Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Kamis, 20 April 2017

TANDANG KE BADUY, KISAH SEHARI MERAYAKAN KESAHAJAAN HIDUP



Niat untuk dapat tandang ke Baduy itu sebenarnya telah ada sejak masa kuliah dulu, meski berkali kali gagal akibat padatnya jadwal – biasalah jadwal manggung gue sebagai artis tingkat kecamatan kan super padet ya,!! . Sokiiyes!!.

Pagi itu, -  lepas Subuh tepatnya, saya telah berada di pelataran stasiun kereta Cilegon setelah dijemput oleh mba Tati dari hotel Amaris Cilegon. Kapan lagi merasakan digonceng motor oleh mba Tati. Hehehe.Cadass!!. 
Rekan perjalanan lainnya, Zul, kang Didi dan Rama pun berangsur hadir. Lengkaplah, tim yang berkenan menemani saya mengunjungi Baduy pagi itu. Meski rencana untuk naik kereta api pukul 05.26 harus batal karena mba Iim bangun kesiangan – jadilah kami semua menunggu kedatangan mba Iim dan harus merelakan tiket yang telah dibeli semula hangus!. Hhmmm,…. Untung tiketnya senilai 3 ribu rupiah perorang!!, hahahah.  Gak dimana mana ya, kalo berangkat ramean pasti ada drama drama dikit.!. Drama pagi buta kala itu dipersembahkan oleh mba Iim Karimah nyonyah Bojoh Deo!!. Dahlah!, hahahah.

dalam kereta Cilegon - Rangkasbitung

CILEGON - RANGKASBITUNG

Akhirnya kereta pukul 06.40 pun membawa kami dari stasiun Cilegon menuju stasiun Rangkasbitung pagi itu. Sebagai perayaan atas kebersamaan yang lengkap sekaligus perayaan pertama kali saya naik kereta dari Cilegon.  Dalam kebersamaan, tentu kami tak lupa mengabadikan diri di dalam gerbong kereta, secara senang banget bisa ngeTrip bareng reramean. Dan kami tak hanya ber-6 saja, ada mba Donna Imelda yang berkenan gabung dari Jakarta. 

stasiun Rangkasbitung
 Setelah 1,5 jam dalam kereta malam, eh salah, kereta pagi, kami tiba di stasiun Kereta Api Rangkasbitung yang memiliki nilai sejarah dan telah dibangun sejak tahun 1901 itu.  Mba Donna sudah menunggu kami rupanya. Suasana seru pun langsung tercipta, secara lama tak bertemu mba Donna.
Seusai tegur sapa – plus saling follow mem-follow akun sosmed antar mba Donna dan rekan lainnya, huhft, Penting!!!,  kami pun meninggalkan kawasan stasiun Rangkasbitung menuju bagian luar untuk mencari mobil angkot menuju terminal Aweh, lalu lanjut mencari mobil Elf. Nah, saat mencari mobil Elf inilah makan cukup waktu karena ada proses tawar menawar mba Tati dkk dengan sang sopir mobil Elf.  Setelah disepakati harga sewa mobil Elf senilai 700 ribu dari harga awal 900 ribu, kami bertujuh pun berangkat menuju desa Ciboleger yang merupakan pintu masuk menuju kawasan Baduy. Harga 700 ribu itu cukup pantas untuk ukuran sewa kami bertujuh yang kelak akan dijemput kembali oleh sang sopir. Karena kunjungan kami hanya sehari penuh tanpa bermalam.

mobil elf yang kami sewa seharga 700 ribu PP
yeeyyy...formasi lengkap kami ber 7.
 
BADUY LUAR DAN BADUY DALAM

Setelah menempuh perjalanan 1,5 jam dengan rute jalan yang lumayan aduhai, akhirnya kami bertujuh tiba di kawasan desa Cibologer yang merupakan titik awal para pengunjung yang hendak menuju kawasan Baduy. Baik Baduy Luar maupun Baduy Dalam. Sebelum memulai perjalanan, kami sempat menikmati mie instan sebagai menu makan siang disebuah warung kecil dalam kawasan depan Cibologer. Lumayan, ngeganjel perut!.




