Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Kamis, 09 Januari 2025

PESONA SUSUR SUNGAI WIRALAGA MESUJI

 

bahagia menikmati wisata susur sungai Wiralaga Mesuji.


Salah satu hal yang buat bahagia menjalani profesi Master of Ceremony itu adalah ketika mendapat pekerjaan memandu acara di luar kota. Selain menjalani tugas sudah tentu punya waktu untuk tandang langsung ke destinasi wisata yang letaknya tak jauh dari lokasi acara.

Maka rasa bahagia itu juga terjadi ketika mendapat tugas memandu acara Peringatan Hari Ibu di kabupaten Mesuji. Meski jarak ke kabupaten Mesuji terbilang jauh dari kota Bandar Lampung tapi setidaknya mendapatkan kesempatan tandang langsung menjadi pengalaman baru yang tentu berharga ketimbang sekedar dapat info dari orang lain.

 

Maka jadilah di siang yang cerah itu, saya bersama rekan, Rasyid  bergegas mengemudi menuju Mesuji dari pusat kabupaten Tulang Bawang Barat. Sebelumnya, saya juga bertugas memandu acara Peringatan Hari Ibu di kabupaten Tulang Bawang Barat. Maka jarak dari Tulang Bawang Barat ke Mesuji tidaklah terlampau jauh. Tinggal mengakses TOL semua jadi lancar. Sebenarnya, saya bersama 3 rekan sebelumnya, tetapi 2 rekan saya, Athar dan Reza kembali ke Bandar Lampung dulu untuk menjalani UTS offline di kampus mereka masing-masing sebelum nantinya akan kembali bergabung dengan kami di Mesuji (nasib anak kuliahan, hehehe).

 

TANAH GAMBUT, JALAN JELEKNYA  GABUT.

 

Lepas waktu Dzuhur, saya dan Rasyid tiba di rumah dinas penjabat Bupati Mesuji. Setelah beberapa menit sebelumnya di kawal Tim Patwal dari gerbang tol Mesuji hingga ke letak rumah dinas penjabat Bupati Mesuji. Istri penjabat Bupati Mesuji – mba Elis, begitu saya akrab menyapa beliau perkenankan kami bermalam di rumah dinas. Kami dipersilakan menikmati santap siang yang telah terhidang. Lauk pauk makan siang yang lengkap dan lezat buat saya dan Rasyid tak berfikir lama. Ayam goring Kampung, Ikan Bakar dan Udang Goreng langsung tersantap.  Usai menikmati hidangan siang nan lezat saya dan Rasyid di ajak oleh mba Elis tandang langsung ke sungai Wiralaga – sebuah destinasi wisata sungai andalan di kabupaten Mesuji.

 

Saya dan Rasyid menumpang pada kendaraan dinas terpisah dari mba Elis dan rekan. Beruntungnya cuaca siang itu tidak begitu terik. “Padahal dua hari sebelumnya hujan terus tiap siang ke sore...” ujar driver pada kami.  Sepanjang jalan menuju letak sungai Wiralaga, mata saya memperhatikan secara lekat setiap hal yang saya temui di sepanjang jalan yang kami lalui. Bentangan kawasan perkebunan dan lahan gambut bersanding dengan barisan hunian masyarakat setempat.  Bisa jadi karena kontur tanah gambut dan lembab itulah yang menyebabkan kondisi jalan yang semula di bangun kokoh permanen dengan mudah dapat rusak kembali. Sepertinya perlu strategi dan teknik khusus dalam perencanaan dan pembangunan jalan di kabupaten Mesuji.

 

Wujud Buah Nipah dalam 1 tandan.


SEJARAH WIRALAGA YANG ISTIMEWA.

 

Setelah melalui beragam kondisi jalan termasuk melewati komplek perkantoran Pemerintah Kabupaten Mesuji, kami tiba di dermaga wisata sungai Wiralaga. Sebenarnya, sejak awal masuk pada bagian depan perkampungan Wiralaga mata saya disuguhkan beragam aktivitas masyakarat nan khas. Wiralaga sendiri termasuk kampung tertua di kabupaten Mesuji. Dalam catatan sejarah, Wiralaga telah menjadi perkampungan sejak 1865 dan telah menjadi bagian dari perkembangan provinsi Lampung. Sebagai sebuah kabupaten di provinsi Lampung yang bertetanga dengan kawasan provinsi Sumatera Selatan, sebagian sungai yang melintasi Mesuji juga melintasi bagian dari provinsi Sumatera Selatan. Mesuji berada di pinggir sungai-sungai besar bersama 8 kampung tua lainnya. Diantaranya kampung Sungai Sidang, Sungai Cambai, Sungai Badak, Nipah Kuning, Sri Tanjung, Keagungan Dalam, Talang Batu dan Labuhan Batin.

