Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Senin, 29 Agustus 2016

KISAH JELAJAH KRAKATAU 2016 (Bagian 2).

Tampilan  Gunung Anak  Krakatau dari kejauhan 

PART I
 .....sambungan dari Part I....

Rasa lega langsung terasa ketika melihat gugusan Gunung Anak Krakatau dari kejauhan. Bagai berhari-hari tak melihat daratan. – atau bagai berminggu-minggu gak ketemu gebetan, eeaaa..!
Meski keinginan menapakkan kaki di Gunung Anak Krakatau masih butuh puluhan menit lagi, tapi setidaknya pelayaran panjang 4 jam dengan kapal kayu lengkap dengan goyang dombret ombak nan aduhai dapat kami sudahi.

Nah, karena pelayaran kami 4 jam, tentu saja kapal kapal warga kasta Brahmana sudah jauh lebih dulu berada di Gunung Anak Krakatau, karena jarak tempuh yang mereka butuhkan hanya 2,5 jam. Mereka, – para penumpang kapal kasta Brahmana itu,  terlihat tengah selonjoran manja setelah mendaki – entah mendaki, entah nggak!!.  Beberapa kru EO terlihat sedang asik berkumpul dan berkicau seru tentang pengalaman pelayaran mereka. Kami yang baru datang juga tidak butuh disambut dengan tari hula hula atau karpet merah. Beberapa dari kami ada yang langsung ke kamar mandi, ada juga yang langsung Shalat. Saya lebih memilih merabahkan diri dahulu pada bale bale beralas karpet. Saya, yang sekuat tenaga menahan muntah selama dalam pelayaran. Perih rasanya perut digoyang ombak besar. Lebih perih dari ditinggal mantan Nikah!. Tapi lebih perih lagi, Oom Yopie, Maman, Yayan, Arie dan Hari JT yang tidak kebagian nasi kotak selama dalam pelayaran. Jatah makan kurang 5 kotak dikarenakan ada penambahan penumpang – begitu alasan si mba dari kru EO. – tapi kru EO yang ikutserta bersama kami di kapal kayu kebagian nasi semua. Mendahulukan EO lebih penting daripada mendahulukan peserta!, tahu kenapa?, karena peserta tetap tidak akan Mati meski digulung ombak samudera apalagi soal tidak makan siang selama pelayaran!!. Santai aja Shaaaiii.
Lapor pada EO soal belum kebagian nasi kotak  dalam pelayaran bukan berarti Oom Yopie dan kawan kawan langsung dapat, tetap harus menunggu. – akan disiapkan dahulu – begitu kata si mba EO yang stylish menjelaskan.
Karena menyiapkan makanan untuk 5 orang tidaklah sebentar, - apalagi di sekitar lokasi gak ada rumah makan atau warung cepat saji. Oom Yo memutuskan mengajak kami untuk mendaki Gunung Anak Krakatau.  
Pendakian pun dimulai.

Yayan - tetap semangat mendaki meski perut belum terisi. LAVAR.

Tetap menikmati moment pendakian


Saya tahu rasanya mendaki sambil menahan lapar plus menahan rasa mual akibat guncangan ombak tidaklah mudah. Saya pernah mengalaminya di pendakian pertama pada 2013. – tapi waktu tahun 2013 saya ke Gunung Anak Krakatau atas upaya sendiri, tidak pakai EO yaa.  Selama pendakian berlangsung kami masih melakukan senda gurau dan penuturan cerita cerita konyol sampai gerakan joget  ala agnes monica hingga goyang india. – upaya menghibur diri sendiri, hehehe.

Pendakian ke bagian atas Gunung Anak Krakatau tidaklah terlampau sulit. Hanya harus pandai mengatur ritme nafas dan langkah saja. Kontur tanah kering dan bercampur pasir adalah medan terjal yang harus dilalui lengkap dengan kondisi menanjak pegunungan yang cukup menguras tenaga. Oom Yopie memutuskan berhenti di tempat peristirahatan pertama, tepat pada bagian pepohonan pinus. Pastilah rasa lapar yang  membuat Oom Yopie tak menuntaskan pendakian. Rekan pria lainnya, Yayan, Hari JT, Arie dan Maman bersama saya dan mba Lina sampai pada bagian atas Gunung Anak Krakatau. Hahh!! Puas rasanya bisa menaklukkan perjalanan dengan tiba di bagian atas gunung. Terlebih bentangan indah menyenangkan hati dan pandangan. Terbayar rasanya lelah pendakian setelah melihat pesona alam yang menakjubkan disekitar bagian atas Gunung Anak Krakatau. Meski rasa lapar rekan rekan saya tentu tetap terasa. Suasana bagian atas gunung tidaklah seramai yang pernah terjadi pada saya dipendakian sebelumnya. Sepertinya memang hanya Tour Krakatau tahun 2014 yang menghadirkan peserta Tour paling ramai dan super seru.

