Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Minggu, 26 Juli 2015

BINCANG BERMAKNA BERSAMA 7 PEMUDA DI PANTAI SELAKI



Kagum saya pada ke-elok-an bias cahaya matahari diantara gumpalan awan bak taburan kapas di permadani biru. Sungguh indah lukisan Pencipta Semesta di Tanjung Selaki sore itu.

Pantai Tanjung Selaki bukanlah sesuatu yang asing bagi saya. Saya pun yakin sebagian besar masyarakat Lampung mengenal Pantai Tanjung Selaki bahkan mungkin kerap menikmati suasana pantai yang juga dilalui garis pesisir Teluk Lampung ini. 
Secara teritori pantai Tanjung Selaki masuk dalam kawasan administratif kabupaten Lampung Selatan. Meski jarak tempuh menuju pantai Selaki tidaklah terlalu sulit dari kota Bandar Lampung - terletak di pinggir jalan utama Soekarno Hatta yang merupakan jalur lintas Sumatera. Wajar jika pantai Tanjung Selaki relatif mudah di jangkau segala lapisan masyarakat.

Hamparan Pantai Tanjung Selaki dengan perbukitan di wilayah garis pesisir teluk lampung

Hamparan tanah menjorok kebibir pantai jadi sarana bersantai para pengunjung



Sore itu, saya bersama rekan rekan menyempatkan berkunjung ke pantai Tanjung Selaki setelah menghadiri jamuan makan di Rumah Makan Puteri Kuring milik orang tua dari salah satu rekan bernama Agung Ruwanda. Aroma khas pesisir Teluk Lampung langsung dapat saya rasakan begitu memasuki bagian depan dari pantai Tanjung Selaki.
Tanpa perlu komando, Saya dan rekan rekan langsung berlarian menghampiri bibir pantai begitu mobil yang kami tumpangi terparkir rapi. Tak heran jika mengabadikan moment Sunset langsung terlihat dari setiap personal yang asik dengan ponsel masing masing.