 

Mobil yang kami tumpangi berhenti persis di pinggir sebuah jembatan kokoh yang dekat dengan hunian warga. Begitu saya turun, terlihat jelas aktivitas warga pinggir sungai termasuk kegiatan harian khas masyarakat lokal. Mulai dari jual beli hingga kegiatan mencuci yang semuanya mengandalkan air pada aliran sungai. Saat itu, saya tak hanya bersama istri penjabat Bupati Mesuji saja.  Turut serta pula mba Els Warow, sosok selebgram dan influencer provinsi Lampung yang juga merupakan ASN pada Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata kabupaten Mesuji. Maka tak heran jika baru tiba, semangat  perkontenan begitu terasa, hahaha.  Turut pula membersamai jajaran ASN Dinas Pemuda, Olah Raga dan Pariwisata kabupaten Mesuji. Maka usai urusan perkontenan singkat itu, kami semua bergegas menempati dua kapal kayu bermesin diesel dengan ukuran cukup besar yang telah menunggu di bibir sungai.


 

Serunya sore di bentangan sungai luar Wiralaga bersama mba Elis.



PESONA SUNGAI DALAM DAN BENTANGAN SUNGAI LUAR

 

Kapal yang membawa serta saya, mba Elis, Rasyid, Els Warow dan Mba Tika beriringan dengan kapal yang di tumpangi oleh rekan-rekan Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata kabupaten Mesuji. Rute yang kami tempuh terlebih dahulu adalah sungai bagian dalam – begitu masyarakat lokal menyebutnya. Aliran sungai Kaboeng adalah nama awal dari sungai Wiralaga. Sungai Wiralaga sendiri terbagi menjadi dua bagian. Bagian dalam yang berisikan ragam tumbuhan rimbun pada sisi kiri dan kanan badan sungai lalu ada pula bagian luar yang merupakan bentangan luas dengan panjang sungai mencapai 220 km dan luas daerah aliran sungai mencapai 2.053 km persegi. Pantas saja, masyarakat Mesuji dapat dengan mudah menyantap sajian ikan dan udang. Tentu bentangan sungai menghasilkan ikan dan udang air tawar yang banyak.

 

Saat menyusuri badan sungai yang di sebut sungai bagian dalam, kami dapat lebih dekat melihat aktivitas warga pada bagian belakang rumah hunian mereka termasuk melihat ragam tumbuhan yang berpadu dengan air sungai yang jernih dan tenang. Saking jernihnya saya dapat melihat dasar sungai yang dipenuhi rerumputan. Selain ragam tumbuhan, saya juga melihat beberapa spot yang di tata sebagai tempat kunjungan yang kini sudah berubah semeraut karena terhempas sungai yang deras dan tentu minim perawatan. Dalam rentang waktu menyusuri sungai bagian dalam, kami juga diperlihatkan buah Nipah yang ternyata bagian dalamnya dapat di makan. Bentuk buah Nipah berwujud gerombolan buah dalam satu tandan. Bagian luarnya berwarna coklat tua mirip bunga kuncup dan bertekstur keras.  Mengangkat satu tandan buah nipah lumayan butuh tenaga. Ketika satu persatu buah dalam tanda di belah terdapat daging buah yang mirip kelapa, berwarna putih bening. Selintas mirip daging buah rambutan. Untuk mengambilnya tinggal dicongkel untuk membuatnya terlepas dari kulit buahnya. 

Sungai Luar dan Sungai Dalam - dalam aktivitas Susur Sungai Wiralaga

 


Puas menyusuri bentangan sungai bagian dalam, kapal yang kami tumpangi beranjak menuju bentangan sungai bagian luar yang jauh lebih luas dengan pemandangan yang lebih luas. Hunian warga yang padat pada sisi kanan dan bentangan tumbuhan penyangga  sungai pada sisi kiri. Sepanjang kapal berlayar, mata saya tak henti mengagumi bentangan sungai yang memukau. Terlihat oleh saya potensi besar dari wujud sungai yang belum termaksimalkan. Kondisi sungai Wiralaga yang menurut saya punya suasana tenang dengan air sungai yang jernih. Jadilah sore yang syahdu bagi kami semua mengabadikan moment. Sangat berharap pula Kepala Daerah kabupaten Mesuji terpilih bersama segenap perangkat darah nantinya mampu mengoptimalkan potensi sungai Wiralaga hingga benar-benar menjadi Wisata Sungai yang potensial. Meski saya tahu ada Festival Sungai yang berlangsung di kabupaten Mesuji dan menjadi jadwal festival daerah unggulan kabupaten Mesuji, itu saja tak cukup. Gelaran tahunan tentu tak ada artinya jika tidak dilakukan maintenance secara berkala. Baiknya, segala komponen Pemerintah Daerah bersama segenap lapisan masyarakat Mesuji bergandengtangan dalam menjaga kebersihan dan keasrian lingkungan sungai untuk terus lestari, dan memesona. Tak hanya pihak yang penasaran, saya pribadi masih berminat kembali tandang dan eksplorasi lebih lanjut  sungai Wiralaga yang menurut saya Istimewa.


