Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Selasa, 07 Februari 2017

ADA GEDUNG SEKOLAH LASKAR PELANGI DI PESAWARAN




Ketika kualitas pendidikan digadang menjadi salah satu tujuan dalam mengembangkan kualitas manusia. Ketika pendidikan berkualitas menjadi salah satu program unggulan pembangunan Pemerintah Daerah di Indonesia. Ketika pejabat tinggi pandai ber-retorika soal pentingnya peningkatan mutu pendidikan kala mereka berpidato dihadapan banyak khalayak, di kabupaten Pesawaran – provinsi Lampung  justru masih ada bangunan sekolah bagai bentuk bangunan sekolah di film Laskar Pelangi.


 
Madrasah Ibtidaiyah Pahmungan - kecamatan Kedondong - kabupaten Pesawaran

akses jalan menuju bagian gedung sekolah MI Islamiyah


Adalah Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Pahmungan yang terletak di desa Way Kepayang kecamatan Kedondong kabuapten Pesawaran provinsi Lampung. Bentuk bangunan sekolah dari papan reot  yang saya lihat langsung saat ikutserta dalam gelaran Ruang Jingga pada Sabtu, 4 Februari 2017 lalu.  

rute jalan dari Bandar Lampung ke dewa Way Kepayang - kecamatan Kedondong - Pesawaran

 
Akses menuju MI Islamiyah Pahmungan di desa Way Kepayang  tidaklah terlampau sulit. Dari kota Bandar Lampung – posisi dimana saya dan rekan rekan Ruang Jingga memulai perjalanan, memakan waktu ; 1 jam 45 menit berkendara dengan kondisi jalan yang relatif baik. Bahkan menuju kearah MI Islamiyah, pengendara akan melalui komplek Pemda Pesawaran yang megah  sebelum melaju ke rute jalan Kedondong – Padang Cermin.   Suasana perkebunan  menjadi pemandangan dominan yang akan dilalui pengendara menuju kawasan desa Way Kepayang.  Dibeberapa bagian, pengendara akan bersinggungan dengan lahan hunian warga dengan kondisi jalan berkelok menuju desa Way Kepayang.

tampak suasana depan gedung sekolah

 
Ketika tiba di desa Way Kepayang, khusus kendaraan roda empat harus parkir di bahu jalan raya dikeramaian desa sebelum meniti jalan tanah menuju lokasi MI Islamiyah Pahmungan.
Janganlah membayangkan suasana gedung sekolah yang megah dengan fasilitas belajar mengajar yang memadai. Melihat kondisi gedung sekolah yang tegak bediri dari papan reot dan bolong bolong saja hati saya sudah terenyuh. Sekumpulan anak anak menyambut kedatangan saya dan teman-teman Ruang Jingga Lampung. “…Asalamualaikum, kakak-kakak…” sapa sekumpulan anak anak dengan senyum merekah. Aaahh… adem banget lihat wajah ramah nan sumringah mereka. 

anak anak berkumpul di depan gedung sekolah

suasana 'ice breaking' di halaman sekolah
 
Wajah bahagia anak anak terus terlihat ketika mereka dikumpulkan dihalaman sekolah untuk diajak berkenalan oleh teman teman komunitas Ruang Jingga. Suasana riang pun tercipta kala ‘Ice Breaking’ tersaji begitu seru, ditambah keikutsertaan sosok terkenal ibukota asal Lampung – Robby Purba, membuat anak anak lebih bersemangat mengikuti gerakan gerakan yang diperagakan team Ruang Jingga Lampung.  Wajah wajah bahagia anak anak berbanding terbalik dengan suasana yang mereka rasakan selama menimba ilmu di MI Islamiyah Pahmungan. Sungguh perjuangan untuk menjadi generasi masa depan berkualitas dengan sarana belajar yang ala kadarnya.

tampak salah satu murid dalam salah satu ruang belajar

suasana lorong teras sederhana berpagar bambu ala kasarnya  dedepan ruang kelas

suasana pemukiman warga desa Way Kepayang dekat bangunan sekolah MI Islamiyah

mba Mamik dari Ruang Jingga Lampung menyapa anak anak di ruang belajar.