Apasih Baduy Luar dan Baduy Dalam itu ?, - sabar, sabar…saya jelaskan berdasarkan informasi yang saya dapatkan yaaa…



Baik Baduy Dalam maupun Baduy Luar, pada dasarnya semua disebut suku Baduy, yakni masyarakat etnis Sunda yang tinggal dalam wilayah Banten, tepatnya di pegunungan Kendeng desa Kenekes kabupaten Lebak , Penggolongan Suku Baduy.  Suku Baduy Luar dan Baduy Dalam memiliki perbedaan mendasar pada tatanan adat yang berlaku dikeduanya. Masyarakat Baduy Dalam masih memegang teguh konsep hidup ‘Pikukuh’ – yakni aturan adat yang memegang teguh kesederhanaan atau ke-apa-ada-an dalam kehidupan mereka sehari hari. Sedangkan masyarakat Baduy Luar secara garis besar telah memahami tata cara kehidupan modern.  Secara keseluruhan pula, baik  dalam kawasan Baduy Luar maupun Baduy Dalam tidak dilalui oleh kendaraan bermotor. Jadi seluruh aktivitas warga dilakukan denganc ara berjalan kaki.



Sebagai pendatang, kami melakukan wajib lapor terlebih dahulu pada sebuah rumah dibagian depan pada desa Kenekes – kawasan desa dibagian muka pada Baduy Luar.  Setelah membayar uang retribusi kunjungan 4 ribu rupiah perorang, kami sempat berbincang dengan si bapak empunya rumah soal adat istiadat Baduy.   Setelah itu, sang bapak menunjuk Yumar – pria tambun bertenaga gesit yang langsung memandu perjalanan kami kebagian dalam desa. Oleh karena kami tidak berniat bermalam, maka kami menghabiskan sepanjang siang hanya pada bagian Baduy Luar saja.  Bagi saya, tandang kebagian Baduy Luar saja sudah menyenangkan, bisa melihat langsung kawasan Baduy yang sejak dulu saya impikan itu. 

mba Donna yang berbincang serius dengan si pemilik rumah

Rumah rumah tertata rapih pada bagian depan dari Baduy Luar

seorang ibu penenun kain khas Baduy


KESAHAJAAN HIDUP SUKU BADUY

Aktivitas warga jadi pemandangan menyenangkan selama memasuki kawasan Baduy Luar. Berpapasan dengan beberapa warga sepulang dari kebun adalah sesuatu yang berharga untuk disimak. Melihat lebih dekat aktivitas sehari-hari warga Baduy Luar yang begitu bersahaja.  Begitupun dengan rumah rumah berbentuk limas nan khas, beratap jerami dan kayu kayu kokoh sebagai penopangnya. Meski hidup sederhana, tetapi masyarakat Baduy Luar juga memiliki kesadaran menjaga kebersihan lingkungan. Hal ini terlihat dari bentuk tempat sampah yang terbuat dari jalinan bambu yang merupakan kerajinan tangan warga. Sesuatu yang kreatif dan inovatif dari masyarakat Baduy.

Tempat sampah Baduy Luar

Leit - Lumbung Padi


Bagi pecinta cinderamata khas Baduy, jangan lewatkan untuk  shooping manjah di kawasan ini yaa … soale banyak kerajinan tangan khas masyarakat Baduy yang layak untuk dijadikan kenang-kenangan bahwa kamu pernah tandang ke Baduy, hehehe.


Siang itu, kami singgah di rumah yang menjajakan beragam jenis kain warna warni.  Alasan kami singgah dirumah tersebut, selain si mba manis yang belakangan kami ketahui adalah seorang Ibu dari gadis cantik bernama Marsha. Dikira masih gadis ternyata si ibu udah punya anak gadis yang cantiknya sungguh memesona. Jadilah suasana belanja dan coba coba banyak barang jadi acara kami dirumah tersebut. Selain batik dan tenun khas Indonesia, saya juga menaruh ketertarikan dengan ragam jenis ikat kepala nusantara. Makanya, saya tidak menolak ketika Yumar memperagakan bagaimana mengikat kain khas pria Baduy dikepala saya.



Setelah mendapatkan barang barang favorite masing masing, kami melanjutkan perjalanan menyusuri kawasan Baduy Luar.  Kami sempat mendatangi rumah rumah kecil berbentuk unik yang diberi nama LEIT – bangunan yang merupakan lumbung padi khas masyarakata Baduy. Selain menemukan rumah hunian khas Baduy. Menyusuri jalan setapak kebagian dalam dari Baduy Luar jadi kebersamaan kami selanjutnya diantara hilir mudik warga dengan aktivitas harian mereka yang menarik untuk disimak.