Rabu, 07 Februari 2024

TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS - WISATA ALAM YANG KINI DENGAN KONSEP BARU



Buat kamu yang suka wisata ke Taman Nasional tentu sudah tak asing dengan Taman Nasional Way Kambas. Meski belakangan sempat tutup imbas Covid-19, kini kembali dibuka untuk umum dengan konsep baru.

Saya menyempatkan tandang ke bagian dalam kawasan Taman Nasional Way Kambas yang merupakan bagian dari area Pusat Latihan Gajah (PLG) setelah bertugas memandu acara Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-18 Satuan Polisi Kehutanan Reaksi Cepat (SPORC) pada 17 Januari 2024 lalu yang berlangsung pada bagian depan dari pintu masuk utama area Taman Nasional Way Kambas.  Dengan capaian luas  125.631.31 hektar, Taman Nasional Way Kambas memiliki beberapa bagian. Selain sebagai tempat wisata alam TNWK juga merupakan kawasan konservasi beberapa satwa langka dan pelestarian alam.

Maka siang itu seusai bertugas memandu acara, saya, Olive – partner ngMC saya dan beberapa rekan Muli Mekhanai Bandar Lampung mendatangi bagian dalam dari TNWK. Meski sudah beberapa kali berkunjung ke TNWK, saya pribadi tak pernah bosan. Terlebih ingin merasakan konsep baru untuk wisatawan umum yang ingin tandang ke TNWK.

 

 Setelah dibuka kembali pada 20 Desember 2023 lalu, TNWK memiliki konsep baru bagi wisatawan yang ingin berkunjung dan berwisata dalam TNWK. Konsep  baru tersebut lebih pada menjaga kelestarian alam untuk pariwisata berkelanjutan dan keterlibatan masyarakat sekitar.  Jadi setiap pengunjung yang dating wajib melalui 3 Rest Area yang terdapat pada desa penyangga atau desa yang dekat dengan kawasan TNWK. 3 desa penyangga tersebut adalah Labuhan Ratu 6, Labuhan Ratu 7 dan Labuhan Ratu 9. Jadi seluruh kendaraan pengunjung tidak diperkenankan sampai pada lokasi Pusat Latihan Gajah sebagaimana aturan sebelumnya. Tetapi di taruh pada Rest Area di 3 desa penyangga tersebut. Setiap pengunjung wajib membayar tiket masuk sebesar Rp. 40.000 dengan rincian, Rp.5.000 (harga tiket Weekday) Rp.7.500,- (harga tiket masuk weekend) dan sisanya menjadi pengelolaan koperasi desa dari 3 desa penyangga. Dari harga tiket masuk sebesar Rp. 40.000 tersebut termasuk pula harga parkir kendaraan pengunjung di Rest Area dan biaya pengunjung masuk ke dalam kawasan Pusat Latihan Gajah (PLG) menggunakan kendaraan roda empat terbuka yang disebut warga lokal ; mobil odong odong. Jadi secara harga tiket masuk tidak ada kenaikan hanya saja nilai tiket lebih pada keterlibatan masyarakat sekitar desa penyangga yang di kelola oleh koperasi desa.

 


Melalui konsep baru, berwisata ke TNWK tidak lagi mengetengahkan atraksi gajah tunggang meski pengunjung masih dapat berinteraksi dekat dengan gajah melalui aktivitas  member makan hingga memandikan gajah secara langsung yang tentu saja pengunjung wajib membayar sejumlah biaya untuk paket tambahan tersebut. Seperti halnya rekan-rekan Muli Mekhanai Bandar Lampung waktu itu yang ingin berpose akrab dengan gajah wajib membayar Rp. 20.000 per orang. Yang tentunya dengan pendampingan pawang gajah demi keamanan dan keselamatan pengunjung. Begitu pula dengan aktivitas memandikan gajah secara langsung pengunjung dikenakan biaya Rp.20.000 per orang untuk dapat berinteraksi akrab memandikan gajah secara langsung.


 


Konsep baru dari wisata ke Taman Nasional Way Kambas ini membuka kesempatan pada masyarakat sekitar untuk membuka peluang usaha berupa paket wisata hingga menyewakan hunian mereka sebagai homestay bagi wisatawan. Mengingat ada banyak potensi wisata alam yang tersedia di sekitar kawasan Way Kambas. Diantaranya wisata susur sungai hingga mengamati hewan hewan khas tropis lainnya. Selain aktivitas masyarakat desa penyangga TNWK yang tak kalah menarik untuk disimak secara langsung.  Maka jika harga tiket Rp.40.000/orang dirasa mahal maka pengunjung perlu memahami konsep wisata ke kawasan Taman Nasional.  Karena sejatinya konsep wisata ke kawasan Taman Nasional tak sama dengan konsep berwisata ke taman rekreasi buatan lainnya tetapi wajib menjadi bagian pelestarian lingkungan dan menjaga ekosistem alam dalam kawasan Taman Nasional.

rekan-rekan Muli Mekhanai Bandar Lampung (IMKOBAL)

OLive - my MC Partner


 

SEJARAH TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS

 

Sejarah Taman Nasional Way Kambas adalah satu dari dua kawasan konservasi yang berbentuk taman nasional di Propinsi Lampung selain Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 670/Kpts-II/1999 tanggal 26 Agustus 1999, kawasan TNWK mempunyai luas lebih kurang 125,631.31 ha.