Photo bareng dengan mas Adis +Adis Takdos dkk.

Mengabadikan moment dengan berphoto bersama dan narsis diri dengan berlatar belakang segala penjuru di atas Gunung Anak Krakatau tentu tidak terlewatkan. Meski tiba tiba suara pengeras memanggil manggil kami semua yang berada di atas Gunung Anak Krakatau untuk segera turun karena akan segera kembali ke Bandar Lampung. EO aneh!!. Rombongan kasta Brahmana tentu saja bisa pulang karena telah lebih dahulu datang, lha kami??? – rombongan kasta Teri yang terombang ambing di perahu Kayu reot yang baru datang harus segera pulang?!!. Saya dan rekan rekan termasuk mba Lina yang sedang di bagian atas gunung bergegas turun bersama beberapa penumpang dari kapal kasta Brahmana. Termasuk mas Adis @Takdos dan rekan rekannya.

posko di lereng Gunung Anak Krakatau


Sampai di bagian lereng gunung, EO mempersilakan Oom Yopie dan rekan rekan pria yang belum makan untuk makan terlebih dahulu. Ternyata dapur posko yang memproduksi makanan untuk Oom Yopie dan 4 rekan pria lainnya. Sayapun sempat membuat 2 gelas teh hangat dan  2 gelas kopi di dapur posko.

Di bagian lain, penumpang kapal kasta Brahmana beramburan menuju kapal. Mba Rien  (@Travelerien) sempat ingin ikut serta dan meminta rombongan kami dapat masuk kedalam kapal mewah berwarna putih pualam itu. Tapi mba EO yang modis menyampaikan muatan sudah penuh. Tapi anehnya 2 Juri Lomba Blog lengkap dengan genk mereka diperkenankan masuk kedalam kapal kasta Brahmana itu. Jika memang kapasitas kapal kasta Brahmana sudah penuh mengapa 2 juri Lomba Blog dan team mereka bisa masuk?!.

Apapun yang terjadi mari abadikan moment dengan photo bareng.


Di sinilah kisah perjuangan kelas teri dimulai!!.
Keinginan untuk pindah kapal pada rute pulang sebenarnya telah dibicarakan Oom Yopie  pada pihak EO sebelum kami mendaki Gunung Anak Krakatau. Tetapi pihak EO – juru bicaranya  si Mbak EO yang tampilannya gaul abis itu menyampaikan kapasitas kapal besar telah penuh. – tapi kenapa 2 juri dan teamnya bisa masuk?! Kenapa?!. Apakah saya dan team ini tak pantas masuk ke kapal besar itu?. Aargghhhhh…
Sudahlah!. Biarkan saja. paling tidak kami tetap pulang ke Bandar Lampung – meski terbayang bahwa akan mengarungi samudera dengan kapal kayu itu lagi.

PERJUANGAN HIDUP PARA TKI SELUNDUPAN

Senja perlahan datang. Pukul 16.00 WIB kala itu. Dengan menguatkan semangat, saya dan rekan rekan menghibur diri untuk kembali ke Bandar Lampung dengan jenis pelayaran yang sama seperti saat kedatangan. Dari jauh, rombongan EO – termasuk mba mba bergaya metropolitan naik kapal polisi air dengan cantiknya – bagai bintang Hollywood yang hendak menghadiri Festival Film Cannes!!. Anggun memesona, tanpa ada kecemasan apakah peserta yang naik kapal kayu dapat kembali selamat tanpa life jacket?!. Aaahh..Bodo Amat.!!!.

 
Dari kapal Kayu - saya mengabadikan moment Para kru  EO dkk dijemput menuju kapal besar Kasta Brahmana

Nih Kapal  yang di tumpangi EO dkk menuju Sari Ringgung


Perlahan-lahan kapal polisi air terakhir yang di tumpangi EO ibukota itu menghilang dari pandangan. Pupuslah harapan kami untuk dapat diikutsertakan dalam kapal kasta Brahmana. Diatas kapal kayu, kami masih bersuka-cita ketika melihat bentangan alam yang menyajikan matahari tenggelam dengan gumpalan awan menghitam dibeberapa sisi kiri dan kanannya.
Aaahh…malam akan segera datang. Tergambarlah pelayaran  dikala malam.

