Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Jumat, 08 Mei 2015

BELAJAR DARI CACAR.

Kumpulan Cacar di Tangan saya


Jika dapat memilih, tak ada manusia yang ingin sakit atau terkena penyakit. Tak beda dengan saya. Sebagai personal yang punya tanggung jawab bekerja, mencari nafkah bahkan berkarya dan berkontribusi bagi organisasi yang diikuti, tentu tak berharap terkena penyakit atau terserang penyakit. Tetapi Tuhan berkehendak lain. Meski sedang banyak pekerjaan kehendak Tuhan tak terbantahkan.

4 April 2015, Sabtu siang kala sedang memandu acara Temu Kangen alumni Fakultas Hukum UNILA angkatan 83 di Resto Bukit Randu, saya telah mengalami serangan panas di sekujur tubuh. Semaksimal mungkin saya tuntaskan pekerjaan memandu acara. Setelah acara selesai saya bergegas pulang. Tapi saya menyempatkan untuk singgah di Kantor Tourism Information Center (TIC) tempat pelaksanaan gelaran Audisi Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung 2015.

Suhu tubuh semakin panas kala sore  tiba di rumah. Jelang Maghrib saya sempat mendatangi klinik dokter yang tak jauh dari rumah. Sempat merasa lega kala dokter memberi obat dengan dosis tepat. Per lima jam saya harus menelan beberapa pil di tambah kondisi butiran cacar semakin merebak di sekujur badan.
Sempat panik karena serangan cacar datang dikala banyak jadwal kegiatan yang semuanya butuh kehadiran saya secara personal. Dengan beragam metode, obat, salep hingga cara cara tradisional saya lakukan, meski semakin hari semkin banyak butiran cacar air merebak sekujur tubuh.


Beberapa kegiatan yang bisa di lakukan berwakil, akhirnya saya delegasikan ke team yang saya percaya mampu melaksanakanya. Saya juga tak pernah berfikir bisa melaksanakan seluruh aktivitas dengan efektif jika kondisi cacar semakin hari semakin banyak. Masih lekat diingatan, betapa saya tak mungkin meninggalkan tugas menangani vocal para semifinalist Muli Mekhanai Bandar Lampung jelang malam talent show. Dengan menahan perihnya cacar di wajah yang semakin membengkak saya harus mengenakan cadar untuk menutup wajah yang tak indah di pandang. Hahahah.   

Dari serangan cacar yang merusak penampilan bahkan merusak jadwal kegiatan yang telah di susun. Terlebih beberapa pekerjaan memandu acara yang sebelumnya yang telah fix harus dibatalkan,  mengingat tak mungkin hadir di depan ratusan orang memandu acara dengan tampilan yang tak sedap di pandang mata.
Beberapa hari diri ini harus menahan diri untuk tidak terlalu banyak beraktivitas di luar rumah. meski terkadang tak pernah tenang melepas pekerjaan yang telah di delegasikan pada pihak lain. Selalu ada upaya untuk turun langsung meski hanya sekedar melihat dan mengamati secara langsung dan memastikan segalanya berjalan dengan lancar sesuai rencana yang di buat. Beruntung saya di topang oleh team work yang solid dan berkenan dimintai bantuan. Terima kasih atas kebaikan mereka. Tak kan dapat dengan mudah terlupa.

Terkena cacar selama 10 hari mulai dari serangan pertama hingga masa pemulihan yang membutuhkan kesabaran yang tak ala kadar membuat saya belajar untuk memahami keterbatasan diri. benar jika saya pribadi memiliki keterbatasan meski terkadang keingingan melampaui dari kemampuan diri.  Selalu ada hasrat yang jauh lebih besar dari ukuran tubuh ini. Meski saya tahu akan sebuah keterbatasan yang saya miliki. 


3 komentar :

  1. Begitulah bentuk alam berkasih sayang, mengingatkan kita utk berjenti sejenak tuk memberi hak pada tubuh istirahat. selalu ada pembelajaran dalam setiap periistiwa.

    BalasHapus
  2. Ia MBA, Tapi Jangan ketawa yaaa

    BalasHapus

Scroll To Top