Secara gaeografis Taman Nasional Way Kambas terletak antara 40°37’ – 50°16’ Lintang Selatan dan antara 105°33’ – 105°54’ Bujur Timur. Berada di bagian tenggara Pulau Sumatera di wilayah Propinsi Lampung. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas dan Cabang disisihkan sebagai daerah hutan lindung, bersama-sama dengan beberapa daerah hutan yang tergabung didalamnya.

Berdasarkan sejarah Pendirian kawasan pelestarian alam Way Kambas dimulai sejak tahun 1936 oleh Resident Lampung, Mr. Rookmaker, dan disusul dengan Surat Keputusan Gubernur Belanda tanggal 26 Januari 1937 Stbl 1937 Nomor 38.
Pada tahun 1978 Suaka Margasatwa Way Kambas diubah menjadi Kawasan Pelestarian Alam (KPA) oleh Menteri Pertanian dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 429/Kpts-7/1978 tanggal 10 Juli 1978 dan dikelola oleh Sub Balai Kawasan Pelestarian Alam (SBKPA).

Kawasan Pelestarian Alam diubah menjadi Kawasan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) yang dikelola oleh SBKSDA dengan luas 130,000 ha. Pada tahun 1985 dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 177/Kpts-II/1985 tanggal 12 Oktober 1985. Pada tanggal 1 April 1989 bertepatan dengan Pekan Konservasi Nasional di Kaliurang Yogyakarta, dideklarasikan sebagai Kawasan Taman Nasional Way Kambas berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 444/Menhut-II/1989 tanggal 1 April 1989 dengan luas 130,000 ha.

Kemudian pada tahun 1991 atas dasar Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor 144/Kpts/II/1991 tanggal 13 Maret 1991 dinyatakan sebagai Taman Nasional Way Kambas, dimana pengelolaannya oleh Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Way Kambas yang bertanggungjawab langsung kepada Balai Konsevasi Sumber Daya Alam II Tanjung Karang. Dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 185/Kpts-II/1997 tanggal 13 maret 1997 dimana Sub Balai Konsevasi Sumber Daya Alam Way Kambas dinyatakan sebagai Balai Taman Nasional Way Kambas.

Sejarah Alasan ditetapkannya kawasan tersebut sebagai kawasan pelestarian alam, adalah untuk melindungi kawasan yang kaya akan berbagai satwa liar, diantaranya adalah tapir (Tapirus indicus), gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), enam jenis primata, rusa sambar (Cervus unicolor), kijang (Muntiacus muntjak), harimau Sumatera (Panthera tigris), beruang madu. Badak Sumatera pada saat itu belum ditemukan sehingga bukan sebagai salah satu pertimbangan yang dipergunakan sebagai dasar penetapannya.
Namun demikian, setelah ditetapkannya sebagai kawasan suaka margasatwa hampir selama dua puluh tahun, terutama pada periode 1968 – 1974, kawasan ini mengalami kerusakan habitat cukup berat, yaitu ketika kawasan ini dibuka untuk Hak Pengusahaan Hutan, kawasan ini beserta segala isinya termasuk satwa, banyak mengalami kerusakan.
Dari jenis satwa tersebut, sampai dengan saat ini keberadaannya masih terjaga dengan baik, antara lain yang dikenal dengan The Big Five mammals yaitu tapir (Tapirus indicus), gajah Sumatera (Elephant maximus sumatranus), harimau Sumatera (Panthera tigris), badak Sumatera (Diserohinus sumatranus) dan beruang madu (Helarctos malayanus).


Wisatawan bisa interaksi sedekat ini dengan Gajah Gajah di Way Kambas.


Rabu, 03 Januari 2024

MENANDAI AWAL 2024

Indra Pradya MC Lampung


SELAMAT DATANG 2024.

Tahun baru datang dengan jutaan harapan terpampang.

Tahun 2023 memberi banyak kesan, pelajaran bahkan kesempatan-kesempatan baru yang tak pernah terfikirkan bakal terjadi sebelumnya.  Perjalanan berliku penuh kisah terukir selama 2023. Mulai dari perjuangan karier, pasang surutnya semnagat hingga di anggap remeh oleh mereka yang merasa lebih hebat meski tak ada bukti hebatnya.

 

2024, pingin lebih rutin menulis. Mengisi BLOG yang rasanya lumayan berlumut dan sedikit redup. Bukan karena tak jalan-jalan sebagai travel blogger. Tapi hasrat menulis itu berkurang dengan kerapnya menggarap konten pesanan yang cukup terpajang melalui akun instagram. Serangan konten video reels benar-benar menyita waktu dan perhatian. Terlebih sedang banyaknya handle event yang cenderung menarik di kemas dalam bentuk video reels.

