sampai perlu mengajukan protes ketika instastory tak di repost pada instagram IMKOBAL. Hal sepele yang tak perlu ditanggapi. Sama halnya saya yang juga tak terlalu tertarik menanggapi beragam hal yang mereka sulut. Karena saya tak mau masuk dalam skenario pihak yang tak seirama dengan saya. Hidup saya jauh lebih menarik ketimbang mengurusi mereka yang merasa handal dan jelas-jelas berbeda ‘panggung’ dengan saya. Sesama profesi MC saja saya tidak berkompetisi, apalagi dengan mereka yang profesinya berbeda total dengan saya.

 

SATWA ELEPHANT ECOLODGE TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS LAMPUNG TIMUR




bagian depan Satwa Elephant Ecolodge kawasan Taman Nasional Way Kambas



Saya yakin betul bahwa tak banyak yang tahu soal Satwa Elephant Ecolodge,  meski letaknya hanya 500 meter dari pintu masuk Taman Nasional Way Kambas di Lampung Timur.  Apa sih Ecolodge itu?, Lalu apa pula Satwa Elephant Ecolodge?

 

Ecolodge adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan akomodasi wisata yang bergantung pada lingkungan dan sesuai dengan filosofi dan prinsip ekowisata (Hawkins et al., 1998).

Jadi secara umum, sarana bermalam model Ecolodge ini selalu ada di dekat Taman Nasional di beragam belahan negara. Begitu pula di Indonesia. Nyaris semua Taman Nasional di beberapa provinsi di Indonesia terdapat bangunan Ecolodge. Ciri dari bangunan Ecolodge umumnya berwujud sederhana, pengunaan kayu sebagai ciri bangunan begitu dominan. Hal tersebut karena keberadaan Ecolodge menjadi satu-kesatuan dari sebuah Taman Nasional.


kawasan asri dengan dedaunan hijau dan pepohonan yang rindang.

 

Sebenarnya, Saya pribadi tak begitu tahu soal keberadaan Satwa Elephant Ecolodge dalam kawasan Taman Nasional Way Kambas.  Meski kali pertama tandang ke Way Kambas saat masa Putih Abu Abu dulu sudah melihat wujud bangunan saat perjalanan memasuki bagian depan Taman Nasional Way Kambas. Saya kira dahulu adalah hunian warga atau pengurus dari Taman Nasional Way Kambas. Setelah puluhan tahun berlalu, Saya pun mengetahui kondisi dari Satwa Elephant Ecolodge yang berada di desa Labuhan Ratu 9, kecamatan Labuhan Ratu kabupaten Lampung Timur tersebut.

 

 Satwa Elephant Ecolodge adalah bangunan yang menjadi akomodasi penunjang dari kawasan Taman Nasional Way Kambas. Dengan luas terdiri dari 1.300 kilometer persegi, Taman Nasional Way Kambas terdiri dari hutan rawa dan hutan hujan dataran rendah. Taman Nasional Way Kambas menjadi cagar alam pada tahun 1972 dan dikenal dengan populasi Gajah Sumatera yang tergolong signifikan. Selain itu dalam Taman Nasional Way Kambas terdapat pula konservasi Badak Sumatera di tahun 1990-an, Harimau Sumatera dan terdapat pula mutual sekawanan Kera, Owa Siamang, Tapir Melayu termasuk 300-an lebih spesies burung dan juga Bebek Sayap Putih endemik.

 


Saya tandang ke Satwa Elephant Ecolodge dalam rangka menjadi narasumber pelatihan peningkatan kapasitas PKK  24 kecamatan se-kabupaten Lampung Timur. Pelatihan yang  berlangsung di kecamatan Labuhan Ratu kala itu adalah kecamatan terakhir dari seluruh rangkaian acara pelatihan dan berlokasi di Satwa Elephant Ecolodge.

 

suasana pelatihan di pekarangan Ecolodge

“Kenapa namanya Satwa Elephant Ecolodge?” Tanya saya  penasaran pada pak Defri selaku Camat Labuhan Ratu yang kala itu turut hadir dalam pembukaan pelatihan yang juga dihadiri oleh Ketua Tim Penggerak PKK Lampung Timur.  “Satwa bermakna banyaknya jenis hewan, sedangkan Elephant adalah hewan yang jumlahnya banyak dan menjadi ciri dari Taman Nasional Way Kambas.  Makanya kawasan ini diberi nama Satwa Elephant Ecolodge” terang pak Defri.