Tujuan kami siang itu adalah desa Kaduketuk hingga kawasan Gajeboh. Agar jarak tempuh lebih kurang 2 jam tersebut tak terasa melelahkan, maka sepanjang perjalanan kami isi dengan photo photo. Lumayan buat bahan narsis di sosmed kan, hehehehe

kami ber- lima dan mas Yumar - pemandu kami (berbaju coklat)

aktivitas warga sepulang kebun
Kami pun sempat berhenti sejenak  untuk melepas lelah ketika menjumpai penjaja kelapa muda di bagian jalan yang kami temui. Termasuk menikmati air mancur nan sejuk yang juga kami temui dalam perjalanan sebelum akhirnya tiba di desa Kaduketuk yang berdiri beberapa rumah khas dengan struktur bebatuan dibawah bangunan rumah.  

meminum air jernih pegunungan - photo by mba Donna

menikmati kelapa muda setelah lelah berjalan menanjak

bapak penjaja kelapa muda di tepi jalan
 
perjalanan memasuki kawasan Kaduketek

kontur jalan yang harus di lalui menuju kawasan Kaduketek hingga Gajeboh

Hunian warga

hunian warga  desa Kaduketek


hunian warga masih dalam kawasan Baduy Luar
 
 Kami pun tak melewatkan singgah ke kawasan Gajeboh yang didalamnya mengalir sungai yang cukup deras. Tak melewatkan kesempatan, kami pun menikmati aliran sungai alami nan asri dengan merendamkan kaki, hingga saya tertarik menceburkan diri ke dalam sungai, selain merasa gerah selama menempuh perjalanan juga tergoda dengan beberapa anak kecil yang bermain bilah bambu di aliran sungai.
 
bersantai dialiran sungai



  
Usai menikmati suasana sungai dan kawasan Gajeboh kami kembali pulang dengan melalui rute yang telah kami tempuh sebelumnya. Dan ternyata cukup menguras tenaga. Meski begitu, kebersamaan sepanjang siang itu cukuplah mengobati rasa penasaran saya akan kawasan Baduy. Meski tidak sampai ke bagian Baduy Dalam. Tapi suatu saat saya berniat tandang ke Baduy Dalam. Semoga.
 
tergoda mandi di sungai - photo by mba Donna
Sebelum meninggalkan kawasan Baduy Luar, kami kembali singgah di kediaman Aswati – tempat kami membeli beberapa cinderamata sebelumnya.  Suasana santai sore seusai berjalan kaki semakin menyenangkan ketika bertemu kang Udil – suami dari sosok Aswati. Kang Udil tak hanya ramah menyapa kami tetapi juga piawai memainkan alat musik khas Baduy Diantaranya, kalembing, Seruling dan Karenendi yang semuanya ia buat sendiri.  
 
kang Udil yang piawai memainkan alat musik khas Baduy - photo by mba Tati


saya dan  kang Udil

Mengabadikan kebahagiaan kami bersama Kang Udil dan Istri di beranda rumah

Sungguh senang menyimak kang Udil memainkan alat musik khas Baduy dihadapan kami sore itu.  Bagai sebuah bonus sebelum meninggalkan kawasan baduy Luar. Hilanglah lelah berjalan menanjak dan menurun sejak siang. Apa yang saya harapkan selama ini, terwujud. Mendatangi kawasan Baduy tak hanya soal tandang pada kawasan tradisional semata, melainkan mengenal langsung kesahajaan hidup dan kepiawaian masyarakatnya ditengah modernitas yang ditawarkan kehidupan.

3 komentar :

  1. Bahagiaaaaa, pulang2 capek tapi bahagiaaaaa. Bener2 recharging

    BalasHapus
  2. Mereka berbuat baik pada alam, damai dan tentram menghidupkan hari-harinya. Sudah minum dan memginjak tanah Baduy. Syaaaaah ke Banten hehe.

    BalasHapus
  3. Ah perjalanan yg seru banget ini. Baduy masuk bukclet list nih Om In..

    BalasHapus

Scroll To Top