 

Tapi setidaknya, tulisan bertema curahan hati macam ini membuat diri tergerak untuk menuliskan hal-hal menarik yang bisa jadi menjadi percikan semangat untuk menulis lebih rutin dan rajin lagi di masa mendatang.

2024, gak terlalu banyak berharap.  Hanya minta kesehatan dan kebahagiaan dalam segala kesempatan. Diberi banyak paluang baik dan pertemuan dengan orang-orang baik yang kasih kesempatan baik. Seperti 2023 yang penuh kejutan orang-orang baik mewarnai pencapaian demi pencapaian. Bisa jadi, bagi mereka biasa saja. Tapi bagi saya, terlibat dalam gelaran yang tak pernah terjadi sebelumnya adalah suatu pencapaian yang tak bisa di bilang biasa.

 

Bersyukur dalam kehidupan rumah tangga dan keluarga semua berlangsung lancer. Tak begitu ada hambatan berarti. Bersyukur karena anak istri selalu diberi kesehatan sepanjang 2023. Harapan yang sama juga terpanjat untuk tahun 2024. Karena kesehatan adalah hal utama. Saya belajar banyak bagaimana menjaga kondisi prima tubuh ini yang tak lagi muda belia. Saya mulai sadar akan keterbatasan dan kondisi lemah diri. Sejak 4 tahun terakhir mulai menata asupan makanan dan minuman hingga mengatur pola tidur dan perlahan mulai bergerak olah raga meski tergolong sedikit gerak.

 

Demikian kiranya uraian pemikiran singkat berkenaan dengan progress diri selama tahun 2023 dan harapan 2024 mendatang. Setidaknya diri dan jemari tergerak menulis seperti ini semacam sebuah pemanasan untuk nantinya mulai rutin dan rajin kembali menulis. Sungguh banyak bahan menulis dari runutan peristiwa yang telah terjadi hingga rencana-rencana yang nanti terlaksana. Semoga.  

Jumat, 18 Agustus 2023

IZINKAN SAYA BERCERITA SOAL ANGGAPAN MONOTON, TAK ADA PERUBAHAN HINGGA TAK ADA INOVASI DAN KREATIVITAS.

 



Seseorang dalam sebuah rapat menyampaikan pendapat bahwa penyelenggaraan ajang Pemilihan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung terkesan monoton, butuh pembaharuan, kreativitas dan inovasi.

Tentu tak ada sedikitpun niat saya membantah pedapat tersebut. Bukan berarti membenarkan tetapi apa gunanya berdebat dengan pihak yang pemikiran dalam pemaparan yang tergolong dangkal. Diam bukan berarti kalah kan?.

 

Izinkan saya menyampaikan beberapa hal yang berkenaan dengan pelaksanaan ajang pemilihan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung. Sebuah ajang pencarian sosok remaja terbaik di kota Bandar Lampung yang kelak akan menjadi Duta Wisata dan membantu pemerintah daerah dan segenap sektor kepariwisataan dalam promosi dan pelestarian Seni Budaya serta potensi pariwisata di Bandar Lampung khususnya dan provinsi Lampung pada umumnya.

Jika dinilai ajang pemilihan Muli Mekhanai Bandar Lampung terkesan monoton, butuh pembaharuan dan tak ada kreativitas serta inovasi didalamnya, coba simak apakah dalam ajang pemilihan Muli Mekhanai Bandar Lampung tidak ada proses seleksi awal?, gelaran audisi yang telah berlangsung sejak tahun 2010 adalah bukti bahwa ajang pemilihan diniatkan mendapatkan calon peserta yang berkualitas sedari awal hingga melakukan sistem ‘jemput bola’ ke kampus-kampus dan beberapa gelaran audisi umum. Lalu ajang Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung memiliki sistem penilaian yang lebih spesifik pada format MPT ; Mentality, Personality dan Talent. Sesuatu yang lebih spesifik dari konsep besar 3B. Jika dinilai monoton dan tak ada perubahan, mungkin karena sosok yang bertutur tak tahan dengan rangkaian pemilihan Muli Mekhanai Bandar Lampung yang tergolong lama. Tahap demi tahap penyisihan terkesan terlalu serius. Padahal itulah bukti keseriusan ajang pemilihan. Bukan sekedar pemilihan 1 sampai 3 hari lalu didapat juaranya atau ajang pemilihan duta wisata yang memang juaranya sudah dipersiapkan sehingga ajang pemilihan hanya sekedar menggugurkan kewajiban pelaksanaan anggaran kegiatan.

