Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Minggu, 06 Desember 2015

JALAN JALAN KELUARGA SETENGAH HARI MENGANDUNG EDUKASI





Mengajak anak anak mengenali  langsung tempat tempat yang merupakan bagain dari sejarah


…”Ayah ada jadwal lagi gak, sore atau nanti malam?” tanya si Abang – Bujang pertama, beberapa saat ketika saya tiba di rumah sehabis memandu acara akad nikah pada pagi hari.
gak ada.” jawab saya singkat sembari melepas sepatu.
kayaknya cuaca cerah nih, Yah. Gak bakal ujan.” ucap si Koko – Bujang kedua.
Sebagai Ayah, saya tentu tahu betul maksud dari pertanyaan bujang pertama dan penjelasan cuaca cerah dari bujang kedua.
oke, kalian ganti baju, ayah juga ganti baju, kita berangkat jalan jalan. Kasih tau Bunda dan Yara.” ucap saya segera.



Sebagai pekerja seni, saya kerap bekerja pada hari dimana anak anak justru sedang libur. Sabtu dan Minggu adalah moment mereka tidak belajar di sekolah. Sedang Sabtu Minggu bagi saya adalah waktunya bekerja sebagai penyanyi kawinan, pemandu acara kawinan atau gelaran event lainnya. Maklumlah – upaya cari uang tambahan buat anak bini juga. Hehehe.

Itulah sebabnya ketika pada sabtu dan minggu lengang tiada job sebagai pekerja seni, menghabiskan waktu bersama anak anak adalah pilihan terbaik.
Jadi,  pada Minggu siang itu – setelah memandu acara akad nikah dan sindiran bujang pertama dan bujang kedua makan bersedialah saya membawa mereka berjalan-jalan menghabiskan waktu dan menikmati kebersamaan.

Bagi saya, Sebisa mungkin waktu luang pada akhir pekan dijadikan waktu yang berharga untuk bersama anak istri. Mereka adalah sosok yang berhak dapat waktu luang saya selain kegemaran saya bepergian sendiri atau bersama team travel blogger seperti minggu minggu sebelumnya.
Sebenarnya, pada minggu siang itu, saya pribadi tak ada rencana khusus untuk mengajak anak istri menghabiskan waktu bersama. Pukul 10.20 WIB kala itu. Hari Minggu yang cerah. Awan putih terlihat indah bak kapas menggumpal diantara bentangan awan biru nan syahdu.

Mengunjungi Resevoir Air di Jln. Imam Bonjol - Bandar Lampung


Saya mengemudikan kendaraan keluar gang rumah. Tak ada ide apapun dari istri hendak kemana kami pergi.  Anak anak pun sepakat menyerahkan pada saya sebagai pemegang kemudi.  Maka dengan segera saya mengarahkan kendaraan menuju Jl. Imam Bonjol atau kawasan Gedong Air – begitu masyarakat Bandar Lampung menyebutnya. Sebagai prIbadi yang ingin tahu. Saya penasaran pada bagian dalam dari  bangunan penampungan air yang ada di kawasan Gedong Air. Jadilah anak anak saya ikut serta masuk bersama saya ke kawasan yang katanya merupakan peninggalan masa lampau tersebut. Sayang, si penjaga Reservoir Air tersebut tidak berada ditempat. Jadilah saya dan anak anak hanya bisa mengelilingi luas bangunan yang memang tidak terlampau luas tersebut. Sepertinya harus ada sesi khusus untuk saya melakukan interview seputar bangunan yang konon berisi pipa pipa penyaluran air ini. Sungguh saya penasaran akan isi bagian dalam gedung tersebut.

si Abang dan Koko melihat langsung bentuk Sumur Puteri yang merupakan salah satu tema  cerita rakyat suku Lampung.


