Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Rabu, 06 Januari 2016

MENYIBAK MAKNA FALSAFAH HIDUP ORANG LAMPUNG - PIIL PESENGGIRI




Rumah Panggung khas Lampung


…”Piil, wooy… Piil..” 
demikian sepenggal kata yang terucap dengan suara bervolume keras  dari obrolan yang terjadi antar dua pemuda di sebuah kedai kopi.  Sebagai pribadi yang lahir dan besar di Lampung dengan mewarisi darah suku Lampung Pepadun dari Ayah saya, tentu saya mengerti maksud dari kata Piil yang terlontar dari pemuda tersebut.


Obrolan pemuda di kedai kopi sore itu membawa keinginan saya untuk menggali makna lebih dalam dari Piil Pesenggiri tersebut.  Bukan hanya sekedar tahu.  Terlebih ada persepsi yang menurut saya – cukup keliru, yang sering terjadi saat seseorang atau suatu pihak memaknai Piil Pesenggiri.

Keinginan untuk memahami makna Piil Pesenggiri yang saya yakini sebagai filosofi masyarakat Lampung nan agung dalam berkehidupan yang telah ada sejak dahulu tersebutlah yang kemudian membawa saya membuka beberapa buku di Perpustakaan Daerah Lampung sebagai rujukan dan referensi termasuk mendatangi tokoh bernama Amrin Ayub – Tuan Pangiran dari Balai Kencana Adat Tiyuh/Anek Tuho Rajobaso Marga Balau Bandar Lampung, yang kemudian memperkaya pemahaman saya.



Piil Pesenggiri bagi masyarakat Lampung memiliki makna sebagai cara hidup (Way of Life).  Ini bermakna, setiap gerak dan langkah kehidupan orang Lampung dalam kehidupan sehari-hari dilandasi dengan kebersihan jiwa. Dari tindakan ini tercermin hubungan vertical dan horizontal dalam masyarakat Lampung berupa keimanan pada Tuhan dan pergaulan sosial pada sesama. Etos dan spirit kelampungan inilah yang harus ditumbuhkembangkan untuk membangun eksistensi orang Lampung dan penanda kearifan lokal di era keragaman global saat ini.
Suku Lampung dalam jejak rekam sejarah tercatat sebagai salah satu suku bangsa yang memiliki peradaban tinggi. Bukti nyatanya suku Lampung memiliki aksara baca tulis yang bernama Ka Ga Nga, bahasa dalam dua dialek Nyow dan Api, tatanan acuan pemerintahan dalam kitab kuntara raja niti (kitab hukum tata negara), tradisi, arsitektur, sastra dan adat istiadat yang tumbuh dan berkembang turun temurun.
Selain itu, salah satu penanda atau cirri suatu masyarakat memikiki peradaban juga ditandai dengan adanya filsafat dan falsafah hidup sebagai refleksi atas kesemestaan. Artinya, setiap titi gemati atau budaya pasti memiliki dasar filosofi yang mengandung hikmah bagi masyarakatnya. Adat Lampung pun mempunyai Piil Pesenggiri sebagai dasar filosofiinya.

Orang Lampung Pesisir menyebutnya : Ghepot Dalom Mufakat (prinsip persatuan); Teranggah Tetanggah (prinsip persamaan); Bupudak Waya (prinsip penghormatan); Ghopghama Delom Bekeghja (prinsip kerja keras); Bupil Bupesenggiri (prinsip bercita-cita dan keberhasilan).
Kemudian Lampung Pepadun menyebut ; Piil Pesenggiri (prinsip kehormatan); Juluk Adek (prinsip keberhasilan) Nemui Nyimah (prinsip penghargaan); Nengah Nyapur (prinsip persamaan); Sakai Sambayan (prinsip kerjasama).

Kearifan lokal masyarakat Lampung yang terkandung dalam Piil Pesenggiri ini biasa dijadikan modal dalam menggiatkan pembangunan bumi Lampung. Falsafah ini pula yang meng-inspirasi dan menjadikan spirit lahirnya motto ‘Sai Bumi Ruwa Jurai’ = Satu Bumi Dua Jurai (Suku) – yakni suku Lampung Asli (Pepadun dan Saibatin) dan suku pendatang (beragam suku yang datang dari luar provinsi Lampung). Motto Sai Bumi Ruwa Jurai itulah yang menggambarkan masyarakat etnis Lampung memiliki keterbukaan untuk menerima dan melindungi eksistensi jurai atau suku pendatang untuk bersama sama tinggal berdampingan dan membangun bumi Lampung.