 

Satwa Elephant Ecolodge didirikan sebagai akomodasi penunjang bagi pengunjung yang ingin bermalam dan dekat dengan kawasan Pusat Latihan Gajah (PLG) Taman Nasional Way Kambas. Sebagai sebuah sarana bermalam, Satwa Elephant Ecolodge terdiri dari 4 pondok yang ditata sederhana tapi mengutamakan kenyamanan. Empat bangunan yang berada terpisah satu sama lain dalam satu kawasan rindang tersebut dapat menampung 4 orang dalam 1 bangunan bermalam. Ukuran ranjang yang tergolong luas dengan sarana bermalam yang memadai. Hamparan rumput bersanding dengan taman nan hijau mencipta suasana sejuk dan nyaman selama berada di sekitar bangunan. Terdapat pula gazebo yang dapat di manfaatkan sebagai ruang berkumpul selain restaurant yang berada dekat dengan area resepsionis pada bagian muka dari Satwa Elephant Ecolodge.


Kondisi kamar tidur dengan ukuran ranjang yang besar dan ruangan yang bersih.

 

Bagi wisatawan yang menjunjung tinggi kemewahan, bermalam di Ecolodge pastilah kurang sesuai. Tak ada kemewahan dari bangunan Ecolodge. Mengingat bangunan jenis Ecolodge tergolong sederhana. Bahkan secara tampilan luar akan terkesan seadanya. Tapi memang itulah konsep dari Ecolodge. Sebagai penyedia fasilitas akomodasi pariwisata yang wajib memenuhi kriteria antara lain ; Melindungi lingkungan sekitar, baik alam dan budayanya; memiliki dampak minimal pada alam di sekelilingnya selama pembangunannya; sesuai dengan konteks fisik dan budaya melalui perhatian pada bentuk, lansekap dan warna, serta pembangunan arsitektur lokal; menggunakan sarana yang berkelanjutan untuk perolehan air dan mengurangi konsumsi air; menangani dengan hati-hati pembuangan limbah padat dan limbah lainnya; mendapatkan kebutuhan energy dengan desain pasif dan mengkombinasikannya dengan beberapa hal terkait untuk berkelanjutan yang lebih besar; mengupayakan untuk bekerja bersama dengan komunitas lokal; menawarkan program interpretative untuk mendidik, baik pegawai dan wisatawan, seputar lingkungan alam dan budaya sekeliling; berkontribusi pada pengembangan lokal berkelanjutan melalui program penelitian.


salah satu penginapan dalam Ecolodge yang terhubung dengan gazebo.


Selaku Camat, pak Defri menjelaskan bahwa Satwa Elephant Ecolodge didedikasikan untuk mendidik dan memberdayakan masyarakat lokal dalam konservasi jangka panjang dan pembangunan berkelanjutan. Kawasan Satwa Elephant Ecolodge dijalankan sepenuhnya oleh penduduk desa setempat dan staf  yang berfokus pada pelestari lingkungan secara terus menerus.  

 

Buat yang ingin reservasi dan info lebih lanjut soal Satwa Elephant Ecolodge dapat mengakses laman berikut ; https://ecolodgesindonesia.com/sumatra-ecolodge/

Alamat Satwa Elephant Ecolodge ; berada di Labuhan Ratu 9.

Kecamatan Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur. Provinsi Lampung.

Kamis, 09 Februari 2023

BERUGO COTTAGE, PENGINAPAN UNIK NAN NYAMAN DI TULANG BAWANG BARAT

 

Wujud Penginapan BERUGO COTTAGE - Bangunan Kayu Lumbung Padi. 
(foto ; Berugo Cottage. Traveloka)


Kali pertama tandang ke Berugo Cottage di Tulang Bawang Barat (TUBABA) adalah ketika saya menjadi bagian dari kegiatan  MANJAU IMKOBAL ke TUBABA pada akhir Desember 2020. Kala itu rekan-rekan Muli Mekhanai Bandar Lampung sempat bincang santai bersama Bupati TUBABA – Umar Ahmad di bagian resto Berugo Cottage. Sebuah penginapan dengan desain yang tak lazim. Kata Berugo berasal dari penyebutan leluhur masyarakat Tulang Bawang Barat (TUBABA).