Saya, mba Dian, Maman, Mba Ross, dan Mba Rien memutuskan untuk menikmati suasana senja diatap kapal kayu sambil berphoto bersama – sebagai cara menghibur diri. Ada tiga pria utusan EO yang mendamping kami dalam pelayaran. – hhmm…..mungkin 3 lelaki muda utusan EO itu bisa menyelamatkan kami jika ombak meluluhlantakkan kapal kayu beserta isinya.  Atau bisa jadi 3 pria muda itu lebih berperan penting ketimbang Life Jacket!!.

Photo seolah bahagia kala perjalanan pulang ke dermaga Sari Ringgung. photo by +yopie franz 


Kenyamanan merebahkan diri kala senja pada bagian atap kapal kayu tiba tiba terganggu ketika rintik hujan datang. Mulanya saya fikir hanya rintik biasa. Ternyata menjadi hujan lebat menyapa. Jadilah saya dan semua yang berada di atas atap kapal berpindah pada bagian dalam badan kapal. Suasana semakin tak karuan. Ombak begitu lentur menggoyang kapal. – mengalahkan lenturnya goyang INUL!!. Terlebih hujan turun semakin deras, sangat deras!. Saya memutuskan untuk tidak terlelap. Seketika fikiran saya berkecamuk antara takut dan mulai memikirkan apa yang akan saya lakukan jika kapal ini terbalik dan tenggelam!!. Saya sempat memastikan mas Heri JT yang ada di samping saya bisa berenang dengan baik.  “mas kalau terjadi apa apa dengan kapal ini, tolong bantu saya yaa Mas,  saya nggak bisa berenang”. – begitulah pinta saya pada mas Heri JT yang dibalasnya dengan anggukan kepala. Seisi badan kapal seketika hening. Tidak ada lagi percakapan apalagi senda gurau. Masing masing mensiagakan diri. Memegang tas, alat kamera dan benda berharga lainnya. Tatapan lurus kedepan tanpa senyuman. Hilanglah ekspresi dan gaya ceria seperti ketika hendak di photo. Semua tiba – tiba hikmat. Saya yang biasa bercanda seketika tegang, ketika air hujan  masuk ke bagian dalam badan kapal melalui jendela. Para awak kapal dibantu 3 lelaki muda utusan EO berbenah menutup lubang jendela termasuk mas Heri dan Oom Yopie yang turut sigap menutup beberapa lubang jendela.  Hujan deras, ombak semakin besar, perut seolah di blender – teraduk aduk, badan terpuntal puntal, bergeser kesana kemari ditambah penerangan yang minim. Beberapa rekan ada yang terlihat berupaya merebahkan diri dengan menekuk kaki dan menggenggam perabotan pribadi masing masing. – Dalam gelap, hujan deras dan goyangan ombak saya berdoa, membaca barisan ayat yang kiranya didengarkan sang pencipta. Sungguh saya mengharap belas kasih sang Maha Kuasa. Berilah kami kelancaran dalam pelayaran. Jikapun harus melalui semua ini, kami ikhlas ini semua sebagai suratan nasib. Bagai nasib yang harus kami terima sebagai penumpang kapal kayu kelas teri kasta anak tiri.

hanya satu lampu inilah yang ada di dalam badan kapal. ROMANTIS yaaa... gambar blur dari Ponsel murahan saya.

Para TKI Selundupan.


Dalam temaram malam, satu persatu wajah rekan rekan saya pandangi. Merekalah pribadi pribadi baik yang akan bertutur soal keindahan potensi wisata Lampung yang secara resmi di undang Dinas Pariwisata Lampung dalam gelaran Lampung Krakatau Festival 2016. Kasihan mereka harus mengalami peristiwa menegangkan ini. Lebih menegangkan dari film horror apapun yang pernah dibuat dimuka bumi!!!.  Kamu tahu?, jika kerasukan Setan, masih bisa disembuhkan oleh Mbah Dukun, tapi jika ditelan ombak? Ada yang bisa jamin akan tetap hidup??.  EO bisa jamin??!!. CHEBOXXX.!!!.

