Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Selasa, 15 September 2015

KISAH PECAH BELAH MURAH DI PAMERAN.




Selalu ada sesuatu yang jadi incaran setiap gelaran Pameran atau Pasar Malam berlangsung. 

Sejak Saya mengenal konsep pasar malam dan gemar berkunjung ke pameran atau expo, saya telah menyukai suasana ramai dan keunikan barang barang pamer yang dihadirkan dalam gelaran tersebut. Tak hanya itu, penjaja beragam kerajinan tangan terkadang jadi magnet kehadiran pengunjung. Termasuk penjaja kerajinan gerabah atau keramik.

Dulu, saya dan Diana - adik Perempuan saya satu satunya,  selalu antusias saat mendengar kabar akan ada pasar malam atau pameran di kampung kami. Bukan hanya berhasrat hadir tetapi bersiap membeli bentuk guci guci Mungil yang kelak akan kami pajang di Kamar tidur dan Meja belajar sebagai menggembira suasana. Jadilah beberapa pekan jelang gelaran Pasar Malam, saya dan Diana mulai menyisihkan separuh uang jajan agar pada waktunya pasar malam tiba kami mengantungi lebih banyak uang untuk berbelanja ala Anak Anak kala itu.

Kini, Ketika sudah berkeluarga, hobi mengunjungi pameran atau Pasar Malam tetap ada. Meski kegemaran mengunjungi penjual pecah belah berpindah menjadi incaran Istri saya. 

Seperti malam itu, ketika mengunjungi Lampung Fair saya dan istri tak lupa mendatangi bagian penjaja gerabah yang menjajakan beragam barang pecah belah. Mulai dari gelas, piring, mangkuk hingga pajangan keramik beragam bentuk.  
Dengan sigap Istri saya memilih Beberapa mangkuk yang tertera tulisan "10.000 = 4 biji."  Kalimat promo yang provokatif. Seolah mangkuk itu memiliki biji yang dapat dengan mudah pecah jika di banting!. 
"Murah nih, Yah..." Bisik istri saya sesaat sebelum ia bergabung  dengan kumpulan Ibu Ibu lainnya yang sedari tadi sibuk memilih aneka bentuk mangkuk.
"Harus pinter milih lho Yah, biar gak dapet barang retak! Namanya juga barang pameran." Bisik istri saya lagi dengan telah memegang beberapa mangkuk pilihan, seolah tak ingin ucapannya tadi didengar penjual. 

Saya hanya pelanga pelongok. Sesekali mengangguk setuju ketika Istri minta saran akan suatu barang. Ketiga anak saya yang ikut serta tak mau kalah. Mereka berlarian ke sudut jualan mainan yang terbuat dari gerabah.
"Jangan beli mainan gituan, cepat pecah!" Bisik saya pada anak Sulung perlahan agar si penjual tak mendengar dan berharap ia dapat meneruskan hasutan saya pada kedua adiknya.
"Trus kami beli apa, Yah?" Tanya putra kedua seolah protes setelah Abangnya menyampaikan ucapan saya.
"Beli makanan aja yok?!" Ajak saya pada tiga anak setelah melihat ada tempat makan yang tertutup.
"Kok makannya disini?" Giliran anak gadis bertanya.
"Ia, Yah, kenapa gak jajanan yang di depan jualan keramik itu aja, kayaknya enak." Sahut Bujang kedua.
"Jangan memakan makanan yang di jual di pinggir jalan. Banyak Debu!" Jelas saya pada anak anak di ikuti anggukan mereka.
"Makanan di  Food Court tertutup begini emang sedikit lebih mahal, Tapi Setidaknya nggak di hinggapi debu kayak di pinggir jalan itu." Ucap saya yang di simak anak anak sembari menyeruput es campur.
"Penjual makanan pinggir jalan memang terlihat lezat tapi kita gak lihat ada banyak debu debu dari pejalan kaki di pinggir jalan yang nempel di makanan yang di jual itu." ceramah singkat saya berlanjut di depan 3 anak yang sedang asik cemal cemil.
"Tuh Bang, Jangan jajan sembarangan.!" Sahut Bujang kedua pada kakaknya.

"Eh Kalian disini." Istri saya menghampiri kami.
"Bunda sudah belanjanya?." Tanya anak gadis.
"Ayah bawakan barang belanjaannya,yaa.." Bujuk istri saya yang tak mungkin saya tolak.

Tak terasa beberapa menit berlalu dalam aktivitas memilih barang pecah belah menyisakan hasil belanja yang tidak sedikit. Mulai dari aneka pajangan keramik hingga 3 lusin mangkuk beragam bentuk dan warna plus 4 lusin gelas.
"Ini sih harus dua kali angkut ke parkiran nih." seloroh saya cukup kaget melihat banyaknya belanjaan Istri.
"Mumpung murah Yah, di pasaran mana ada mangkok dan gelas harga segini. Lagi pula Pameran minggu depan sudah tutup,Lho..." soal ber-alibi untuk urusan rumah, Istri saya memang jagonya.
"Lagi pula, beli barang barang ini gak ada ruginya, lho.... Kan buat kita semua di rumah." Tidaklah saya dapat berargumen apapun jika ucapan istri sudah menyangkut kepentingan bersama di dalam rumah.


0 comments :

Posting Komentar

Scroll To Top