Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Senin, 05 Januari 2015

KISAH LIBURAN KELUARGA KE JOGJA - Part 2





Seusai mandi kami bergegas melanjutkan rencana jelajahi kota Jogja kala malam. Pukul 7.30 malam kala itu. Suasana gerimis menyerang. Ada kekhawatiran suasana malam tahun baru berhias hujan.
Tujuan pertama malam itu adalah makan malam. Rencanan mengunjungi Raminten batal karena tutup. Kamipun ke Shushi Kaki Lima di samping Plaza Galeria Jogja. Selama makan malam di Shushi Kaki Lima hujan terus berangsur deras.  Ditambah kemacetan dimana mana. Jelang pukul 11 malam kala itu. Lalu lintas Kota Jogja bagai tak bergerak. Ragam kendaraan memenuhi jalan jalan utama dan tempat tempat penyelenggaraan event perayaan malam pergantian tahun. Tampak semua orang tak ingin ketinggalan merayakan pergantian tahun.
Mendekati pukul 00.00 kendaraan yang saya kemudikan tiba di lokasi Pasar Kembang – Kota Yogyakarta. Dengan sigap saya memparkir kendaraan di areal parkir yang tak jauh dari stasiun kereta api dan mengajak anak istri serta mertua  berjalan kaki merapatkan diri dalam keramaian yang telah meluas bak lautan manusia di sepanjang jalan Malioboro malam itu.
Letupan kembang api menandakan pergantian tahun.
2015.!

Bahagianya saya melewati malam pergantian tahun bersama orang orang yang saya cintai. 3 anak dengan ragam karakter yang memperkaya sikap saya menghadapi mereka, sosok Istri yang super sabar dan tangguh plus sabar menghadapi tabiat saya yang cenderung keras. Dan tak lupa Ibu mertua representative orang tua yang juga selalu mendukung saya dan istri. Apa lagi yang kurang dalam hidup saya?. Tak ada alasan saya untuk tidak bersyukur pada Tuhan atas karunia besar-NYa bagi saya dalam hidup ini. Bersyukur selalu untuk segala pembelajaran yang telah lalu dan yang akan datang. Bersyukur untuk usia dan kesehatan serta kelimpahan bahagia.
Padatnya malam di Malioboro berimbas dengan pemandangan orang orang tidur di depan toko sepanjang jalan jalan dekat kawasan Malioboro sekitar jam 2 pagi hari. Saya yang menyaksikan pemandangan tersebut  saat menuju lokasi Kost-kost-an dimana kami bermalam merasa miris. Betapa malam pergantian tahun bagai maghnet yang dapat membuat orang melakukan apa saja demi menikmati moment meski harus resl tidur di depan toko pinggiran jalan.




PERUBAHAN JADWAL

Dengan kondisi kurang tidur saya dan keluarga memulai kembali perjalanan untuk menikmati moment liburan di Jogja. Meski ada beberapa hal yang harus di ubah mengingat kesehatan Ibu Mertua yang tampak kurang membaik. Sejak tiba di Jogja, Ibu mertua muntah muntah dan badan panas. Rencana lanjut ke Solo harus di batalkan. Jadwal pagi di mulai dengan pasar Beringhardjo. Istri saya tinggalkan di pasar agar bisa leluasa berbelanja sesuai keinginannya sedang saya membawa ke tiga anak dan mertua ke Museum Benteng Van Der Bergh yang bersebelahan dengan lokasi pasar Beringhardjo. 
Puas mendatangi segala ruangan di dalam museum, kami melanjutkan perjalanan ke Keraton meski harus kecewa karena lokasi Keraton tutup tapi kemudian jadi senang karena kami bertemu dengan keluarga Mas Sammy dan Kania - Mamamia dan Pak Purwo (Pa'e). Ada juga warga Lampung di Jogja!. hahahah. Perjalanan berikutnya mengujungi candi Prambanan sebagaimana keinginan anak anak. Rencana ke kebun binatang Gembira Loka pun harus gagal karena pertimbangan kesehatan Ibu Mertua yang tak mungkin dapat mengelilingi wahana dalam kebun binatang karena kondisi tubuh yang tak fit.

 
atraksi anak anak di panggung Prambanan. sungguh menghibur


Selama di Prambanan, anak anak sangat antusias. Dan saya dilanda migren dengan kondisi tubuh yang rasanya limbung – mungkin karena nyetir  berjam jam sejak beberapa hari lalu. Sekuat mungkin saya tahan sakit di tubuh  demi mendampingi anak anak berjalan  menikmati setiap sudut candi Prambanan. Setelah lama menapaki candi Prambanan saya mengajak anak istri ke Teater Pertunjukan Balet Ramayana - sebuah bagian terpisah dari lokasi candi. Memasuki lokasi tersebut dengan kondisi sedang dalam persiapan sebuah pementasan yang akan di gelar malam hari. Saya memesan secangkir kopi hitam pekat pada pelayan yang lalu lalang di lokasi pertunjukan. Sejenak saya duduk merebahkan badan di kursi kayu besar nan empuk dengan pemandangan panggung pertunjukan berlatar candi Prambanan membentang gagah nan anggun. Kala sedang menyeruput Kopi dan me-rileksasi diri tiba tiba ketiga anak  berulah di atas panggung. Mereka melompat bernyanyi riang gembira bagai mempertontonan pertunjukan opera tanpa tema. Si Abang dan Koko – bujang pertama dan kedua bernyanyi kencang kencang ragam lagu daerah yang mereka pelajari dari CD Lagu Dendang Nusantara pemberian Mba Donna yang sepanjang perjalanan selalu di putar. Sedang anak gadis ku – Syara berjoged dan seolah menirukan gerakan balet yang gemulai meski asal. Ibu Mertua dan Istri tertawa terpingkal di sudut panggung sedang saya merasa terhibur dengan ulah spontan mereka. Ahhh…. Anak anak, mereka sungguh menggemaskan.! Tingkah polah mereka di atas panggung pertunjukan bagai sebuah suguhan yang menyulap rasa letih menjadi sebuah oase menyejukkan.