 

Bagian Depan dari Bangunan Berugo Cottage.
(foto ; Berugo Cottage. Traveloka)


Berugo adalah ayam hutan dengan karakter unik. Mereka hidup seperti masyarakat yang mengenal keteraturan. Di alam liar, kita tidak akan menjumpai sejumlah berugo berkokok, diantara mereka hanya aka nada satu yang berkokok.  Dari karakter alami berugo tersebut, para leluhur TUBABA mengajarkan kepada kita tentang rasa hormat dan kepatuhan. Masyarakat menaruh hormat kepada siapa yang telah ditunjuk sebagai pemimpin dan pemimpin menaruh hormat kepada masyarakat dengan menjalankan fungsi kepemimpinan sebaik-baiknya.

Kemudian, ada pula pepatah di masyarakat Lampung ;  Mati Berugo Hidup Berugo, yang lahir dari pemahaman leluhur mengenai alam dari watak Berugo. Pepatah ini menyatakan pentingnya menertibkan kehidupan bersama, memiliki rasa hormat dan kepatuhan dan bahwa hidup merupakan sebuah kesinambungan dari satu kebaikan ke kebaikan berikutnya.

 


Saya pribadi menyebut Berugo Cottage sebagai sarana bermalam yang unik, ‘nyeni’,  tapi menyenangkan.  Hal tersebut karena tampilan Berugo yang berbeda dari penginapan pada umumnya.  Bentuk bangunan bergaya khas Vernakular Kontemporer ini telah terlihat dari bagian depan bangunan kala pengunjung tiba di halaman parkir.

 

Mulanya, kawasan Berugo Cottage yang memiliki luas tanah 12.000 meter persegi ini  merupakan area kebun karet. Karena terdapat pembangunan Islamic Center maka dibangunlah Berugo Cottage sebagai sebuah satu kesatuan. Pembangunan Berugo Cottage digagas oleh bapak Umar Ahmad dan di desain oleh arsitek ternama Andra Matin.


Hamparan taman bergaya Jepang. (foto ; Berugo Cottage. Traveloka)

Area Resto  bernama 'Racik' (foto ; Berugo Cottage. Traveloka)

view dari Resto (foto ; Berugo Cottage. Traveloka)

Saat  tiba di bagian muka dari Berugo Cottage, pengunjung akan menemukan bagian entrence yang berhubungkan pada letak Reception, lalu terdapat lorong koridor yang membelah dua sisi penting dari Cottage yakni, sisi penginapan pada bagian kiri dan sisi back office pada bagian kanan. Lorong koridor yang dilalui oleh pengunjung mulanya menyempit dan meluas pada akhir koridor yang menghubungkan pengunjung pada area ruang makan yang luas pada sisi kanan dengan nama ‘Racik’  yang dapat  dialihfungsikan sebagai tempat beragam acara. Pada sisi kiri tersaji hamparan taman dengan penataan bergaya Jepang. Tersaji unsur air bersanding bebatuan dan pepohonan rindang nan asri.

 


PENGINAPAN KAYU BERGAYA LUMBUNG PADI

 

Berugo Cottage terdiri dari 14 bangunan cottage yang terbagi dalam 7 room Salai dan 7 room Ubung dengan letak sebelah-menyebelah.  Salai dalam bahasa Lampung bermakna  sarang burung yang alami dibuat tanpa campur tangan manusia. Sementara Ubung dalam bahasa Lampung bermakna sarang burung yang dibuat oleh manusia untuk keperluan beternak.

Setiap cottage di buat dengan bangunan yang terpisah antara kamar tidur dan kamar mandi. Bangunan utama cottage berupa rumah panggung dari kayu bekas lumbung.  Bangunan kayu tersebut berfungsi untuk kamar tidur. Menyajikan elemen pola tradisional yang kental seperti engsel dari besi lama dan handle  jendela  yang tidak memakai kunci tapi memakai palang kayu.  Pendekatan berbeda akan didapatkan pengunjung saat memasuki bangunan cottage. Bila penginapan pada umumnya langsung mendapati pintu ke bathroom, maka Berugo Cottage akan langsung bertemu ranjang tidur berukuran Queen Size yang empuk.  Hal unik lainya juga terasa ketika beranjak ke kamar mandi. Bangunan kamar mandi  berwujud modern. Berupa  bangunan beton setengah terbuka.  Beton ekspos  celah pada dinding dan terbuka pada atap. Jadi secara visual, bangunan Berugo Cottage seperti dua bangunan yang terpisah antara ruang tidur dan bathroom.