 

Masih menanggapi pelaksanaan Muli Mekhanai Bandar Lampung yang dinilai tidak ada kreativitas dan inovasi. Mungkin bisa di simak bahwa dalam ajang pemilihan Muli Mekhanai Bandar Lampung menerapkan konsep mini musikal untuk sajian unjuk bakat atau talent show peserta Muli Mekhanai. Jika ini dianggap bukan bagian dari kreativitas dan inovasi, bisa jadi yang dianggap kreatif dan inovatif adalah sajian untuk bakat yang dipanggil satu persatu. Termasuk pula konsep-konsep sajian panggung dengan produksi media visual sejak awal pemilihan berlangsung hingga sajian-sajian LED yang semuanya menyesuaikan konsep tampilan peserta di panggung. Jika ini juga dianggap bukan bagian dari Kreatifitas dan Inovasi, bisa jadi selera sosok handal yang bilang ajang pemilihan Muli Mekhanai Bandar Lampun monoton  tersebut lebih senang ketika sajian acara bernuansa jogged dugem hura-hura. Karena bagi mereka modernitas itu adalah segalanya. Ajang gemerlap Pageant lebih memukau mereka hingga melupakan esensi dari pelaksanaan Duta Wisata yang baiknya tentu lebih mengedepankan Seni dan Budaya Daerah. Kemudian jika rangkaian pengambilan photoshoot dan video profile yang berlangsung dalam ajang pemilihan Muli Mekhanai Bandar Lampung juga dianggap bukan sebuah upaya kreatif dan inovatif, bisa jadi si sosok handal tersebut menganggap bahwa kegiatan photo dan video tak ada gunanya. Lebih praktis jika peserta mengumpulkan photo masing-masing meski yang terkumpul adalah photo peserta menggunakan masker pun tetap dipajang di sosial media. Lalu terdapatlah gelar juara Best Photogenic dan Favorite meski tanpa ada proses Vote dan proses photo apapun.

 

Selanjutnya, dalam ajang Muli Mekhanai Bandar Lampung juga berlangsung proses Focus Group Discussion sebagai pengganti dari sesi interview Face to Face dengan jajaran dewan juri supaya lebih mendapatkan sosok yang handal sebagai spokesperson hingga sosok yang mampu membaur dalam group atau team. Hal ini tentu bukan bagian dari Kreativitas dan Inovasi karena sistem penjurian yang menitikberatkan pada kemampuan spokesperson peserta dirasa memakan waktu sedangkan pemenang lebih baik langsung terpusat pada sosok yang telah dipersiapkan yang berasal dari anak-anak didik, atau agency atau management model rekanan yang telah tertata sejak semula.

 

Selanjutnya, saya juga perlu menyampaikan posisi IMKOBAL yang telah bersinergi dengan Dinas Pariwisata sejak pertama terbentuk pada tahun 2008 dan dilakukan pelantikan kepengurusan pertama di tahun 2009. Jika ada pihak yang menyatakan bahwa tak tahu jika IMKOBAL adalah sebuah bentuk organisasi Duta Wisata yang mengantungi Surat Keputusan dari Walikota Bandar Lampung bisa jadi mereka adalah pihak-pihak yang memang malas mencari informasi meski setiap saat memegang erat Smartphone ditangan mereka. The Phone is Smart.

Jika kemudian IMKOBAL dinilai terlalu dominan dalam proses pemilihan Muli Mekhanai Bandar Lampung, bisa jadi yang punya statement tersebut tidak memahami bahwa IMKOBAL memastikan pemilihan berpegangteguh pada komitmen untuk mencari SDM muda yang layak menang. Sebagai pembanding dapat dilihat pada apa yang terjadi di ajang pemilihan serupa yang cenderung banyak di handle oleh agency atau management model ketimbang organisasi alumni. Ajang pemilihan Muli Mekhanai tidaklah sama dengan ajang Lomba Solo Song, atau lomba sekali pelaksanaan lainnya. Pada lomba Solo Song, fokus utama tentu pada peserta yang memiliki kemampuan olah vocal yang tepat dengan kepiawaian melakukan intepretasi lagu.  Dalam Lomba Solo Song tak peduli si peserta punya kemampuan lain diluar kemampuan bernyanyi. Sedang memilih Muli Mekhanai memiliki cakupan tak hanya sekedar cantik atau ganteng saja, juga tak hanya sekedar pintar saja. Tapi butuh sosok yang memiliki kemampuan yang memadai dengan visual yang baik dan pribadi serta beragam hal potensial untuk menjadi pribadi lebih baik lagi di kemudian hari. Disinilah peran IMKOBAL. Sebagai organisasi yang berisikan jajaran alumni Pemilihan Muli Mekhanai Bandar Lampung, IMKOBAL menjadi wadah bagi Muli Mekhanai untuk belajar bersama. Mengembangkan kemampuan sesuai dengan minat dan bakat yang mereka miliki. Pasca acara berlangsung IMKOBAL memberikan banyak kesempatan pada para pemenang Muli Mekhanai untuk berkolaborasi pada beragam pihak. IMKOBAL membuat jajaran Muli Mekhanai memiliki progress, belajar tekun untuk dapat tampil dalam presentasi ilmiah pada Internasional Conference di India, Vietnam dan Thailand (2018 & 2019), IMKOBAL juga menghadirkan Muli Mekhanai pada ajang ASEAN Tourism SUMMIT hingga menghantarkan jajaran Muli Mekhanai Bandar Lampung menjadi Juara 1 pada ajang Proposal Bisnis. Selain itu, IMKOBAL menempa kemampuan Muli Mekhanai dalam ajang ajang besutan organisasi dalam setiap angkatan. Mulai dari pogram ; IROC, IGOS, IMKOBALSDG’s, Ramadhanation, IMKOBAL BERAMAL, MANJAU, IMKOBAL Explore dan Pesona Kota. Sederet program yang belum tentu terfikir oleh si sosok handal dan komplotannya yang lebih cenderung sumringah duduk manis bermahkota ketika hadir di beragam acara.