Lampung juga merupakan daerah terbuka terhadap pendatang, buktinya Lampung merupakan daerah transmigrasi pertama di nusantara. Kehadiran transmigrasi pertama dilakukan oleh pemerintah pada tahun 1905 di daerah Bagelen – Gedong Tataan yang kini masuk kabupaten Pesawaran.
·         Ingin tahu tentang Museum Transmigrasi di Lampung silakan klik alamat ini…  http://eviindrawanto.com/2015/11/jejak-pertama-orang-jawa-di-museum-ketransmigrasian-lampung/


Piil Pesenggiri  yang merupakan falsafah hidup orang Lampung memiliki arti harga diri, maknanya prinsip prinsip yang harus dianut agar seorang itu memiliki eksistensi atau harga diri. Adapun Piil Pesenggiri sebagai penyangga (pilar) utama filosofi orang Lampung disokong empat pilar penyangga yaitu Nemui Nyimah (produktif), Nengah Nyapur (kompetitif),  Juluk Beadek (inovatif) dan Sakai Sambayan (kooperatif)

·         Nemui Nyimah
Nemui berarti Tamu
Nyimah atau Simah berarti Santun.
Bagian Nemui Nyimah ini sebagai perlambang kala masyarakat Lampung menjamu kehadiran tamu. Simah adalah sebagai penentu. Keterbukaan terhadap seluruh masyarakat yang menjalin hubungan saat bertamu.  Sikap sopan santun kala bertamu termasuk didalamnya menjamu tamu yang datang berkunjung pun menjadi perhatian masyarakat Lampung. Tindakan ini merupakan penerapan prinsip membina tali silaturahmi baik terhadap generasi sebelumnya maupun generasi mendatang.

·         Nengah Nyapur
Nengah memiliki arti kerja keras, berketerampilan dan bertanding. Kata Nengah  haruslah bersanding dengan kata Nyapur yang berarti tenggang rasa dan jiwa kompetitif. Nengah Nyapur juga merupakan salah satu upaya masyarakat lampung membekali diri dengan kemampuan dalam mengarungi kehidupan untuk kemudian dimanfaatkan secara optimal bagi kemakmuran umat manusia. Termasuk tekad untuk terus menerus belajar baik belajar dibidang akademik maupun belajar melalui pengalaman.

·         Bejuluk Beadek
Bejuluk atau Juluk berarti nama baru ketika seseorang mampu mencapai cita citanya.
Adek berarti gelar atau nama baru yang di sandang.
Bejuluk Beadek pun kemudian menjadi bagian dari tata cara pemberian gelar. Pemberian gelar atau nama biasanya melalui acara Seghak Sepei untuk Juluk dan upacara Mepadun untuk Adek. Nama-nama baru hanya diberikan ketika ada sesuatu yang baru. Dengan demikian maskayarat Lampung selalu menginginkan terjadinya perubahan pembaharuan dan inovasi. Bejuluk Beadek juga merupakan salah satu sikap dari masyarakat Lampung yang mencerminkan pada kerendahatian dan kebesaran jiwa untuk saling menghormati baik dalam keluarga maupun lingkungan masyarakat.

·         Sakai Sambaian
Sakai atau Akai  berarti terbuka dan bisa menerima sesuatu yang datang dari luar.
Sambai atau Sumbai (utusan) berarti memberi.
Sakai Sambaian dapat diartikan sebagai sifat kooperatif, gotong royong atau urun rembuk masyarakat Lampung pada lingkungan dimana mereka bertempat-tinggal.


Seiring berjalannya waktu, falsafah hidup masyarakat Lampung yang tertuang dalam Piil Pesenggiri mengalami ketidakmaksimalan dalam penerapannya meski sebagian kelompok masyarakat Lampung masih memegang teguh bahkan menerapkan butir butir dari isi Piil Pesenggiri tersebut dengan baik. Kesalahpahaman penafsiran dari Piil Pesenggiri pun kerap terjadi dalam kegiatan bermasyarakat orang Lampung. Terlebih kaum muda yang juga cenderung salah tafsir terhadap butir butir Piil Pesenggiri.
Piil Pesenggiri yang agung tersebut menjadikan sebuah rasa gengsi yang kemudian dapat menghambat kemajuan personal. Seseorang yang salah menafsirkan Piil Pesenggiri sering merasa tidak perlu belajar lebih baik lagi  karena merasa gengsi untuk meminta bantuan atau bertanya pada yang lebih paham akan suatu bidang.  Belum lagi ketidakterbukaan seseorang untuk menerima kritik dan saran membangun dan kesadaran untuk terus memperbaiki diri karena terjebak dengan pemahaman Piil Pesenggiri yang salah.  Piil Pesenggiri yang juga salah arti menyebabkan seseorang menjadi pongah dan malas. Ada kecenderungan merasa gengsi untuk belajar dan bekerja keras dalam bidang bidang yang dianggap tidak pantas. Terlanjur bergaya mewah sehingga merasa gengsi jika tampil sederhana. Berdasarkan diskusi saya dengan pak Amrin Ayub mengindikasi bahwa ada sebagian pemahaman masyarakat Lampung yang keliru antara definisi butir butir dalam konsep Piil Pesenggiri dengan kata ‘gengsi’. Semoga pihak pihak yang kerap mengatasnamakan Piil dapat membedakan mana arti Piil yang sebenarnya dan mana yang hanya sekedar gengsi.



