Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Sabtu, 07 Oktober 2017

MENYIMAK SAJIAN BUDAYA DI MARI MARI CULTURAL VILLAGE - SABAH




Rintik hujan menghias kedatangan kami disebuah kawasan nan asri.  Setelah 40 menit berkendara dari pusat Kota Kinabalu. Mari Mari Cultural Village adalah kunjungan kami sore itu. Terletak di kawasan Kionsom – Inanam, Kota Kinabalu. Melihat bagian depan Mari Mari Cultural Village dari balik jendela mobil saja saya sudah antusias ingin tahu lebih banyak.

 


Seperti biasa, setiap kunjungan ke sebuah kawasan, saya tidak pernah berusaha cari tahu tempat yang akan dikunjungi via paman google. Hal ini saya lakukan agar tidak berharap banyak dari apa yang akan dikunjungi. Karena terkadang media promo berusaha mem-propaganda melebihi kondisi sebenarnya. Selain itu, saya akan lebih antusias bila tandang ke suatu kawasan tanpa banyak tahu sebelumnya. Jadi, tahu karena datang langsung itu menyenangkan, ketimbang sotoy marotoy, alias sok tahu!!... yaa khaann???...hhhmmm.

Gadis manis peracik tapai
  
DESA BUDAYA BERNILAI SEJARAH

Beberapa petugas dibagian beranda menyambut kedatangan kami. Dan menganjurkan kami ke toilet sebelum kunjungan kebagian dalam dari kawasan Mari Mari Cultural Village dimulai.  Unik juga yaa, dianjurkan pipis sebelum acara dimulai, hehehe.

Sosok wanita muda berparas ramah menyapa kami dan memperkenalkan diri bernama Carol sebagai pemandu perjalanan rombongan kami. Ia menjelaskan rute perjalanan yang akan kami lalui di bagian dalam dari Mari Mari Cultural Village melalui peta yang terpampang di bagian depan dekat dengan bagian loket.  Secara keseluruhan, ada 8 bagian dari Mari Mari Cultural Village yang akan jadi spot persinggahan pengunjung termasuk beranda bagian depan. Mengingat senja semakin gelap, kami disarankan untuk berjalan beriringan agar tidak terlepas dari rombongan dan tersesat ke dalam hutan.

Berdasarkan penjelasan Carol – tour guide kami, dalam kawasan Mari Mari Cultural Village terdapat 5 suku yang berbeda dalam tradisi lampau masyarakat Sabah – Malaysian Borneo. Mereka adalah  Kandazan, Lundayesh, Bajau, Rungus dan Murut. Penggunaan kata 'Mari Mari' sebagai kawasan yang kami kunjungi berari ajakan 'Mari Mari' - ajakan untuk tandang ke Mari Mari Cultural Village. So, Mari Mari ... yukss capcusss....

Rumah suku Rungus yang bisa di isi oleh 10 keluarga

bilik keluarga dalam rumah panjang suku Rungus - satu bilik ini di diami oleh 1 keluarga
 
BILIK PENYIMPAN KEPALA MANUSIA

Setelah melalui jembatan dan jalan setapak dalam rinai hujan, kami tiba di sebuah pondok yang berfungsi sebagai lumbung penyimpan padi kaum Murut yang disebut Tangkob.  Sebagai tempat penyimpan padi, Lumbung kaum Murut (Tangkob) terlihat sederhana, tetapi kisah menarik justru didapat ketika pemandu mengisahkan sebuah bilik kecil yang terdapat tepat di samping dari lumbung padi yang ternyata berfungsi sebagai tempat menyimpan kepala pencuri!!.

Dahulu, kaum Murut menaruh  kekuatan supranatural mereka untuk melindungi lumbung dari pencuri. Jadi bila ada pencuri yang masuk kedalam lumbung, maka dipastikan sang pencuri tidak akan dapat meninggalkan lumbung karena terjerat kekuatan supranatural yang di taruh kaum Murut disekitar lumbung. Dan sebagai hukuman untuk si pencuri, kaum Murut akan memenggal kepala pencuri dan kemudian menaruh kepala pencuri tersebut ke sebuah bilik yang dibuat disamping lumbung. Hal tersebut dilakukan agar aksi pencuri tak ditiru orang lain.

Mendengar penuturan kisah soal lumbung kaum Murut dan sangsi bagi pencuri lumbung buat saya bergidik. Seram juga membayangkan tradisi masa lampau. Saking takjub nya saya (bercampur takut) menyimak kisah kaum Murut, sampai lupa mengabadikan lumbung dan bilik penyimpanan kepala. Harusnya, para koruptor yang jelas jelas mencuri uang rakyat itu diperlakukan seperti adat kaum Murut itu! Hah!.