 

Teruntuk sosok handal dan kawan-kawannya, jika ingin meninggalkan kesan yang baik dan warisan untuk generasi mendatang baiknya bangun sebuah pondasi atau organisasi dengan kekuatan kalian sendiri. Tak perlu mencampuri rumah tangga organisasi orang lain. Jangan sampai hanya karena merasa sudah hebat dan handal lalu merasa dapat menjadi bagian dari isi rumah organisasi orang lain yang tidak ada kaitannya dengan kalian. Usia kalian masih muda. Bentuk Organisasi sendiri. Besarkan. Hidupkan dengan nilai-nilai yang kuat dalam tempaan. Tapi memang membangun organisasi besutan sendiri tidak semudah berlenggak-lenggok atau bergaya hura-hura. Perlu ketekunan, integritas dan legacy yang ditanam dan diwariskan untuk generasi mendatang. Jika dalam tubuh organisasi IMKOBAL terdapat sosok-sosok solid dan kuat dalam tempaan semua karena pola didik dan arah yang diterapkan dalam IMKOBAL tidak sama dengan Agency atau Managemen Model.

Lalu, ketika saya pribadi dikata ikutcampur terlalu dalam pemilihan Muli Mekhanai Bandar Lampung dan dinilai terlalu dominan dalam IMKOBAL. Bisa jadi yang melontarkan pernyataan tersebut belum tahu jika sayalah yang mengawal lahirnya organisasi bernama IMKOBAL di tahun 2008 dan disempurnakan pembentukannya bersama jajaran rekan yang tergabung dalam Tim 6 sehingga dapat dilakukan pelantikan kepengurusan organisasi IMKOBAL pada 2009. Lalu dimanakah sosok-sosok handal itu saat saya dan tim berjuang membentuk IMKOBAL? Hingga dengan mudahnya ingin jadi bagian dari IMKOBAL sampai perlu mengajukan protes ketika instastory tak di repost pada instagram IMKOBAL. Hal sepele yang tak perlu ditanggapi. Sama halnya saya yang juga tak terlalu tertarik menanggapi beragam hal yang mereka sulut. Karena saya tak mau masuk dalam skenario pihak yang tak seirama dengan saya. Hidup saya jauh lebih menarik ketimbang mengurusi mereka yang merasa handal dan jelas-jelas berbeda ‘panggung’ dengan saya. Sesama profesi MC saja saya tidak berkompetisi, apalagi dengan mereka yang profesinya berbeda total dengan saya.

 

SATWA ELEPHANT ECOLODGE TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS LAMPUNG TIMUR




bagian depan Satwa Elephant Ecolodge kawasan Taman Nasional Way Kambas



Saya yakin betul bahwa tak banyak yang tahu soal Satwa Elephant Ecolodge,  meski letaknya hanya 500 meter dari pintu masuk Taman Nasional Way Kambas di Lampung Timur.  Apa sih Ecolodge itu?, Lalu apa pula Satwa Elephant Ecolodge?

 

Ecolodge adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan akomodasi wisata yang bergantung pada lingkungan dan sesuai dengan filosofi dan prinsip ekowisata (Hawkins et al., 1998).

Jadi secara umum, sarana bermalam model Ecolodge ini selalu ada di dekat Taman Nasional di beragam belahan negara. Begitu pula di Indonesia. Nyaris semua Taman Nasional di beberapa provinsi di Indonesia terdapat bangunan Ecolodge. Ciri dari bangunan Ecolodge umumnya berwujud sederhana, pengunaan kayu sebagai ciri bangunan begitu dominan. Hal tersebut karena keberadaan Ecolodge menjadi satu-kesatuan dari sebuah Taman Nasional.


kawasan asri dengan dedaunan hijau dan pepohonan yang rindang.

 

Sebenarnya, Saya pribadi tak begitu tahu soal keberadaan Satwa Elephant Ecolodge dalam kawasan Taman Nasional Way Kambas.  Meski kali pertama tandang ke Way Kambas saat masa Putih Abu Abu dulu sudah melihat wujud bangunan saat perjalanan memasuki bagian depan Taman Nasional Way Kambas. Saya kira dahulu adalah hunian warga atau pengurus dari Taman Nasional Way Kambas. Setelah puluhan tahun berlalu, Saya pun mengetahui kondisi dari Satwa Elephant Ecolodge yang berada di desa Labuhan Ratu 9, kecamatan Labuhan Ratu kabupaten Lampung Timur tersebut.