Ombak mulai bersahabat, hujan perlahan mereda. Sepertinya sang pencipta mendengar lantunan ayat pengharap selamat yang diam diam kami panjatkan dalam hati secara berjamaah. Saya yakin tak hanya saya yang merasa takut. Dalam rangka event tahunan – perjalanan mengarungi lautan tanpa  life jacket atau jaminan keselamatan lainnya. Bisa jadi ini makna dari kata ‘JELAJAH KRAKATAU’. Saya dan rekan rekan yang khusus di kapal kayu diberi suasana yang benar benar JELAJAH!!!.

Kapal kayu terus bergerak. Sesekali awak kapal memastikan bahan bakar. Jendela jendela dibuka kembali. Meski tetap saja suasana gelap, hembusan angin dan hamparan laut menjadi hiasan di bagian luar kapal. – diam diam saya berfikir seandainya ada penerangan jalan, toko jual beli makanan ringan atau pasar terapung di jalur yang kami lalui, tentu lebih menyenangkan. Aaahhh.. hayalan memang selalu melebihi dari kenyataan. Ekspektasi naik kapal pesiar malah dapat kapal kayu kelas nelayan yang nyaris  buyar!!.

Saya sontak sumringah ketika melihat titik titik cahaya berpendar dari kejauhan. Peradaban menghampiri. Kami bertemu BUMI.!!! Bukankah itu harapan yang paling membahagiakan dibanding rasa lapar sepanjang petang?!.  Sepertinya Tuhan menuntun kami kembali kedaratan. Dermaga Sari Ringgung tentu mengharap kedatangan kami kembali. Meski ternyata kami harus menerima kenyataan bahwa kapal yang kami tumpangi mogok ditengah lautan. Entah apa alasannya. Pak sopir kapal kayu tak  dapat  menjelaskan. Ia hanya bersuara lantang dengan memerintahkan rekan rekannya melakukan sesuatu. Fikiran saya kembali kacau. Perut lapar semakin tegang. – sama tegangnya ketika menemani persalinan istri!!. Berasa dalam ambang ketidakjelasan. Antara hidup dan mati!!. Ditengah upaya keras awak kapal kayu membenahi hambatan, tiba tiba perahu kecil menghampiri – yang ternyata memang ditugaskan menjemput kami di tengah perarian. Bagai sekelompok manusia yang hilang. Satu persatu dari kami berpindah, dari kapal Kayu yang kami tumpangi ke kapal nelayan kecil. Melalui jendela kapal Kayu kami saling membantu pemindahan setiap rekan rekan satu kapal. Sekilas, suasana pemindahan saya rekan rekan mirip TKI selundupan yang dijegat ditengah perbatasan perairan karena memasuki wilayah negara lain tanpa izin. Hah!!  

Butuh 50 menit berlayar dengan kapal nelayan dari titik henti kapal kayu yang kami tumpangi dari Gunung Anak Krakatau. Tak ada percakapan selama menuju dermaga Sari Ringgung. Meski sang pemandu kapal mengeluarkan celetukan celetukan yang menambah beban kepala dan beban lapar.   – Ngeganggu banged tuh si Bapak!. Orang sedang berjuang antara hidup dan mati, eh dia sempet sempetnya menawarkan kami singgah di pantai Pahawang!!. GILO.!!.

Pukul 22.15 WIB kami semua selamat tiba di dermaga Sari Ringgung. – yang harusnya dijadwal pukul 18.00 WIB – Rundonw GILO.!!!  Tersisa 1 bis yang nantinya akan mengantarkan kami ke Bandar Lampung. Para warga kasta Brahmana tentu telah terlelap dalam mimpi indah dengan postingan photo photo keren di akun sosmed mereka.
Beberapa orang menyambut kedatangan kami seolah pelaut yang selamat dalam pelayaran bertahun tahun. Beberapa orang memasang wajah kasihan. Dan beberapa orang menampakkan ekspresi biasa biasa saja. Yah, saya pribadi tak butuh ekspresi orang orang yang menyambut kedatangan kami. Toh, keprihatinan harusnya telah difikirkan sejak awal menetapkan rute perjalanan. Mulai dari  disiplin waktu, jenis kapal yang harusnya sama hingga tersedianya Life Jacket sesuai jumlah penumpang pada setiap kapal yang berlayar. Sungguh luar biasa manusiawi yang merancang perjalanan ini.  BRAVO!!!.

TAMAT
(untuk sekuel ini)



Saya masih menyimpan hal hal seru yang akan saya tuturkan dalam judul berbeda dikemudian waktu. Sekarang saya mau selonjoran – leyeh leyeh dulu – bergaya ala mba mba metropolitan.