Disela keriangan, saya tertarik untuk mendekati sekelompok anak muda yang sedang asik menikmati sore dengan ragam aktivitas di salah satu sudut pantai.
"Wah, seru banget kalian..." sapa saya berbasa basi.Berharap saya di sambut baik oleh sekelompok anak muda tersebut.
"Hei, mas." ucap salah satu dari kumpulan anak muda tersebut. Tanda jika satu dari 7 pemuda yang ada di hadapan menerima saya.
"Mau ikut berenang mas?" tanya pemuda lain yang berperawakan lebih jangkung. 
Dua pemuda menyambut saya. Senanglah hati ini.
"Aahhh, tak bawa baju ganti!" sahut saya menolak halus ajakan si pemuda jangkung. Alibi saya berhasil. Jatuhlah pamor jika mereka tahu saya tak pandai berenang sama sekali.!!! Hahahahhaha.
"Saya foto-in kalian aja ya..." pinta saya agar di terima dalam kelompok pemuda itu.
"Siiipppp.... Beneran yaaaa mas.... "
"Foto-in saya sedang lompat yaa mas..."
"Foto-in saya berdiri  di atas batu yaaa mas..."
Seluruh pemuda itu memesan minta di foto semua. Hampir setiap personal memiliki sudut foto bahkan gaya andalan.
Dan dengan suka cita saya mewujudkan semuanya. Semua permintaan foto para tujuh pemuda sore itu.
"Saya suka pas kalian melompat barengan... Bisa di ulang?." Pinta saya pada para pemuda yang disambut dengan riang, bahkan mereka berkenan melakukan pengulangan adegan melompat dari sebatang kayu yang berada di antara bebatuan di sudut pantai satu persatu.
"Lihat hasilnya mas..." beberapa diantara 7 pemuda itu melihat hasil photo diri mereka di ponsel saya. Beberapa merasa senang dan berjingkrak girang. Beberapa lainnya meminta photo ulang karena merasa kurang dapat sisi terbaik mereka.
"Kalian tinggal di daerah sini ?" Tanya saya disela aktivitas saya memfoto beberapa diantara pemuda tersebut.
"Tidak. Kami tinggal di Panjang. Ada beberapa di Teluk Betung." jawab seorang pemuda yang paling girang di foto.
"Kalian berteman lama?" tanya saya seolah cari bahan obrolan agar bisa bebas mengambil gambar dekat mereka.
"Mereka bertiga sudah lama berteman. Sejak kecil" sahut pemuda gondrong sembari menunjuk tiga rekan lainnya yang masih bergurau di bibir pantai.
"Kalau yang lain, termasuk saya baru gabung main sekitar 1 tahun lalu." sambung si gondrong sembari meneguk air soda botol.
"Wah sudah lama yaa.... Awet juga pertemanan kalian...akur terus yaa ?" tanya saya bernada lantang. Berharap di dengar dan dapat respons dari beberapa sosok pemuda lainnya yang sedari tadi hanya gemar di foto tapi tidak terlibat dalam perbincangan.
"Yaa... Gitulah mas, awet banget sih nggak. Pernah debat omongan, trus pernah berantem sampe tonjokan. Tapi ya ... namanya temen deket, dah kayak saudara yaa ...baikan lagi.hahahah".... papar seorang pemuda bertubuh tegap dengan logat Jawa kental.
"Karena kami merasa sudah seperti saudara, yaaa kalo pas berantem, gak lama baikan lagi kok.!..." sahut pemuda berambut gondrong sembari merangkul pemuda plontos bak TNI yang asik ngunyah kacang atom disampingnya.
"Kalian keren." ucap saya sembari menahan haus.
"Mas pasti lebih keren!, anak kota, banyak temannya...." seloroh pemuda bertubuh gemuk.
Saya hanya tersenyum. Haus makin mencekik.
"Mas, kirim foto foto tadi dong..." pinta pemuda jangkung mendekati saya.
"Wah, HP ku Lowbat." ucap pemuda jangkung setelah men-cek ponsel di ranselnya.
"Ada yang punya Facebook?" tanya saya pada semua pemuda.
"Ada.!" Jawab mereka serempak.
"Wah, kalian anak gaul yaaa... pada punya Facebook." ucap saya singkat lalu berlanjut dengan kesibukan men-Add akun Facebook ketujuh pemuda yang tiba tiba mengerumuni saya dan berharap foto mereka saya unggah di akun Facebook saya dan di tautkan ke dinding Facebook mereka.
"OK, semua foto saya kirim ke halaman Facebook kalian semua yaa...." ucap saya diantara 7 pemuda yang tiba tiba sibuk menengok ponsel masing masing.
"Terima kasih mas...." sahut mereka nyaris serentak.
"Mas, kapan kapan kita ketemuan lagi yaa.... Siapa tau bisa jalan jalan bareng, dan foto foto lagi." ujar si plontos.
"Mas, boleh minta PIN BB?..." pinta si tambun.
Saya pun tak keberatan berbagi PIN BB, nomor ponsel hingga bertukar akun sosial media.

Berada di antara 7 pemuda yang berkumpul dalam balutan persahabatan di sore yang tak pernah saya fikir akan terjadi di pinggir pantai Selaki memberi saya sedikit warna berbeda sore itu. Melihat dan merasakan langsung bagaimana 7 pemuda tersebut sangat 'welcome' menerima kehadiran saya yang notabene adalah sosok asing. Ada kekaguman saya pada hubungan persahabatan mereka. Penuturan seputar kehidupan persahabatan mereka menggambarkan bahwa mereka berkenan menerima setiap personal tak hanya keunggulan diri semata tetapi juga  masing masing  kekurangan diri. Selain itu, melihat gerak gerik 7 pemuda tersebut begitu lekat pada sebuah penggambaran kehidupan sebagian besar pemuda Indonesia. Diantara kehidupan pemuda yang hedonis masa kini masih ada sekumpulan pemuda yang membaur menikmati waktu dan moment persahabatan di hamparan alam tanpa menjaga diri dari gengsi. Membaur dalam suasana suka cita tanpa perlu asik dengan dunia maya yang tergenggam erat bahkan menjauhkan keakraban dunia sebenarnya.  Beruntung mengenal mereka yang menyadarkan saya arti penting menikmati waktu dan kebersamaan tanpa belenggu hebat dan canggihnya teknologi.
Berharap saya pribadi masih berkenan menikmati waktu dan kebersamaan dengan setiap personal yang ada dalam lingkup aktivitas hidup dengan nyata dan sebenarnya tanpa perlu "autis" dengan kecanggihan gedjet masing masing.

"Saya kesana dulu yaaa...." ucap saya pada para pemuda sembari menemui sekumpulan rekan saya yang masih asik berfoto.

0 comments :

Posting Komentar

Scroll To Top