 

 Satwa Elephant Ecolodge adalah bangunan yang menjadi akomodasi penunjang dari kawasan Taman Nasional Way Kambas. Dengan luas terdiri dari 1.300 kilometer persegi, Taman Nasional Way Kambas terdiri dari hutan rawa dan hutan hujan dataran rendah. Taman Nasional Way Kambas menjadi cagar alam pada tahun 1972 dan dikenal dengan populasi Gajah Sumatera yang tergolong signifikan. Selain itu dalam Taman Nasional Way Kambas terdapat pula konservasi Badak Sumatera di tahun 1990-an, Harimau Sumatera dan terdapat pula mutual sekawanan Kera, Owa Siamang, Tapir Melayu termasuk 300-an lebih spesies burung dan juga Bebek Sayap Putih endemik.

 


Saya tandang ke Satwa Elephant Ecolodge dalam rangka menjadi narasumber pelatihan peningkatan kapasitas PKK  24 kecamatan se-kabupaten Lampung Timur. Pelatihan yang  berlangsung di kecamatan Labuhan Ratu kala itu adalah kecamatan terakhir dari seluruh rangkaian acara pelatihan dan berlokasi di Satwa Elephant Ecolodge.

 

suasana pelatihan di pekarangan Ecolodge

“Kenapa namanya Satwa Elephant Ecolodge?” Tanya saya  penasaran pada pak Defri selaku Camat Labuhan Ratu yang kala itu turut hadir dalam pembukaan pelatihan yang juga dihadiri oleh Ketua Tim Penggerak PKK Lampung Timur.  “Satwa bermakna banyaknya jenis hewan, sedangkan Elephant adalah hewan yang jumlahnya banyak dan menjadi ciri dari Taman Nasional Way Kambas.  Makanya kawasan ini diberi nama Satwa Elephant Ecolodge” terang pak Defri.

 

Satwa Elephant Ecolodge didirikan sebagai akomodasi penunjang bagi pengunjung yang ingin bermalam dan dekat dengan kawasan Pusat Latihan Gajah (PLG) Taman Nasional Way Kambas. Sebagai sebuah sarana bermalam, Satwa Elephant Ecolodge terdiri dari 4 pondok yang ditata sederhana tapi mengutamakan kenyamanan. Empat bangunan yang berada terpisah satu sama lain dalam satu kawasan rindang tersebut dapat menampung 4 orang dalam 1 bangunan bermalam. Ukuran ranjang yang tergolong luas dengan sarana bermalam yang memadai. Hamparan rumput bersanding dengan taman nan hijau mencipta suasana sejuk dan nyaman selama berada di sekitar bangunan. Terdapat pula gazebo yang dapat di manfaatkan sebagai ruang berkumpul selain restaurant yang berada dekat dengan area resepsionis pada bagian muka dari Satwa Elephant Ecolodge.


Kondisi kamar tidur dengan ukuran ranjang yang besar dan ruangan yang bersih.

 

Bagi wisatawan yang menjunjung tinggi kemewahan, bermalam di Ecolodge pastilah kurang sesuai. Tak ada kemewahan dari bangunan Ecolodge. Mengingat bangunan jenis Ecolodge tergolong sederhana. Bahkan secara tampilan luar akan terkesan seadanya. Tapi memang itulah konsep dari Ecolodge. Sebagai penyedia fasilitas akomodasi pariwisata yang wajib memenuhi kriteria antara lain ; Melindungi lingkungan sekitar, baik alam dan budayanya; memiliki dampak minimal pada alam di sekelilingnya selama pembangunannya; sesuai dengan konteks fisik dan budaya melalui perhatian pada bentuk, lansekap dan warna, serta pembangunan arsitektur lokal; menggunakan sarana yang berkelanjutan untuk perolehan air dan mengurangi konsumsi air; menangani dengan hati-hati pembuangan limbah padat dan limbah lainnya; mendapatkan kebutuhan energy dengan desain pasif dan mengkombinasikannya dengan beberapa hal terkait untuk berkelanjutan yang lebih besar; mengupayakan untuk bekerja bersama dengan komunitas lokal; menawarkan program interpretative untuk mendidik, baik pegawai dan wisatawan, seputar lingkungan alam dan budaya sekeliling; berkontribusi pada pengembangan lokal berkelanjutan melalui program penelitian.


salah satu penginapan dalam Ecolodge yang terhubung dengan gazebo.


Selaku Camat, pak Defri menjelaskan bahwa Satwa Elephant Ecolodge didedikasikan untuk mendidik dan memberdayakan masyarakat lokal dalam konservasi jangka panjang dan pembangunan berkelanjutan. Kawasan Satwa Elephant Ecolodge dijalankan sepenuhnya oleh penduduk desa setempat dan staf  yang berfokus pada pelestari lingkungan secara terus menerus.  

 

Buat yang ingin reservasi dan info lebih lanjut soal Satwa Elephant Ecolodge dapat mengakses laman berikut ; https://ecolodgesindonesia.com/sumatra-ecolodge/

Alamat Satwa Elephant Ecolodge ; berada di Labuhan Ratu 9.

Kecamatan Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur. Provinsi Lampung.

Scroll To Top