Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Jumat, 07 April 2017

KISAH BERTARUH NYAWA KALA MENDAKI GUNUNG PHANTOM KERALA




Dipanshu atau yang lebih sering saya panggil ‘D’ – my roommate,  membangunkan tidur saya pagi itu. “hurry up, almost 6 o’clock!” hentaknya seraya menarik selimut yang saya peluk  erat sepanjang malam. Sungguh nyaman rasanya tidur dalam tenda. “You don’t need to shower, right ?!” tanya D pada saya.  Oohh, tak perlulah saya mandi dalam udara dingin begini, lagipula buat apa mandi, lha wong  cuma mau naik gunung aja pake mandi!. hahahaha.  Jadilah saya pun bergegas membawa serta beberapa keperluan pribadi dalam dry bag yang telah saya persiapkan sejak semalam. 

......
“don’t forget to bring your personal medicine”, himbau salah seorang dari tim Kalypso semalam. “use your long pant…” ucap seorang pria dari tim Kalypso yang khawatir ilalang pada rute yang kami lalui akan melukai kulit kaki bila memakai celana pendek.  Hhmmm… apa jadinya kulit mulus sekujur tubuh kalo lecet?, bisa putus kontrak iklan sabun kecantikan, kan?!. Lho!!..hahahha.
 Setelah sempat gosok gigi  super cepat, saya dan D langsung menuju bangsal dimana telah berkumpul beberapa teman lain yang sedang sarapan pagi sebelum aktivitas hiking dimulai.


happy face before hiking

breakfast moment

Usai sarapan, kami diarahkan untuk menuju tanah lapang samping bangsal untuk melakukan sedikit peregangan otot dalam bentuk games ringan.  Permainan Zip Zap hingga Elephant jadi penghangat suasana pagi yang super dingan kala itu.
Tepat pukul 8 pagi, kami beranjak dari lokasi perkemahan. Menyusuri ruas jalan dengan bentangan kebun teh dan beberapa rumah warga disepanjang jalan.  Puncak gunung Phantom adalah tujuan utama dari perjalanan kami pagi itu.  Sebenarnya, dari areal perkemahan, puncak gunung yang akan kami taklukkan itu sudah terlihat.  Menurut info, jarak  dari areal perkemahan ke puncak gunung mencapai sekitar 5 kilometer. Tetapi sebagain besar panitia menghibur kami. “don’t worry, to get there is really easy…” ujar mereka menenangkan.  Mudah sih emang, kalo  cuma teori, hihihi. Belum tentu pas prakteknya kan?!..hhmm… udahlah, nikmati aja. Toh sesekali menguji nyali tracking naek gunung. 

kelihatan kan puncak gunung nya..?? nah Puncak Gunung Phantom itulah tujuan pendakian kami.

PERTARUHAN NYAWA SAMPAI KE PUNCAK

Perlahan – lahan saya dan teman teman berangsur menjauh dari kawasan perkemahan. Langkah demi langkah kaki tak terasa mengantarkan kami pada dataran tinggi. Semakin tinggi. Sampai sampai kami terperangah dengan pemandangan dibagian bawah yang telah kami lalui. Hamparan perkebunan teh lengkap dengan areal pemukiman warga jelas terlihat. Dan yang paling istimewa, ada suara musik yang berasal dari suasana festival musik warga lokal  dilereng pegunungan. Berasa lagi shooting film India gitu ada backsound musiknya, hehehehe. Sesekali saya ikut bernyanyi versi saya atau ngajak teman teman goyang goyang menikmati alunan musik yang terdengar. Lumayan bisa menghilangkan lelah rute menanjak sejenak.  Ingat ya, cuma sejenak. Karena rute selanjutnya semakin menantang untuk dilalui. Gunung Phantom yang kami tuju itu ternyata bukan dataran curam biasa. Beberapa bagian terdiri dari hamparan tanah yang rawan untuk diinjak.  Adapula bagian berbatu rapuh yang cukup berbahaya jika salah pijak. 

hamparan pesona alam dari ketinggian dalam jalan menuju puncak gunung Phantom
 
Wefie menghibur diri...rombongan pertama di barisan depan ...yeeeyyy
Saya dan beberapa teman memimpin rombongan di bagian depan bersama pria  pemandu dari Kalypso Adventures. Saya dan D bertekad jadi orang pertama yang sampai di puncak gunung.  Begitupula dengan Evelyn dari Malaysia dan Giana dari Gibraltar “we’ll see the beautiful landscape from the top” demikian D memacu semangat saya.  Jangan kira mudah menaklukkan medan terjal menanjak curam dengan hamparan bebatuan dibagian bawah.  Lumayan jiper broh!! hahaha. Potongan lagu yang saya dendangkan dalam perjalanan mendaki gunung sebenarnya cara saya menutupi ketakutan akan ketinggian.  Nafas mulai terengah-engah. Mengess rasanya. Berasa mau tidur rebahan aja. “You boleh istirahat, bila tak kuat” saran Evelyn – blogger asal Malaysia. Hhhmm.. tengsin juga yaa kalo gw kalah semangat dari perempuan mungil macam Evelyn alias Lucy Liu itu. Semangat!! Kuat!!. Apalagi ada hiburan si Dan – Vlogger Canada yang rajin  ambil gambar buat Vlog nya yang super kece itu.
 