35 komentar :

  1. Kisah perjalanan event yang tragis banget, apalgi pada acara LAMPUNG KRAKATAU FESTIVAL 2016 seperti ini dimana sebuah momen yang menajdi obyek destinasi wisata yang sedang dipromosikan, perlakuan yang didapat tidak sepantasnya dalam event besar seperti ini. Kesannya seperti anak tiri yang tidak dipedulikan. Padahal mereka tamu dan duta Pemerintah Daerah Lampung loh.....

    BalasHapus
  2. ya ampun itu jauh bgt kan, daratan pulau sumatra ke krakatau dan tanpa ;life jaket perahunya begitu lagi :|

    BalasHapus
    Balasan
    1. untuk masih selamat hingga tulisan ini terpublish hehehehehehehe

      Hapus
  3. Ceritanya lengkap banget. Asem manis pedes semua udah terungkap. Duh, jd bingung harus nulis cerita apalagi ya...#ngopidulu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tulis aja, Siapa sih Hari JT ini???... itu ajaaaa wkwkkwkwkwkwkwk piss mas...

      Hapus
  4. Alhamdulillah kami udah nyampe Batam barusan. Cepet banget tulisannya release. Indra keren, banyak banget potensi tersembunyi yang bisa dikembangkan dari diri Indra. Buktinya tulisan ini udah tayang aja. Iya cuma mau mengkritisi kejadian fatal penyelenggara adalah ketiadaan life jacket udah itu aja. Sekali lagi kita tidak bergambling dengan alam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih pujiannya mba Lina - sebagai senior dalam ngeBlog dan pejalan - saya juga mengagumi mba Lina...semoga kita bertemu lagi yaa mbaa dilain trip tanpa hawatir nyawa kita tergadaikan..heheheh

      Hapus
  5. Duh itu EO nya gak profesional banget sih. Event segede ini, kok yo bagusan EO acara ulang tahun bocah

    Baca ini saja, emosi saya campur aduk rasanya, gimana klo ngalamin langsung ya
    Bersyukur kalian semua selamat dan sehat

    Semoga tahun2 mendatang tak terulang

    BalasHapus
    Balasan
    1. AMIIINNNN....aku cuma berdoa semoga EO tahun ini jangan handle Tour Krakatau lagi tahun depan.... Semoga yaa Allah.

      Hapus
  6. Apapun itu... perjalanan ini bikin aku makin sayang ama kalian semua :)

    BalasHapus
  7. Duhh, geli geli gimna aku baca ceritanya,, sejak dr awal pergelaran lomba foto hingga berakhir, tahun ini kayaknya acara yang paling sengit.. Lebih sengit dr drama kolosan bramakumbara di gunung krakatau.. Yg lebih serunya lagi ada dari obrolan teman teman di facebook, menyebut pestipal krakacau.. Wkwkwkekk.. Klw merasa dahsyatnya goyang gobret sekaligus ngebornya inul di kapal menuju krakatau, aq perna rasakan 2014 ketika menuju sana saat badai.. 25 isi kapal mabok semua.. Sampai ada pingsan2.. Sakit dahsyatnya goncangan ombak.ternyata para blogger rasakan juga..duhh.. Gimana ya.. Huhuhuhuu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehehehhehe terima kasih telah menyimak kisah saya danr ekanr ekan yang bertaruh nyawa menyeberangi samudera tanpa life jacket. heheheh

      Hapus
  8. Oh pantesan yg mendaki sedikit gk rame kyk pas tahun 2014 serentak ndaki semua para pesertanya, ternyata rombongan om yop dan om indra terlambat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. jauh banged sama pelakasanaan tahun 2014 brooo.... turun kualitas deh.... rasa iba sama keselamatan manusia aja gak ada.

      Hapus
  9. Selalu ada hikmah dibalik sebuah kejadian. Dan hikmahnya adalah aku punya saudara-saudara luar biasa untuk mengarungi lautan luas bersama... #MencobaTetapPuitis

    BalasHapus
    Balasan
    1. hallaaahhh sok sok an Ngana!!!! ....udah pake muntah ajaaa sok Tegarr.!!!

      Hapus
  10. Aku sampai menahan nafas membacanya. Ah kasta Brahmana memang selalu dapat kemudahan. Yang sudra melata menjaga keselamatan sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. mbaaaa...... aku sampai sekarang aja masih gak percaya bisa selamat. ini pelajaran. next yang range event emang harus detail mikirin keselamatan orang. btw, Miss You much, Mba Evi...berharap bisa Trip bareng dalam waktu dekat.

