Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Sabtu, 07 Maret 2015

INVESTASI SAYA PADA ANAK SEJAK DINI.



 
salah satu hasil karya Bujang Pertama

Golden Age pada anak adalah masa dimana tumbuh kembang sempurna yang butuh pendampingan orang tua.

Demikian setidaknya sepenggal kalimat yang pernah saya baca di sebuah buku.
Dulu, di masa kecil, masih kuat dalam ingatan saya hingga kini, sosok Mama yang selalu bersemangat 45 ketika ada perlombaan menyanyi, deklamasi, lomba menari daerah, lomba pidato  - pokoknya semua lomba lomba yang menampilkan diri, menggunakan suara dan tampil  di hadapan orang banyak. Dari semua lomba lomba tersebut, Mama selalu membujuk saya untuk ikut serta. Tak semua bujukannya berhasil. Seolah tak habis cara, Mama kerap mengiming-imingi saya dengan baju, sepatu atau celana baru  jika saya berkenan ikut perlombaan yang ia sarankan. Kadang, Mama sering melakukan ‘tekanan’ ala orang tua pada anak nya. Tapi tidak ada tekanan yang kasar atau main tangan. Semua yang Mama lakukan masih dalam batas normal.
Singkatnya, semua hal yang dulu saya fikir percuma saja Mama lakukan ternyata berhasil. Hasrat Mama yang ingin saya tidak canggung tampil di depan umum ternyata benar benar berhasil. Saya ingat sekali bahwa Mama tidak pernah menargetkan saya untuk menang. Mama, adalah sosok yang selalu mendorong saya untuk ikut perlombaan demi perlombaan tetapi tidak pernah pasang target. Mama selalu bilang ..”Mama mau lihat anak Mama keren di atas panggung.” – hanya itu kalimat yang selalu ia tegaskan pada saya sebelum naik panggung.  

Setidaknya ketika beranjak besar, - SD, SMP, SMK, dan masa masa Kuliah, Saya bertransformasi menjadi sosok yang berani diatas panggung pentas. Semua lakon panggung berhasil saya lakukan karena ada jasa besar Mama sejak saya kanak kanak dulu. Sebelum Mama berpulang kepangkuan ilahi pada tahun 2002 akibat kecelakaan motor yang ia alami.

Kini, ketika saya telah berkeluarga dengan tiga anak. Saya dan istri sepakat bekerjasama membentuk pribadi dan mengarahkan bakat anak semenjak mereka kecil, dengan metode yang lebih kekinian. Tidak begitu ‘keras’ bagai metode Mama dahulu. Karena masa tumbuh kembang anak anak saya tentu berbeda jauh dengan masa yang saya hadapi kala belia dulu.  Dalam pemilihan kemampuan personal – mengingat anak saya masih belia, saya dan istri lebih setuju membekali anak anak dengan 3 jenis keterampilan yang harus ada dalam tumbuh kembang mereka di masa golden age. Semua anak anak saya pada masa dan tingkatan kemampuan mereka wajib mengikuti les Keagamaan (Mengaji), Kesenian (les music – Piano) dan Olah raga (renang, jogging, main bola, dsb). Pemilihan 3 bekal kemampuan personal pada anak anak saya bukannya tanpa alasan. Unsur agama yang kuat sejak kecil merupakan pondasi penting untuk kehidupan kelak. Saya sangat yakin bahwa kegamangan dan kekuatan diri ketika bertumbuhkembang akan di tentukan oleh kekuatan pondasi agama. Keimanan seseorang di perkuat oleh agama yang mereka anut. Mengaji adalah keharusan bagi anak anak saya. Beruntung ada guru Ngaji – ust. Abi Saiful yang berkenan datang kerumah untuk ketiga anak saya selama 3 kali dalam seminggu. Selanjutnya,  Les Piano juga wajib di lalui oleh ketiga anak saya. Untuk Saat ini , - mengingat tingkat kesiapan dan kematangan pada usia dan materi les hanya si Abang (putra sulung) saya yang melakukan les Piano setiap hari Jum’at sore. Keputusan saya dan Istri memberikan pendidikan musik pada anak dikarenakan anak anak harus di asah jiwa sensitivitasnya. Memasukkan  unsur musikalitas pada jiwa anak memberi jiwa empati dan antusias yang cukup baik ketimbang  anak anak yang tumbuh dengan musik yang tidak sesuai usia mereka sebagai anak anak. Tambahan kemampuan ke tiga yang harus di miliki anak saya selain Mengaji dan Musik adalah Olah Raga. Untuk yang satu ini, saya dan istri sepakat memasukkan Les Renang dalam daftar olah raga anak anak selain kegiatan olah raga jogging dan main bola di weekend yang senggang. Seminggu 2 kali cukup untuk kegiatan berenang. 

Mengarahkan kemampuan anak anak sejak dini adalah sebuah keharusan. Potensi anak musti di gali dan kemudian di arahkan pada minat dan bakat masing masing personal. Saya dan istri tidak sepakat jika anak di biarkan tumbuh naluriah saja. Karena anak anak tak akan pernah tahu apa yang mereka butuhkan di masa mendatang jika kami sebagai orang tua tidak membekalinya kemampuan sejak dini. Sama halnya dengan kemampuan yang saya miliki kini adalah sebuah ‘lecutan’ terbaik yang saya dapat dari sosok Mama yang hebat sejak saya kecil dulu. Mama benar benar pintar mengasah dan mengarahkan bakat saya. Dan begitu pun yang akan saya dan istri lakukan pada ketiga anak anak saya sejak mereka kecil. Saya sudah melihat adanya bakat bakat serta kecenderungan minat tertentu pada anak anak saya sejak mereka berusia 3 tahun. Sejak mereka bisa bergaya, bersenandung dan menunjukkan gerak gerik yang atraktif.
Menjadi orang tua yang mendidik anak  secara langsung tidaklah semudah teori di buku buku karya pakar professional. Tak pernah benar benar sama antara teori dan prakteknya secara langsung. Karena tidak ada sikap dan perangai anak yang sama satu sama lain. Saudara kembar sekalipun. Mendampingi ketiga anak dengan memberikan kebutuhan kebutuhan mereka bagai memberi warna pada selembar kertas putih. Warna warna tersebut kelak akan ber-transformasi kearah positif selagi saya dan istri bersinergi dalam membentuk pribadi dan kemampuan anak anak tanpa menggurui dan men-dikte mereka. 

0 comments :

Posting Komentar

Scroll To Top