Sebagai rombongan dibagian depan, saya dan teman teman bersemangat menjadi pihak pertama yang tiba. Semantara beberapa sosok lain masih berada jauh di bagian bawah. Pepohonan pinus dan aneka tumbuhan tropis menghias jalan setapak yang kami lalui. Wefie bareng dan ngobrol hal hal lucu jadi warna dalam proses pendakian yang kami lalui. Hingga akhirnya, rombongan yang berada di bagian belakang berteriak kencang kearah kami. “get back!!, get back!!...’ begitu teriak pemandu dari team Kalypso  di kejauhan pada rombongan saya. “sorry we wrong way!” ucap pemandu dalam rombongan saya. “whaaattt!!!!” sontak  saya dan teman teman dalam rombongan kaget. Kecewa dong, kita udah merasa ada di barisan paling depan  dari rombongan lain ternyata salah!. Yaealah…penunjuk arah yang orang Kalypso nya aja bisa salah arah…hahahahaha.  Chebooklah!!. Mau tak mau, kami berbalik arah, dengan bawaan ngedumel. Sudahlah nikmati saja, meski salah arahnya udah lumayan jauh.
 
sudah jauh eh, salah jalan...balik lagi deh  ....
 
Rombongan lain menunggu kami di titik peristirahatan.  Masih tersisa sekitar 700 meter lagi ujar team Kalypso yang mengarahkan kami. Wajah wajah lelah mulai terlihat. Tak ada lagi hasrat untuk selfie dengan muka memerah, bercucur keringat dengan baju basah lembab.  Team Kalypso sempat membagikan wafer coklat dan kue kacang pada kami sebagai pengganjal perut. Termasuk persediaan botol air mineral yang memadai. Sungguh ini bagian tersulit. Tanjakan curam diparuh akhir bagai pertaruhan nyawa dari separuh usaha yang telah dilakoni sejak pagi tadi. 

titik peristirahatan terakhir sebelum menjanjak curam 700 meter terakhir


Matahari semakin menyengat disela hembusan sejuk udara pegunungan.  Saya langsung bergegas memacu langkah cepat menanjak kebagian puncak – tempat yang digadang-gadang akan hamparan keindahan.  Semakin dekat terlihat bunga bunga edelweiss merebak warna diantara bebatuan dibagian puncak gunung. Yess!! Saya tiba di bagian puncak!. Selamat! Setelah perjuangan menaklukkan ego diri dalam langkah demi langkah, akhirnya tiba pula di puncak.




Sekumpulan pendoa terlihat sedang melakukan aktiviitas mereka di bawah tonggak salip di bagian puncak gunung Phantom. “warga nasrani menjadikan bagian puncak gunung ini sebagai ritual keagamaan mereka”, ucap pria pemandu pada saya.  Saya pun perlahan berlalu dari sekumpulan pendoa dan bergerak menuju bagian lain dari puncak gunung. Beberapa teman blogger  ternyata telah berada di kawasan puncak gunung lebih awal.  Mereka telah memulai pendakian sejak pagi buta. Sedang saya dan teman teman lain baru memulai pendakian pada pukul 8 pagi.

Ngaso melepas lelah seusai pendakian


Saya langsung meminta Jinson – photographer kece KBE mengabadikan diri saya dengan hamparan alam nan memukau dibagian bawah gunung.   Perayaan sampai puncak!!. Sejauh mata memandang, terlihat jelas bendungan yang menyerupai danau nan cantik hingga aliran sungai dan hamparan hijau perkebunan. Sungguh pemandangan alam Munnar yang memesona. Puas rasanya bisa menaklukkan terjalnya pendakian dengan hamparan alam nan indah. Lelah pendakian yang terbayar tunai. Layaklah kemudian dirayakan dengan photo bersama, video kebahagiaan hingga photo selfie sepuasnya. Meski rute turun menanti untuk dijajaki.

2 komentar :

  1. Kalau aku ikut kebayang deh napas sama dengkul kayak apa :D
    Cantik pemandangan dari atas puncaknya ya..

    BalasHapus
  2. very nice article Indra.. i can remember every moment of our hiking trip. it was a lovely experience..

    BalasHapus

Scroll To Top