Setelah merasa rileksasi karena Kopi dan pertunjukan menghiburan anak anak di panggung opera tadi saya dan keluarga meneruskan perjalanan menuju Kota Jogja dengan berharap bisa menikmati ragam ke-khasa-an Jogja hingga malam sebelum akhirnya bergerak menuju Bandung. Dengan harapan sembari menuju jalan pulang dan dapat memberi efek sehat pada Ibu Mertua yang semakin lesu.

Pukul 21.00 WIB saya melajukan kendaraan menuju Bandung. Jalur Selatan saya pilih karena relative singkat dengan volume kendaraan yang tak terlalu banyak. Berharap terhindar kemacetan yang cukup padat. Beruntung selama perjalanan kendaraan yang saya kemudiakn sehat sehat saja. Tak sia sia sehari sebelum berangkat melakukan tune – up mesin mobil secara keseluruhan. Meski secara tak di ketahui plat mobil bagian belakang hilang dalam perjalanan menuju Jogja. Jadilah selama menjelajahi Jogja mobil tak ber-plat belakang dan mengundang perhatian banyak orang termasuk Polisi yang bertugas sepanjang jalan.
Menyusuri malam rute Jogja – Bandung dengan kondisi gelap tak berlampu jalan di beberapa bagian di tambah cuaca hujan lebat ketika memasuki Purworejo hingga Cilacap. Saya sempat beberapakali berhenti di Pom Bensin maupun menepi sejenak di pinggir jalan untuk keluar kendaraan meluruskan pinging atau hanya melelapkan kehendak mata yang ingin tidur sejenak.

Pagi pukul 09.00 tanggal 2 Januari tiba di Bandung. Karena masih terbilang pagi saya dan keluarga memutuskan berhenti di Cileunyi untuk sarapan. Selepas sarapan kami menuju kesebuah Pom Bensin di jalur tol Cileunyi – Pasteur guna sejenak membilas tubuh, mandi dll. Sempat berkelilling beberapa bagian kota Bandung, bersantai di Ciwalk dan tak lupa menikmati kuliner khas Jawa Barat dan membeli panganan khas Bandung sebelum  akhirnya saya kembali melajukan Avanza silver super kuat menuju Jakarta.
Di Jakarta kami  bermalam di Rumah Anton di Kalibata dan bertemu dengan Fito yang juga sedang stay di rumah tersebut. Beruntung bisa mberistirahat sejenak sebelum melajukan kendaraan kembali ke Lampung. Anak anak sempat minta ke Dufan – Ancol keesokan harinya, meski harus di batalkan karena kondisi kesehatan Ibu Mertua semakin tak membaik. Saya akhirnya memberi pengertian pada anak anak yang tampak kecewa karena banyak spot favorite mereka di Jakarta tak bisa di wujudkan dalam rentang waktu liburan mereka kali ini.  Setelah sesaat menghibur anak anak ke Milepolis – Grand Indonesia, sebagai obat batal ke Dufan – Ancol dan Kota Tua favorite mereka, kami melanjutkan perjalanan pulang ke Lampung dengan tak lupa makan siang dan membeli obat di Rest Area KM 13,5 – Palm Square.
Sungguh moment berharga dalam balutan tema liburan keluarga di penghujung tahun 2014. Terobati sudah rasa rindu kebersamaan saya dengan anak istri yang terpisah selama 3 bulan sebelumnya dikarenakan tugas. Keinginan saya untuk membahagiakan anak anak setidaknya tercukupi. Meski persediaan financial berkurang di tambah kondisi tubuh yang pegal selama menyusuri rute perjalanan tapi segalanya seimbang dengan kebahagiaan yang tercipta, terlihat dan terucap dari anak anak. Sudah pasti budged berkurang tapi memori yang saya dan istri ciptakan melalui perjalanan liburan keluarga tak akan pernah hilang bahkan sudah pasti jadi bagian memori masa kecil anak anak yang akan terus mereka ingat kelak. Karena mencipta moment indah tak harus menunggu kala kaya raya. Cara sederhana tapi sarat makna. Begitulah tema liburan saya dan keluarga kali ini. Karena mencari uang  dalam rutinitas pekerjaan tak ada habisnya. Tapi kala bahagia dan membekas dalam benak bahagia anak anak harus sebisa-mungkin di cipta. 

1 komentar :

  1. Sayang yah jauh-jauh datang Raminten tutup. Sengaja kali ya..Gak sanggup mereka bakal handle tamu. Hari biasa saja rame banget..:)

    BalasHapus

Scroll To Top