kamar tidur yang nyaman, tidak lembab karena sirkulasi udara yang baik. Penuh perencanaan dari sang Arsitek. (foto dari Berugo Cottage. Traveloka)

kamar tidur yang nyaman 








Saat berada di dalam Cottage, pengunjung akan mendapati perabotan yang kental nuansa tradisonal. Dilengkapi televisi dan pendingin ruangan yang membuat sejuk suasana bermalam. Pada bagian bathroom terdapat fasilitas yang lebih modern. Terdapat hair dryer, perlengkapan mandi seperti hotel hotel berbintang lainnya. Terdapat cermin berukuran sedang dan toiletries dengan sentuhan aksara Lampung bermakna Berugo.  Toilet duduk dan area shower yang berdekatan dengan jarak tergolong lega. Perabotan kayu bersanding dengan dinding beton unfinished.  Suguhan sarana bermalam yang sarat akan filosofi dan instalasi seni yang memukau. Pengunjung akan merasa nyaman di ruang tidur tanpa merasa lembab atau pengap karena sirkulasi udara yang memadai. Yang juga menjadi pembeda adalah cahaya lampu yang redup di ranjang tidur dan pencahaya benderang di bagian kamar mandi.  Seolah menjelaskan bahwa pengunjung dibuat nyaman dengan lampu temaram di ranjang tidur dan diberi celah untuk berbenah diri dengan cahaya terang di area bathroom.

Secara keseluruhan, bangunan Berugo Cottage terasa asri dengan warna asli dari material bangunan itu sendiri.

 

Taman gaya Jepang.


TAMAN ASRI BERGAYA JEPANG DENGAN POHON PUTAT DAN POHON BODHI

 

Yang tak kalah menarik dari Berugo Cottage adalah hamparan taman yang luas. Tak seperti penginapan di perkotaan pada umumnya yang mengutamakan jumlah kamar ketimbang luas halaman. Berugo Cottage menyisakan area hijau yang terbilang luas. Penataan pepohonan rindang, kolam ikan dan bebatuan semakin menguatkan identitas taman ala Jepang nan khas.

 

Yang menarik dari kawasan taman di Berugo Cottage terdapat pohon Putat dan pohon Bodhi. Pohon Putat atau dalam bahasa latin ‘Planchonia Valida’ merupakan tumbuhan pepohonan yang kerap ditemui di hutan tropis dengan tinggi pohon mencapai 25 hingga 50 meter dengan diameter 200 centimeter. Pohon Putat memiliki bunga berwarna fuschia.

 

Bentuk bunga dari pohon Putat bergagang panjang, daun kelopak bebas satu sama lain sejak bunga masih kuncup, tangkai benangsari dan putik berwarna merah fuschia. Yang menarik, bunga dari pohon Putat akan bermekaran di sore hari hingga sepanjang malam dan akan berguguran di pagi hari. Sehingga suasana pagi seolah musim semi di luar negeri. Seperti bunga Sakura yang berjatuhan di Jepang. Bunga darpi pohon Putat bermekaran pun hanya terjadi sekali dalam setahun. Beruntung saat awal Februari 2023 lalu Saya dan rekan-rekan menjumpai bunga pohon Putat saat bermalam di Berugo Cottage.

 

 


Selain pohon Putat menghias taman Berugo Cottage,  pengunjung juga dapat menjumpai pohon Bodhi yang juga berukuran besar yang dikenal dalam agama Budha sebagai tempat Sang Budha Gautama bersemedi mencapai pencerahan. Menariknya, letak pohon Bodhi dalam kawasan taman di Berugo Cottage ini seolah menjadi peneduh dalam beberapa titik kawasan taman. Berada pada sisi kiri dan kanan dari 4 titik sudut taman. Salah satu pohon Bodhi menambah teduh area kolam yang ditempati ratusan ikan Koi. Seolah rindangnya pohon Bodhi menjaga kenyamanan ratusan ikan Koi. Memberi makan dan menyimak gerak-gerik ikan Koi juga jadi aktivitas menyenangkan selama berada di Berugo Cottage.

Saya dan Istri yang merasakan sensasi nyaman dan berkesan bermalam di Berugo Cottage.

suasana di depan kamar, macam musim semi di luar negeri.

 

“Less is more.” Begitulah saya bergumam ketika menikmati setiap bagian dari Berugo Cottage. Terkadang hal-hal sederhana,  bangunan minimalis tanpa ornament  dan cat warna warni justru membuat diri  lebih terpukau.  Semakin terpukau karena Berugo Cottage berada di kabupaten TUBABA.

Noted ; untuk informasi dan reservasi Berugo Cottage dapat menghubungi ; 0276 7575562. Selain bermalam, Berugo Cottage sangat cocok untuk Prewed ataupun shooting Video Clip atau Film. 

Scroll To Top