GEDUNG SEKOLAH BERSANDING DENGAN KANDANG KAMBING!!.

Disela aktivitas yang dilakoni oleh team Ruang Jingga Lampung, saya menyempatkan melihat secara langsung kondisi sekitar gedung MI Islamiyah Pahmungan desa Way Kepayang. Cuma mau memastikan secara langsung kondisi sekolah dengan mata dan kamera ponsel saya.

Secara keseluruhan, gedung sekolah berdinding papan reot dan bertiang pintu keropos tersebut dekat dengan kawasan pemukiman masyarakat desa.  Memililki 6 ruangan. 5 ruang belajar dan 1 ruang guru dan kepala sekolah. MI Islamiyah Pahmungan hanya memiliki siswa kelas 1 sampai 5 saja karena memang sekolah MI Islamiyah baru berdiri 5 tahun terakhir.  Gedung tanpa pelapon dan tanpa penutup jendela tersebut begitu seadanya. Rangka silang kayu langsung terlihat pada bagian atap sekolah. Karena tak ada daun jendela yang menutup ruangan kelas, maka ruangan belajar kerap dimasuki air saat musim hujan berlangsung bahkan debu kala musim kemarau yang berasal dari halaman tanah depan gedung sekolah.

gedung sekolah bersanding dengan kandang kambing


Suasana gedung sekolah yang seadanya nampak kontras bersanding dengan lantai semen sederhana dengan beberapa bagian lantai yang berlubang. Begitu pula dengan pagar bambu sederhana yang terpasang dibagian depan gedung sekolah seolah berfungsi menjadi lahan teras didepan ruang belajar mereka.  81 orang siswa MI Islamiyah Pahmungan pun belajar dengan bangku dan kursi seadanya. Beberapa bangku dan kursi yang mereka gunakan tampak usang dan berlubang dibeberapa bagian. Dinding sekat antar ruangan pun berlubang dibeberapa bagian, sehingga suasana belajar satu kelas dengan kelas yang lain akan terdengar jelas saat proses belajar mengajar berlangsung bersamaan.

kondisi ruang belajar - lihatlah lantainya!!!.

lubang lubang di antara papan sekat antar ruangan - photo by Eri.




bagian belakang gedung sekolah -  dinding tanpa penutup jendela.

 Dengan bentuk bangunan yang memprihatinkan dan minimnya fasilitas penunjang belajar mengajar  di MI Islamiyah semakin miris dengan berdirinya kandang kambing yang letaknya persis di sebalah ruang kelas paling ujung.  Aroma tak sedap yang berasal dari kandang kambing pun mudah tercium dari ruangan kelas. “saya dan anak anak sudah terbiasa, mas” sahut salah seorang guru yang saya tanyai tanggapannya soal  hadirnya kandang kambing disamping bangunan sekolah mereka.

kandang kambing samping ruang belajar


“Dulu, gedung sekolah ini berdinding geribik dan berlantai tanah.” ucap ibu Hartati, S.Pdi  memulai percakapannya pada saya. “Tanah bangunan ini juga merupakan hibah dari salah seorang warga di desa ini, mas” lanjut ibu Hartati berkisah.  Berkat gotong royong warga sekolah MI Islamiyah berdiri dengan kondisi yang terlihat saat ini.  Dalam penuturannya, Ibu Hartati – yang merupakan Kepala Sekolah sekaligus guru  tersebut menjelaskan  bahwa telah ada upaya untuk meminta bantuan yang kerap dilakukan dengan mengajukan proposal pada pihak terkait. “Sampai saat ini, kami masih menunggu bantuan, mas” ucap ibu Hartati. Tenaga pengajar MI Islamiyah yang berjumlah 9 orang guru berstatus honorer itu pun kerap bahu membahu dalam melaksanakan proses mengajar hingga mengupayakan sarana belajar bagi siswa.  Bagai pepetah ‘Tak Ada Rotan Akar pun Jadi’, daripada menunggu bantuan yang belum pasti atau mengeluh soal minimnya sarana belajar mengajar, lebih baik melaksanakan proses belajar bagi kepentingan siswa siswa desa Way Kepayang.

