Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Selasa, 18 Oktober 2016

MENYIMAK TRADISI OGAN JELANG SUATU PERAYAAN



 
“Your Culture is Your Identity.”
Begitu kiranya sepenggal kalimat dalam artikel di Wikipedia yang pernah saya baca, menggambarkan bagaimana sebuah budaya menjelma menjadi sebuah identitas. Bayangkan jika negara tanpa budaya. Bayangkan pula jika sosok pribadi tanpa ada budaya. Karena budaya adalah sebuah identitas, maka bersyukurlah bagi siapa saja yang masih memiliki budaya dalam diri dan kehidupannya. Karena setiap personal dibentuk oleh budaya yang dikenal dan mengakar sejak manusia dalam kandungan.
Sebagai pribadi yang lahir dan besar dalam dua suku ;  Papa suku Lampung Menggala dan Mama suku Ogan Baturaja.   Aktivitas budaya yang berlangsung dalam kedua suku tersebut, bukanlah sesuatu yang asing bagi saya. 

gotong royong mendirikan tenda untuk aktivitas memasak dan resepsi - photo by +Derry Saputra Emilga 
 
Sore itu, kali pertama saya bertandang ke desa Semanding – kecamatan Pengandonan – sebuah kecamatan paling barat dalam kabupaten Ogan Komering Ulu – provinsi Sumatera Selatan,  kampung halaman Derry.  Rintik hujan menghias kedatangan saya dan rombongan satu bis dari Bandar Lampung sore itu. Dalam rintik hujan, sekumpulan tuan rumah termasuk puluhan tetangga menyambut kedatangan kami.  Ini adalah budaya kekeluargaan yang pertama nampak dari pandangan mata. Bagai penyambutan tamu agung.  Beragam sajian makanan lezat  terhidang, segala rupa kue kue terpajang.  Mewujudkan jamuan terbaik untuk keluarga besan.  Seluruh wajah  bersuka cita menerima  kedatangan tetamu – rombongan keluarga besan  yang telah menempuh perjalanan ber-ratus-kilometer demi  mempererat jalinan silaturahmi.   Bergelar Ngunduh Mantu adalah tujuan utama dari kunjungan keluarga mempelai wanita sore itu. Menghadiri gelaran yang sarat makna, tentu saja bagian dari budaya yang  bertujuan mempererat tali silaturahmi antar dua keluarga ; keluarga besar mempelai pria dan keluarga besar mempelai wanita.

dandang / kukusan besar terjirang - photo by +Derry Saputra Emilga 


Beberapa hari sebelum kedatangan saya dan rombongan, telah terjadi aktivitas yang menjadi budaya masyarakat Ogan Komering Ulu.  Aktivitas masyarakat Ogan tersebut sesungguhnya tidak terbatas pada  jelang sebuah pesta pernikahan saja tetapi untuk jenis perayaan perayaan lainnya seperti khitanan dan bentuk perayaan lainnya.  
Berikut beberapa rentetan kegiatan yang dapat saya simak dari jelang persiapan perayaan Ngunduh Mantu Derry dan Tammy.


aktivitas Ngukus dimulai - Ibu Ibu berkumpul menyiapkan bahan makanan - photo by +Derry Saputra Emilga 

HAJAT BATIN
Hajat artinya gelaran acara. Batin artinya pria pria dewasa atau pria pria yang telah menikah, atau bapak bapak. Hajat Batin bermakna sekumpulan pria dewasa atau bapak bapak yang berkumpul menggelar kegiatan penunjang kelancaran pemilik hajat.  Aktivitas dimulai dari para pria dewasa atau bapak-bapak yang  bahu membahu mendirikan tenda dilokasi acara. Ada dua jenis tenda yang mereka dirikan. Tenda pertama adalah tenda utama untuk gelaran resepsi atau sedekah. Tenda kedua adalah tenda yang kelak akan dipakai oleh para rebai (hebai/ibu ibu) dalam aktivitas Ngukus.
 
menampi beras bagian dari aktivitas memasak Ibu Ibu. - photo by +Derry Saputra Emilga 

NGUKUS.
Dalam budaya Ogan, aktivitas  Ngukus  bermakna memasak bersama yang terdiri kumpulan ibu-ibu yang dengan sukacita membantu si empunya hajat menyiapkan bahan makanan untuk keluarga besan dan para tetamu yang kelak hadir dalam acara sedekah atau resepsi.  Uniknya, meski jasa catering kini marak tersedia, budaya Ngukus – masak bersama ini seolah menjadi perekat hubungan empunya rumah dengan kaum ibu ibu dilingkungan sekitar rumah. Bahkan, seolah telah ada aturan yang telah disepakati bersama bahwa setiap sosok ibu ibu dengan cekatan menjalankan tugasnya masing masing, mulai dari ibu-ibu yang bertugas sebagai pembeli dan pembawa bahan baku, ibu-ibu yang bertugas mengolah bahan mentah menjadi bahan matang, hingga jajaran ibu-ibu yang bertugas dan bertanggungjawab hingga bahan makanan tersaji dihadapan tetamu.
Tak hanya menyiapkan hidangan untuk tamu di acara perayaan saja, sekelompok  ibu-ibu ini juga bertugas menyiapkan hidangan bagi para bapak bapak yang bekerja untuk kelancaran acara, mulai dari  menyiapkan sajian kudapan, teh dan kopi hingga makanan utama berupa nasi dan lauk pauknya.