37 komentar :

  1. wah jadi nambah wawasan nih bang indra... kechee...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Abang jika berkenan alhamdulilah ehehehe

      Hapus
  2. Mas Indra, apakah arti teriakan Piil woy..Piil dari kalimat pembuka pos ini artinya: Gengsi woy..gengsi..Atau malu woy..malu..?

    Tapi memang rendahnya sosialisasi tentang adat-istidat suatu negeri atau budaya sendiri terhadap generasi muda adalah penyebab utama mengapa adat dianggap kuno, usang dan ketinggalan jaman. Belum lagi jika adat tersebut dihadap-hadapkan dengan cara hidup moderen. Ketidak matangan dalam memahami kearifan nenek moyang membuat budaya moderen kelihatan lebih wah, lebih kinclong, dan lebih bisa diterima. Padahal cara hidup moderen sekerang juga hasil asahan dari berbagai cara hidup kuno...Dan kita sudah melihat berbagai gesekan dalam masyakarakat kala cara hidup moderen itu diterapkan mentah-mentah...

    Maka alangkah baiknya jika semua generasi muda seperti dirimu, Bang. Membaca lebih banyak pusaka yang ditinggalkan nenek moyang agar memahami alur dan patut dalam istiadat sendiri. Tak sembarangan mencap sudah tak cocok perkembangan jaman. Atau malah salah menafsirkan seperti Piil Pesenggiri ini..

    Bravo, Bang..aku suka banget posting ini :)

    BalasHapus
  3. Mba, memang Aku sengaja tidak menggambarkan secara jelas obrolan Dua pemuda tersebut. Tetapi secara General adalah himbauan Dari salah satu pemuda untuk melakukan upaya lebih yang dianggap oleh sipemuda sebagai jalan yang dianggap merendahkan dirinya, itu sebabnya sang pemuda merasa Ada rasa gengsi . Terkadang beberapa pihak mengartikan PIIL sama dengan Gengsi. Untuk itulah saya kupas per butir Dari Isi Piil Pesenggiri dibpostingan ini. Berkenan dengan kecenderungan pemuda masa kini lebih menyukai Hal Hal yang dianggap modern sepertinya dapat jadi dasar pemikiran Postingan selanjutnya heheehehe. Btw thanks banged pujian nya mba. Tersanjung dapat pujian Dari blogger senior untuk blogger ku yang penulisannya amburadul ini. Hiks.

    BalasHapus
  4. Saran utk kita semua, jika mempelajari suatu budaya adat istiadat jgn hanya bersumber pada buku, tp jg bertanya kpda para tokoh adat/perwatin disekitar..
    Mempelajari suatu budaya tidak hanya berdasarkan teori, tp jg mempraktikan, mengenal langsung, mengikuti langsung suatu acara adat..
    Supaya lebih paham dan tidak salah tafsir..
    Karna jika hanya membaca buku/teori tetapi tidak melaksanakan ,budaya perlahan akan hilang dan hanya tinggal cerita teori nya saja yg ada dibuku2..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas masukan nya . Jika saja Auto Race berkenan membaca ulang tulisan saya tentu Akan lihat penjelasan saya bahwa Ada sosok pemuka Adat yang saya temui dan wawancarai. Hehehehe. Silakan disimak. Sumber buku saya Gunakan sebagai referensi dan dasar Dari interview Kepada tokoh yang merupakan bagian Dari pelaku Adat.

      Hapus
  5. AKU KETURUNAN LAMPUNG ASLI,TEPATNYA KRUI,AKU INGIN BANYAK BELAJAR ADAT ISTIADAT,KEBIASAAN HIDUP BESERTA PANTANGAN2 HIDUP SEBAGAI ORANG LAMPUNG,SAYA JUGA INGIN TAU DAN MENGERTI AKSARA LAMPUNG,MOHON PETUNJUK DAN JALAN KELUARNYA,TERIMAKASIH.SALAM UNTUK TAMONG,KAJONG PUARI SAI WAT DI LAMPUNG.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih zakya komala, bisa simak akun akun @kelilinglampung dan @infolampung yang gemar memuat gelaran Adat dan budaya lampung. Atau dapat langsung ke akun Resmi Pemerintah Daerah setempat. Btw Semoga tombol kapslok segera pulih.