penampakan pada bagian dalam gedung sekolah dengan sekat papan seadanya

Sungguh ironis dan memprihatinkan melihat kondisi gedung sekolah dengan minimnya sarana belajar mengajar yang ada di MI Islamiyah pahmungan desa Way Kepayang. Gedung Madrasah yang berdiri sejak tahun 1983 dengan tanah yang merupakan hibah warga setempat tersebut memiliki izin operasional dari Kementerian Agama Yayasan Pendidikan Islam (YPI). Meski begitu, MI Islamiyah bagai lembaga pendidikan yang tak dihiraukan oleh Pemerintah Daerah Pesawaran. Jangankan fasilitas penunjang proses belajar mengajar, sarana MCK pun tak ada!!. “Soal WC, pengajar maupun murid masih menumpang pada rumah warga terdekat” jelas salah seorang guru honorer yang saya ajak berbincang seusai makan siang. “…malah beberapa anak sering kencing sembarangan di belakang gedung sekolah, mas…” tutur sang guru yang juga warga desa Way Kepayang. 

aktivitas anak anak menyantap bekal yang mereka bawa dari rumah disela jam istirahat siang

 
Berada di MI Islamiyah – desa Way Kepayang sejak pagi hingga tengah hari membuka mata saya akan sisi lain dari wajah pendidikan di provinsi yang saya diami. Sebuah fakta dunia pendidikan yang tak pernah terpublish dimedia. Meski jarak MI Islamiyah tak terlampau jauh dari Gedongtataan – pusat keramaian dari kabupaten Pesawaran justru membuat  sekolah ini minim perhatian pemerintah daerah setempat. Tiadalah arti dari fungsi penguasa,  bila pendidikan dasar masyarakat desa masih tak mendapat iba. Semoga jajaran pengajar hingga siswa MI Islamiyah senantiasa diberi kesehatan dalam semangat menimba ilmu. Karena masa depan yang pintar, sukses dan bahagia tak hanya jadi hak warga kota semata.

4 komentar :

  1. Seharusnya tempat pendidikan itu harus layak pembangunan ny di Prov.Lampung seperti di Kab.Pesawaran ini om. Sedih melihat kelas mereka di samping kandang kambing..

    BalasHapus
  2. Di Palembang sendiri, di tengah kota, masih ada sekolahan yang kondisinya seperti itu bang. Tahunya saat kegiatan Kelas Inspirasi dilakukan. Ironis sekali.

    Lihat foto makan bareng itu, jadi ingat masa sekolah. Aku masih bawa bekal sampai kelas 3 SMA hehe. "Terpaksa" karena ikutan ekskul. Tapi jadinya terasa bermanfaat, lebih hemat dan lebih sehat.

    omnduut.com

    BalasHapus
  3. brother @Fajrin ....itulah yang buat miris. padahal jarak lokasi sekolah ke pusat kota kabupaten tidak terlampau jauh. ke pusat kota provinsi juga tak sampai 2 jam. tapi nyatanya pemerintah belum menyentuh jenis bangunan sekolah seperti itu...

    BalasHapus
  4. Brother @Yayan.... sepakat. kemarin pas aku terlibat dalam kelas inspirasi juga menemukan sekolah yang dibawah standar layak sih, tapi soal jenis bangunan sekolah dan berdekatan dengan kandang kambing menurut ku itu keterlaluan ajaa....

    soal bawa bekel sekolah aku sampe sekarang kalo ngantor lebih memilih bawa bekel masakan istri lebih enak siihh..hahahhahahahahah

    BalasHapus

Scroll To Top