Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Selasa, 28 Oktober 2014

LOKSADO, KEINDAHAN ALAMI YANG TERPENDAM DI KALIMANTAN SELATAN



 
Pintu gerbang memasuki LOKSADO


Masih lelah rasanya tubuh dan enggan untuk beranjak dari tempat tidur ketika matahari menyelinap masuk lewat jendela kamar hotel di pusat pasar Kandangan. Setelah kemarin,  -  Faden dan Dian  (INAGA KALSEL) berangkat dari banjarmasin dan menemui saya di Binuang lalu menuju Kandangan. Kandangan adalah pusat kota dari Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Butuh sekitar 3 jam perjalanan dari pusat Kota Banjarmasin. Dimalam harinya saya menjadi tamu untuk gelaran Pesona Model Sasirangan – nama jenis kain khas Kalimantan Selatan yang dilaksanakan untuk terus menerus melestarikan kecintaan penggunaan kain khas daerah, hingga larut dan di tutup dengan makan Ketupat Kandangan nan khas – sejenis Ketupat Kuah dengan lauk Ikan atau telur yang makannya tidak dengan sendok seperti biasanya tapi  menggunakan tangan!,  dan saya nambah!. Lupakan sejenak pola Diet.

 
salah satu keindahan alam sepanjang menuju Loksado

Sisa kelelahan pagi itu  harus di hilangkan karena agenda  kunjungan ke objek wisata menarik di kabupaten Hulu Sungai Selatan dan dalam rangka misi explore South of Borneo yang  harus tetap di laksanakan, apapun yang terjadi!.
Pukul 10 di minggu yang cerah, saya bersama Faden, Dian, Ayonk dan Alvi (INAGA KALSEL) dan juga 3 rekan dari INAGA HSS (Wahyu, Dita dan Tari)  berangkat dengan xenia menuju Loksado. Kunjungan ke Loksado di tempuh 1 jam perjalanan dengan medan jalan berliku, menukik tajam dengan nuansa membelah hutan tropis. Saya jadi ingat dengan rute jalan ke Lampung Barat dan ke Bengkulu Selatan waktu itu.
Loksado adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Loksado terletak di pegunungan Meratus merupakan salah satu desa wisata alam dan atraksi budaya masyarakat Dayak Bukit.
Kedatangan saya dan team kesana tentu untuk melihat langsung beragam object wisata yang ada di Loksado. Yang saya tahu di Loksado ada hamparan sungai yang sangat menantang untuk di lakukan Bamboo Rafting selain menyimpan banyak spot air terjun yang sangat menarik dan beragam.

 
areal start bamboo Rafting

debit air yang berkurang akibat kemarau

The Team : Mereka yang berkenan menjadi partner saya dalam trip ke Loksado


Tepat pukul 11 siang kami tiba di Loksado, ada banyak home stay disana, tanda banyak pengunjung yang pernah singgah. Setelah memparkir kendaraan di sudut keramaian warga disana, saya segera menuju sungai yang biasanya di jadikan tempat start Bamboo Rafting – warga setempat menyebutnya Belanting Paring. Tapi sayang siang itu debit air tak sederas biasanya. Maklumlah musim kemarau sedang melanda. Bahkan beberapa pekan terakhir ada banyak kawasan hutan di kalimantan terbakar akibat terik matahari musim kemarau. Cukup kecewa dengan tidak bisa melakukan bamboo Rafting yang saya sangat inginkan, kami melanjutkan perjalanan menuju Air Terjun Riam Hanai dengan mengendarai  lebih kurang 1 kilo perjalanan dengan xenia kemudian parkir dan perjalanan harus di tempuh dengan berjalan kaki, melewati jembatan rusak dan sungai dangkal karena kemarau.

Balai Adat Suku Dayak Meratus


Yang menarik ketika perjalanan kaki ke arah air terjun adalah adanya Balai Adat suku dayak Meratus. Suku Dayak Meratus adalah nama kolektif untuk sekumpulan sub-suku Dayak yang mendiami sepanjang kawasan pegunungan meratus di kalimantan Selatan.  Ketika memasuki desa suku Dayak Meratus saya menjumpai kegiatan warga disana. Mulai dari kegiatan keseharian pada ibu ibu yang  menjemur kayu manis hingga membuat anyaman bakul kerajinan tangan. Saya juga melihat ada beberapa babi hutan yang di pelihara bebas di perkampungan warga selain anjing sebagai teman warga  berburu di hutan.
Setelah melewati perkampungan tibalah kami di air terjun Riam Hanai yang di maksud. Ada banyak remaja setempat yang menjadikan air terjuns ebagai tempat bermain mereka. Melompat dari ketinggian menjadi kesenangan sendiri bagi remaja lokal. Saya sempat mencoba kebagian tengah air terjun meski harus mengurungkan niat ketika nyaris tenggelam. Hahahaha... nasib generasi tak pandai berenang. Itulah Saya.!

salah satu medan yang musti di tempuh menuju Air Terjun Riam Hanai

menikmati keindahan Air Terjun Riam Hanai

 Cukup lama saya dan teman teman INAGA KALSEL dan INAGA HSS menikmati kebersamaan dan keindahan Air Terjun Riam Hanai. Dan harus kembali lagi mengingat kami belum makan siang. Selain air terjun Riam Hanai ada banyak jenis air terjun yang juga ada di Loksado seperti Haratai. Sebenarnya saya ingin ke Haratai tetapi waktu tak memungkinkan, ada pula pengunjung lain yang melakukan kamping di beberapa spot air terjun yang tersebar di Loksado.
Cukuplah saya dan teman teman INAGA bertualang ke Loksado. Perjalanan terjal dan berliku dengan di tambah berjalan kaki bukanlah hal mudah bagi mereka yang tak menyukai tantangan alam. Beruntung saya dulu terlibat di kegiatan Pramuka kala sekolah. Setidaknya tak pernah mengeluh meski  harus melalui medan terjal. Hanya saja siang itu tak bisa meng-kontrol buang angin. Jadilah terkentut-kentut di beberapa titik jalan. Ketupat kandangan mungkin penyebabnya. Maaf bagi yang terkena Insiden kentut!. Hahahahha
Sebelum meninggalkan Loksado, kami serombongan sempat mendatangi pemandian air panas Tanuhi. Meski tak menikmati secara langsung, tapi view pegunungan dan hutan tropis alami sepanjang jalan hingga menuju kembali pulang adalah hal yang menarik.

Kelak saya akan kembali lagi ke Loksado. Kekaguman saya pada hamparan kekayaan alam dan budaya luhur yang masih di pegang teguh oleh masyarakat baik di Kandangan maupun di Loksado membuat saya terpikat dan ingin mendatangi kembali. Termasuk teman teman baru yang sangat baik dan berkenan menjadi bagain dari petualangan saya di Loksado.

Desember ke Loksado lagi.!!!

0 comments :

Posting Komentar

Scroll To Top