Gagal masuk kebagian dalam gedung reservoir air, tak membuat saya kehabisan akal untuk menghibur anak anak berkeliling kota sekaligus mendapatkan manfaat kebersamaan akhir pekan.  Perjalanan saya lanjutkan ke kawasan Teluk Betung melalui rute arah Batu Putu. Berhenti sesaat di Sumur Puteri – sebuah Sumur yang melegenda dalam dongeng rakyat suku Lampung. Tak lupa melihat kawasan wisata yang kelak akan dibangun pada tahun 2016 – kampung Kapal De Brooh. Sangat berkesan.



Kunjungan selanjutnya adalah Jembatan tua jaman Belanda. “Horeee”, ketiga anak saya bersorak gembira. Bisa jadi mereka berfikir sebuah jembatan yang megah bergaya eropa sebagimana negara Belanda.  Menyusuri kawasan Negeri Olok Gading dan melaju ke bagian Kuripan – Teluk Betung Barat. Ketiga anak saya cukup kecewa melihat kenyataan bahwa jembatan zaman Belanda yang saya sampaikan tidak sesuai dengan bayangan mereka. Hahahah.

Kunjungan ke Jembatan masa Belanda yang membuat anak anak menekuk wajah membuat Istri saya mengusulkan untuk  makan siang di warung Sate favorite kami yang sontak disambut gembira   anak anak.   Belakangan saya baru tahu bahwa ajakan makan sate dari istri adalah upaya untuk mengalihkan kekecewaan anak anak pada jembatan peninggalan belanda yang menurut imajinasi mereka bak jembatan kokoh.

Selesai menikmati sate ayam, sop kambing dan pelengkap hidangan lainnya dengan lahap – sampai saya lupa melakukan ritual photo, saking lezatnya. Hahahah.
Perjalanan saya lanjutkan ke kawasan wisata bahari. Menyusuri kawasan Jl.RE.Marthadinata – bagian Teluk Betung Timur berlanjut melalui kawasan jual beli hasil laut di ujung Bandar Lampung – Lempasing hingga memasuki teritori Pesawaran dengan wisata pantai beragam pilihan di bagian kiri jalan. Tinggal berbelok mengikuti rute, pengguna jalan dapat singgah di pantai Sari Ringgung, pantai Mutun bahkan Kelapa Rapet (KLARA). 

Kemudi pun semakin jauh. Tak disangka saya membawa anak istri memasuki kawasan Padang Cermin – sebuah kecamatan yang cukup besar dan ramai plus memiliki beragam potensi yang tak hanya bidang perkebunan tetapi juga kekayaan baharinya. Tak lupa saya mengajak anak anak menikmati suasana asri pedesaan dan sungai jernih di salah satu desa di Padang Cermin.  

Photo bersama di kawasan TNI AL - Padang Cermin


Selain itu, saya dan keluarga pun menikmati waktu sore di kawasan TNI AL dengan suasana sore yang menyenangkan. Ditambah tingkah polah anak anak selama berkendara mendambah gelak tawa. Beberapa kali saya menghentikan kendaraan di bahu jalan ketika ada penjaja makanan, mulai dari pisang, durian, kerupuk kemplang hingga ikan asin. Biasa – hasrat belanja istri saya pun terpanggil lihat benda benda unik sepanjang jalan yang kami lalui.

 
Menikmati langsung aliran sungai di sebuah pedesaan di Padang Cermin


Ketika kembali dari Padang Cermin, saya dan keluarga pun sempat bersantai di  bibir pantai dekat kawasan Pantai Klara. Disana kami bisa menikmati suasana sore nan santai tanpa bayar layaknya masuk pantai pantai lain. Mungkin karena letaknya di pinggir jalan jadi pengendara dapat dengan cermat menghentikan kendaraan dan kemudian menikmati suasana pantai dengan bentangan garis pesisir teluk lampung di bagian kiri badan jalan. Sungguh moment sore yang menyenagkan bersama anak istri.