      Hapus
  6. Saya bukan keturunan lampung tapi saya lahir dan besar di lampung... kebetulan saat kuliah saya mengambil jurusan sosiologi di fisip unila dan pas banget dekripsi saya waktu itu mengangkat tema yg sama... "Perubahan Nilai Pi'il Pesenggiri pada Masyarakat Lampung Pepadun"... dan baca artikel mas indra ini bikin saya inget masa2 bikin skripsi sampe becucuran air mata xixix

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mba... Semoga tulisan saya dapat berkenan dan menjadi referensi kelak. Sukses selalu buat mba yaaaa

      Hapus
  7. Suka sama tulisan mas indra ini mengingatkan saya sama judul skripsi saya zaman kulian "Pergeseran Nilai Pi'il Pesenggiri pada Masyarakat Lampung Pepadun" xixixi jadi kangen kuliah saya jadinya ^^

    BalasHapus
  8. Fotonya rumah tetangga saya.. ada nama amrin ayub nya juga. Wehehe.. keren

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yes. Pak Amrin Ayub sosok yang hebat. Sekaligus Menyemangati kaum muda untuk terus berkarya

      Hapus
    2. Alhamdulillah jd bangga kbetulan beliau adalah ayah saya, salam kemuaghian anjak sikam Indra Pradya

      Hapus
  9. Amiiiinnnnn. Tabik Ngalimpukha Puunn....

    BalasHapus
  10. Kalau mau mendalamin tentang arti piil pasenggiri ada pepadun temui Dr. Farida Ariyani, M.Pd. beliau pernah melakukan penelitian tntang piil pasenggiri. Dan beliau merupakan tokoh MPAL (Majelis Penyimbang Adat Lampung), dedikasi beliau terhadap adat dan budaya lampung luar biasa.

    BalasHapus
  11. Saya asli orang lampung tapi lama tinggal di luar lampung, cuma sampai sma kelas aja di lampung (smunda) dan setelah itu kembali ke lampung cuma sewaktu hari raya aja. Kebetulan juga saya senang untuk mempelajari adat budaya asal saya ( yg kebetulan orang krui) dan berencana mengajarkan ke anak saya juga tentang budaya asal bapaknya, selain budaya tempat tinggalnya sekarang di sulawesi.

    sampai saat ini belum sempet melihat rujukan secara menyeluruh secara on line (pdf atau ebook lain) yang bisa jadi refrensi yang bagus klo buat di tunjukkan ke anak saya maupun keluarga di sini. Klo misalnya ada buku online atau rujukan buku yg bagus, kasih info ya bang.

    ngilu maap ki mak sekenaan..

    BalasHapus
  12. Terima kasih Pak Akubar. Secara Khusus saya Pribadi belum menemukan buku yang merujuk secara Khusus tentang falsafah budaya Lampung tsb. Ulasan saya ini pun merupakan kompilasi Dari beberapa sumber termasuk wawancara dengan tetua Adat yang paham tentang falsafah budaya lampung.

    BalasHapus
  13. piil pesenggiri itu gak gitu...

    BalasHapus
  14. kak nyow teduh meteii sai tuho,
    #salamPagas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mateiii sikam khumpok salam pagas matei mapas

      Hapus
  15. Tabik Pun, permisi yay,
    tulisan yang sangat menarik, dan membantu saya dalam tugas akhir.
    terima kasih

    dan tolong konfirmasi facebook saya, saya telah mengirim pesan untuk beberapa pertanyaan, mohon diperkenankan waktunya untuk membalas pesan tersebut :) terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih jika berkenan dan bermanfaat. turut bahagia. semoga lancar skripsi mu yaaa... bisa connect dengan Instagram saya ; duniaindra atau ID Line ; duniaindra

      Hapus
  16. Maaf saya orang lampung asli dari kecil kami sering menggunakan kata2 itu.Piil pesenggikhi itu di maksud kan agar menggunakan perasaan terhadap apa yg akan dia atau kita laku kan setiap perbuatan perkataan dan tingkah laku agar disertai dengan perasaan agar tidak membuat malu diri sendir pada ahir nya nnti.

    BalasHapus
  17. Saya lahir dan tinggal di lampung, namun bukan asli lampung, membaca artikel mas indra sangat menarik sekali, bisa mengenal budaya lampung, apa lagi saya juga tinggal di lampung

    BalasHapus
  18. Izin jadi referensi ya kak Indra ^^

    BalasHapus
  19. Nemui nyimah..
    Saling mengunjungi
    Untuk bersilaturahmi
    Serta ramah menerima tamu

    BalasHapus
  20. Ass..ka mau nanya Piil Pesenggiri merupakan sikap memelihara kehormatan diri
    dari segala hal yang akan merendahkan, merusak dan menjatuhkannya. Pertanyaan saya apa sajaNilai-nilai spiritual dan moral yang terkandung dalam Pi’il
    Pesenggiri pada masyarakat bandar Lampung sendiri? Terimakasih

    BalasHapus

Scroll To Top