Memasak Linapak - makanan khas

Gadis pengolah madu

pria pematik api
 
GADIS MANIS PERACIK TAPAI

Usai menyimak kisah bernuansa supranatural di lumbung padi, kami masuk ke dalam bilik rumah dari suku Marut. Dibagian dalam terdapat proses pembuatan Tapai dengan menggunakan ragi  (disebut Sasat) dan beras putih yang telah dibersihkan.  Tapai yang telah diolah, kemudian diendapkan dalam sebuah gentong besar yang tertata rapih di salah satu sudut rumah.  Air pengolahan tapai pun di manfaatkan sebagai minuman bagi suku Marut karena mengandung alkohol 20 persen. Sesekali saya curi pandang ke wajah gadis belia yang cantik dengan senyum yang memesona.  Hhhmmm… adem rasanya setelah denger kisah bernuansa supranatural lalu lihat kecantikan gadis yang natural … cha,cha,cha!!!. Tak sebatas menengok pembuatan tapai saja, kami juga jadi tahu bagian bagian dalam rumah suku Marut yang terbuat dari kayu dan bambu tersebut. 

manik manik - salah satu kerajinan tangan

alat musik tradisional
 
MAKANAN DAN MINUMAN KHAS DI MARI MARI CULTURAL VILLAGE

Kunjungan selanjutnya adalah beberapa titik menarik untuk disimak. Dimulai dari spot pembuatan makanan khas yang terbuat dari bamboo yang disebut Linapak. Makanan khas suku Kadazan ini  merupakan campuran ayam, kentang atau beras dan rempah rempah penyedap rasa yang kesemuanya  dimasukkan dalam bilah bamboo untuk kemudian dibakar. Rasanya?, enak!!. Berasa makan Lemper atau arem arem gitu laah..tapi lebih gurih.

Tempat pemberhentian selanjutnya adalah pengolahan Montoku – sejenis minuman khas mengandung alcohol 40 persen. Jadilah kami mencoba dan membandingkannya dengan alcohol 20 persen yang sebelumnya kami coba.

Setelah makanan dan minuman, kami mencecap madu pproduski tradisional suku Rungus yang memiliki rumah yang besar dan panjang yang disebut Rungus Longhouse yang dimana didalamnya terdapat beberapa bilik. Dalam satu bilik biasanya dihuni oleh satu keluarga. Dan umumnya satu rumah panjang suku Rungus dapat memuat 10 keluarga.
 
peracik minuman alkohol 40%
 
BAJU KULIT KAYU DAN HIASAN TENGKORAK KEPALA MANUSIA

Lawatan saya dan rekan rekan terus berlanjut ke beberapa tempat yang menarik lainnya, salah satunya adalah pembuatan busana  dari kayu khas suku Murut. Dan sempat pula menyimak rumah suku Murut yang dilengkapi dengan alat alat musik tradisional, alat menangkap ikan hingga perlengkapan dapur lengkap dengan tengkorak kepala manusia sebagai bagian dari dekorasi rumah. Bagian ini buat saya kembali terdiam seram!.hahaha.

pembuat baju dari kulit kayu

Proses pembuatan Kue Jala

Kue Jala - camilan khas  suku Bajau


RUMAH BERHIAS HINGGA BUDAYA YANG MEMUKAU

Langkah kami kembali beranjak mendatangi sebuah ruamh panggung yang nampak cerah dengan hiasan kain berwarna warni. Yang menarik,  saya melihat jenis corak kain yang nyaris sama dengan Celugam – jenis kerajinan tangan khas masyarakat di Lampung Barat, tetapi berbeda sedikit pada penggunaan warna hijau. Tetapi bentuk dan penggunaannya sama. Hal tersebut, menurut Carol – tour guide kami, adalah corak khas ernikahan suku Bajau.  Suku Bajau pun terdiri dari dua jenis. Bajau Laut dan Bajau Darat. Suku Bajau dipengaruhi dari kawasan Philippine.  Sebelum menyaksikan detail dari hiasan diatas rumah panggung, kami sempat menikmati kue jala dan pandan juice yang mengandung rasa jahe – cocok untuk menghangatkan tubuh.

rumah suku Bajau

hiasan suasana pernikahan

singgasana  pernikahan

 Tandang ke Mari Mari Cultural Village itu bagai melihat kehidupan masa lamau yang mengandung nilai nilai sacral. Lihat saja bangaimana mereka hidup dalam kesederhanaan dan kesahajaan.  Hingga kami sempat mengikuti cara permainan  Lansaran - suku Murut – serupa Trampolin dari Bambu tetapi bentuknya tradisional lengkap dengan ritual menaruh hadiah hadiah dibagian atas yang nantinya para pria pria yang mengikuti permainan akan melompat meraih hadiah yang digantung di bagian atas tersebut.