 
Menikmati suasana pinggir pantai

Nyaris pukul 5 sore, saya mengajak anak istri menuju Bandar Lampung kembali. Tak lupa sebelum kembali ke rumah, istri meminta singgah di Gudang Lelang – sebuah kawasan jual beli ikan dan hasil laut lainnya di Bandar Lampung. Di Gudang Lelang, Istri membeli beberapa hasil laut sebagai lauk makan malam nanti di rumah. Tak lupa panganan ringan yang terbuat dari ikan seperti ; otak-otak, nuget ikan, pentul ikan, dan jajanan khas yang terbuat dari ikan lainnya yang banyak di jajakan di bagian pintu masuk Gudang Lelang.


Jalan – jalan setengah hari yang berkesan bersama keluarga.
Secara satu persatu kawasan yang saya kunjungi bersama keluarga nantinya akan saya ulas melalui judul tulisan tersendiri. 

Bagi saya mengenalkan anak anak – yang notabene masih dalam tahap pertumbuhan, pada alam dan lingkungan nyata adalah sebuah keharusan. Ditengah padatnya jadwal saya sebagai ; seorang pekerja, penyuka jalan jalan, pekerja seni, pelakon organisasi mengajak – kebersamaan dengan keluarga dalam waktu dan suasana yang berkualitas adalah sebuah keharusan.
Sebagai orang tua – saya dan istri, tak pernah kehabisan akal untuk mengenalkan anak anak pada lingkungan. Ditengah banyaknya alasan keluarga modern perkotaan Bandar Lampung masa kini, yang bingung untuk mengajak kemana anak anak kala waktu senggang. Sungguh ada banyak alternatif kunjungan wisata di Bandar Lampung atau beberapa kawasan yang jarak tempuhnya tidak terlampau jauh dari pusat kota yang memiliki sisi edukasi berbasis alam yang dapat diperkenalkan pada anak anak sejak dini selain hanya kunjungan ke pusat perbelanjaan, gaya hidup modern yang serba glamour. Zaman semakin modern, teknologi makin canggih tapi bukan berarti anak anak  cukup dihibur dengan gadget modern serba canggih. Semoga saya dan istri selalu diberi waktu untuk memperkenalkan anak anak saya pada indahnya lingkungan dimana meraka lahir dan dibesarkan termasuk memperlihatkan secara langsung betapa indah dan memesonanya  alam Indonesia yang tak cukup sekedar diketahui melalui kecanggihan Gadget saja.




6 komentar :

  1. Aku jadi ingat dulu waktu kecil juga sering meminta diajakin jalan sama ayah bang, dan kalau berhasil rasanya seneng banget. Aku ingat pernah suatu hari aku minta diajakin ke pasar tradisional yg becek dan bau itu hanya karena mau jalan jalan sore sambil dibonceng sepeda sama ayah. Hahaha.

    Baca tulisan ini, jadi inget videonya Yara nyanyi Bungo Jeumpa. Keren banget ges!!! Hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. sebagai Ayah, selalu ada kebahagiaan tersendiri ketika lihat anak anak ceria dan bahagia saat moment kebersamaan. Dan saya akan selalu menciptakan moment Bahagia tersebut meski lumayan 'jumpalitan' atur waktu. hehehehehe supaya kelak mereka mengenang memori indah kebersamaan tsb.

      Hapus
  2. You are so sweet Kakak, as a husband and daddy. Proud to know you...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Proud to know you too mba..... aku juga bangga banget bisa kenal mba Evi yang baik. biasalah mba. aku kan gak punya kenangan kebersamaan masa kecil bersama Ayah hehehe... (mba masih inget kisah ku kan?)...so sebisa mungkin selalu ada moment dengan anak anak disela jadwal kegiatan.

      Hapus
  3. Liburan keluarga memang selalu menyenangkan... Bukan kemananya, tapi kebersamaannya. Asal semua lengkap, mau pergi makan bareng di rumah makan dekat rumah pun bisa jadi sebuah momen super berharga

    BalasHapus

Scroll To Top