 
sekumpulan Ibu Ibu yang bertugas menanak nasi - photo by +Derry Saputra Emilga 

kumpulan ibu ibu yang mengolah bahan mentah menjadi sajian hidangan lezat - photo by +Derry Saputra Emilga 


Dalam sebuah perayaan atau hajatan pun para jiran tetangga kerap membawa buah tangan berupa ayam, beras dan ragam jenis sembako hingga hasil bercocok-tanam dikebun yang kemudian diserahkan pada pihak keluarga siempunya hajat. Kelak, bahan bahan makanan dan bahan mentah yang dibawa oleh tetangga dan warga  di lingkungan tempat tinggal tersebutlah yang akan dimanfaatkan oleh tuan rumah sebagai bahan makanan yang diolah bersama hingga menjadi  sajian hidangan, baik untuk makan bersama atau untuk resepsi/sedekah. 

Makan bersama para Batin / pria dewasa/bapak bapak seusai menunaikan tugas - photo by +Derry Saputra Emilga 

 Bagi saya, melihat tata laksana kegiatan jelang acara Ngunduh Mantu di kampung halaman Derry  bagai mengingatkan diri sendiri  akan  bentuk  tradisi yang dianut dan dilaksanakan secara turun temurun dalam lingkungan masyarakat.  Selain yang saya uraikan diatas  atau yang terlihat oleh mata saya secara langsung, tentu ada banyak runutan aktivitas yang merupakan bagian dari budaya atau tradisi masyarakat Ogan yang telah terlaksana jauh sebelum segala aktivitas yang saya lihat tersebut berlangsung. Bahkan bisa jadi runutan aktivitas yang merupakan tradisi tersebut telah terselenggara sejak masa pertemuan kedua keluarga besar, terjadi kesepakatan akan sebuah perikatan suci, lamaran, pingitan hingga resepsi pernikahan. Ribet?, relatif.  Terlaksananya tradisi  merupakan kewajiban  ditengah maraknya penyedia jasa penyelenggara pernikahan saat ini. Karena pada hakekatnya, seluruh rentetan aktivitas yang berlangsung sejak sebelum acara hingga sesudah gelaran acara adalah penerapan dari falsafah kebersamaan (guyub),  kerjasama atau gotong royong yang merupakan budaya asli ragam suku di nusantara yang harus terus menerus kita cintai dan lestarikan sebagai bagian dari identitas bangsa. 

11 komentar :

  1. Kebersamaan dan gotong royongnya itu yang bikin bangga. Hal yang belum tentu bisa ditemukan lagi bagi mereka yang tinggal di perkotaan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul mba. berharap segala aktivitas guyub/gotongroyong itu terus terlaksana. jangan sampai hilang. karena itu yang membuat pembeda dengan masyarakat perkotaan.

      Hapus
  2. I love you Ogan,,, bangga jd org ogan....

    BalasHapus
  3. Membaca acara ngunduh mantu Derry ini jadi ingat kampung halaman sendiri. Di kampung kami juga seperti itu kalau ada hajatan maka seluruh kerabat dan tetangga dekat akan terlibat semua. Mulai dari membeli bahan-bahan mentah ke pasar sampai nanti menyajikannya kepada para tamu. Semua dilakukan sambil bercanda atau ngegosip kekinian dalam kehidupan kampung.

    Cuma kalau di Minangkabau para tamu hanya membawa beras dan tidak bahan-bahan lain. Kalau di Ogan ini membawa sayuran dan bahan mentah lainnya juga ya. Duh indahnya budaya Indonesia

    BalasHapus
    Balasan
    1. memang bertandang ke bagian pedesaan di beragam belahan indonesia itu selalu menyenangkan yaa mbaaa... banyak kearifan lokal dan khasanah indonesia yang bisa kita saksikan sebagai bonus perjalanan hehehehe....

      Hapus
  4. mirip2 di aceh bang.. dulu, ada satu hal yang menarik yang dilakukan di kampung saya ketika menjelang hari resepsi pernikahan. pemuda yang menjadi tuan rumah acara, wajib membagikan rokok Ajaib untuk pemuda lainnya yang datang pada malam menjelang resepsi acara :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. rokok ajaib?? wah keren itu... jadi kangen suasana Aceh. semoga bisa ke Aceh lagi dalam waktu dekat. terima kasih bung Yudi. Salam Kenal.

      Hapus
  5. Yang namanya budaya itu selalu menarik perhatiannya.
    Pasti senang banget bisa berinteraksi dengan warga lokal sambil belajar budaya setempat.

    BalasHapus
  6. Salam dari bujang semanding ogan

    BalasHapus
  7. Salam dari bujang semanding ogan

    BalasHapus

Scroll To Top