bilik permainan

Lansaran atau Trampolin Babu
 
Sungguh menarik dan menyenangakan tandang ke Mari Mari Cultural Village. Terlebih bila melakukan kunjungan pada petang hari, maka akan mendapat sajian tarian bamboo dan atraksi tari api yang memukau!. Tak rugi datang kesini.

sajian bamboo dance and fire dance
 

Catatan pendukung untuk Pengunjung ;

·         Kenakan pakaian yang nyaman dengan menggunakan alas kaki yang nyaman dan aman untuk melakukan perjalana menyusuri bagian dalam dari Mari Mari Cultural Village
·         Bawa serta  payung, dry bag, cap/hat – untuk melindungi diri bila cuaca hujan.
·         Jangan lupa bawa kamera untuk mengabadikan moment dalam Mari Mari Cultural Village.
·         Autan – sprei nyamuk

Pilihan jam kunjungan

1.      Tour Pagi ;  pukul 10.00
2.      Tour Siang ; pukul 14.00
3.      Tour Petang ; pukul 18.00

Lakukan booking atau telpon tour operator perjalanan terlebih dahulu atau dapat hubungi Sabah Tourism Board untuk memudahkan kunjungan ke Mari Mari Cultural Village.

Tiket Kunjungan ke Mari Mari Cultural Village

Sesi pagi dan siang (10.00 dan 14.00)
Termasuk Transportasi
a)      Dewasa : RM180.00 nett per orang (Non-Malaysian)
b)      Anak-anak : RM160.00 nett per orang (Non-Malaysian)
c)      Dewasa : RM150.00 nett per orang (Malaysian)
d)      Anak-anak : RM120.00 nett per orang (Malaysian)

Sesi Petang (18.00)
Termasuk Transportasi
a)      Dewasa : RM200.00 nett per orang (Non-Malaysian)
b)      Anak-anak : RM180.00 nett per orang (Non-Malaysian)
c)      Dewasa : RM170.00 nett per orang (Malaysian)
d)      Anak-anak : RM140.00 nett per orang (Malaysian)
Sesi pagi dan siang (10.00 dan 14.00)
Tanpa Transportasi : (Non-Malaysian & Malaysian)
a)      Dewasa : RM98.00 nett per orang
b)      Anak-anak : RM83.00 nett per orang

Sesi Petang (18.000)
Tanpa transportasi : (Non-Malaysian & Malaysian)
a)      Dewasa : RM110.00 nett per orang
b)      Anak-anak  : RM93.00 nett per orang



11 komentar :

  1. Mirip suku dayak ya, suka memenggal kepala orang, tapi motifnya beda sih hehe.
    Penasaran sama bir adatnya. Gadisnya cantik-cantik, pemudanya kekar-kekar ya.

    Salam kenal anyway, mas :)

    BalasHapus
  2. pas baca ini, aku jadi ingat bentuk rumahnya kayak guesthouse yang aku tempati pas di raja ampat, dengan kelambu dan emang sederhana banget.

    bang indra sempat icip alkoholnya gak?

    BalasHapus
  3. Wah menarik juga ya budaya yg diperlihatkannya. Baru tau saya ada suku juga di sana :D namanya pun unik-unik ya gak mirip sama sekali. Cekatan banget Sabah bikin pertunjukan wisata kayak gitu. Thumbs up!

    BalasHapus
    Balasan
    1. yes...kita kagum cara pengemasan mereka. dan itu kita harus belajar banyak soal pengemasan.

      Hapus
  4. Kok serem bener ya adegan Kepala dipajang. Tapi itu shock therapy biar ga ditiru orang lain. Saya juga again syok disana Ada beberapa makanan minuman beralkohol. Apakah mereka suka mabuk2an juga?

    BalasHapus
    Balasan
    1. alkohol ciptaan mereka buat daya tahan tubuh dengan suhu dingin di hutan. alkoholnya ringan kok . kalo koruptor di penggal kepalanya mungkin tidak akan ada yang korupsi yaaa?..

      Hapus
  5. What a material of un-ambiguity and preserveness
    of precious familiarity regarding unexpected emotions.

    BalasHapus
  6. Penasaran sama trampolin bambunya. Itu beneran lentur kaya trampolin beneran kak? Secara bambu lebih pejal bahannya. Boleh dicobain gak? hahahaha ....

    BalasHapus
    Balasan
    1. yes. mirip trampolin dengan rotan yang juga lentur meski tidak begitu sama dengan lenturnya trampolin ...tapi seru .

      Hapus

Scroll To Top