      Hapus
  11. Anjriiit!! itu eo pengen gw gampar.. dia belum pernah ngerasain gimana diaduk gelombang badai ditengah laut kali ya? niat nggak sih bikin event? sadar nggak sih kalau setiap pengalaman buruk seorang blogger yang dia undang akan ditulis di blognya dan di sebar luaskan? geblek!

    gw yang geram!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gpp...kami selamat. kalo acara fear factor kami dapat ribuan dollar lho..hahahahha....semoga tahun depan tidak bersama EO geblek sontoloyo itu lagi laah.

      Hapus
  12. Dari dulu saya ogah ikut festival (atau apalah namanya) yang diselenggarakan di Lampung. Pertama penyelenggaraannya sama sekali gak menarik, sangat kaku dan gak ramah terhadap masyarakat biasa. Kecuali kalau kita Kasta Brahmana atau Ksatria, jangan coba-coba deh nimbrung di acara beginian. Sebenarnya, Saya ingin sekali mempromosikan Lampung terhadap kolega-kolega saya, tapi sampai sekarang saya belum berani. Syukur Alhamdulillah Pak Penulis selamat.

    Btw, Saya Ulun Lampung di Rantau. Salam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sebenrnya penyelenggaraan jelajah krakatau tahun sebelumnya semuanya bagus dan lancar - EO lokal...tahun ini emang agak amburadul dan benar benar kacau karena EO nya belum paham medan yang di hadapi. buat rundown saja asal buat seperti hayalan negeri dongeng.

      Hapus
  13. Gak banget deh EO nya. Duh kebayang di tengah laut, malam, hujan plus tanpa pengaman. Ya Allah apa EO nya gak kepikiran gimana kalau ada apa2. Duh...nyawa orang kok jadi kayak mainan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. buat rundown nya aja kayak mainan. hayal. sejak awal terima rundown saja saya sudah geli bacanya. ketahuan EO gak pernah uji medan dan jarak tempuh.

      Hapus
  14. Ya ampun, Bang. Saya mau nangis bacanya. Sedih kali rasanya ngebayangin temen2 yang sedang kelaparan.. 😢😢

    Pelajaran berharga yang harus dinilai dengan angka merah.

    Semoga tahun depan tak begini lagi. Kudu diformat ulang. Semuanya. Mulai dari desain acara, penyelenggara, tujuan, visi, misi,dll, dsb.. *sedihCampurGeram..

    BalasHapus
    Balasan
    1. yes Fifi. padahal tahun tahun sebelumnya terbilang lancar dan seru. tahun ini letak gagal paham ada di EO yang buat rundown terlalu hayal dan tak mementingkan life jacket. alhamdulilah saya dan teman teman selamat.

      Hapus
  15. Balasan
    1. I LOVE YOU Mba Nurul. keceee dapet hadiah mulu. hokki dah!!

      Hapus
  16. Harus dipublish nama EO, PJ .. dan seterusnya .. biar jangan dipakai lg.. la saya mau nyebrang tanpa life jacket jarak dekat saja sdh no way, dan pasti bilang kamu berani atau bodoh sama yg menyarankannya (baca EO/PJ)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama EO sudah saya cantumkan pada tulisan bagian pertama - Dyandra Promosindo - EO Jakarta - silakan baca bagian awal (1)

      Hapus
  17. Saya tahu rasanya mendaki tanpa mengisi perut terlebih dahulu. Dalam keadaan perut kosong, lalu menanjak beberapa jam. Cukup tersiksa sebenarnya, walau keberadaan air mineral cukup membasahi tenggorokan dan mengganti keringat yang keluar. Tapi tetap saja, makan sebelum pendakian itu penting..

    Saya serasa ikut dalam ombang-ambing kapal yang diempas ombak itu, Om. Semoga penyelenggaraan famtrip ini dievaluasi menyeluruh dan menjadi pelajaran. Kalau saya boleh berpendapat sih, Dyandra tak usah pegang EO lagi tahun depan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yesss Rifqy....begitulah adanya yang saya rasakan terlebih rekan rekan yang tidak kebagian jatah makan di kapal selama pelayaran karena EO tak hitung detail antara jumlah manusia dan ketersediaan nasi kotak hahahah...yaaa gitulah yaaa....nama besar EO taraf nasional tak jaminan bagus dan lancar buat acara fam trip.

      Hapus

Scroll To Top