Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Selasa, 16 Oktober 2018

TELISIK SEJARAH DI BANTEN DALAM SEHARI?, BISA BANGET!



Buat yang suka wisata sejarah, Banten punya destinasi menarik berupa jejak sejarah lho!. Menariknya lagi, jejak sejarah di Banten bisa di nikmati dalam sehari!. Jadi buat kamu yang tak punya banyak waktu tapi pengen tandang ke banyak spot bersejarah. Bisa coba hal berikut deh ; Telisik sejarah di Banten dalam sehari.



“Bawa saya ke tempat-tempat bersejarah di Banten seharian besok ya, mba?”  pinta saya pada mba Tati seusai program in House Training tenaga kesehatan di Rumah Sakit Krakatau Medika pada 10 Oktober lalu.  Tanpa berfikir panjang, Mba Tati pun mengacungkan jempol. 
Jadilah pagi itu, saya bersiap untuk tandang sejarah di kawasan yang mba Tati sebut sebagai kawasan Banten Lama. Pukul 10 mba Tati menghampiri saya di Amaris Hotel. Tak hanya kami berdua, ada pula Wening dan Yani serta mas Ma’aruf yang bertindak sebagai driver kami. Seru kan, jalan-jalan ke spot bersejarah bareng  Cawapres, pak Ma’aruf! Hahaha. Kidding!.

 
Danau Tasik Ardi

Perjalanan kami memasuki kawasan Banten Lama diawali dengan melalui Tasik Ardi. Kawasan nan asri berupa danau buatan dengan sebuah pulau kecil di bagian tengah yang dibangun oleh Maulana Yusuf (1570-1580). Selain berfungsi sebagai tempat peristirahatan dan rekreasi raja dan keluarganya kala itu, danau Tasik Ardi juga menjadi pemasok air bersih ke Keraton Surosowan. Air danau dialirkan melalui pipa-pipa terakota dan di jernihkan didalam tiga bangunan khusus yang disebut Pangindelan Abang, Pangindelan Putih dan Pangindelan Emas. Selain keperluan air bersih dalam Keraton Surosowan, air danau Tasik Ardi yang sumbernya dari sungai Cibanten, juga dipakai untuk mengairi sawah-sawah yang berada disekitarnya. Nah, saya dan rekan-rekan sempat singgah sejenak di bangunan yang berfungsi sebagai pengelola air bersih pada masa lalu yang disebut Pengindelan Abang. Bangunannya unik dank has masa lampau. Meski kondisi bagian dalam yang tak terawat. Sampah menggenang diseluruh permukaan air. Bisa jadi tak dirawat karena bangunan tak lagi berfungsi sebagaimana mestinya.

bangunan Pengindelan Abang

bagian dalam Pengindelan Abang dan genangan sampahnya
 
Perjalanan kami berlanjut.  Sekitar 500 meter kemudian kami berhenti pada kawasan padat hinian warga dengan  sebuah menara masjid usang berada persisi di pinggir jalan raya. Masjid Pecinan Tinggi  namyanya.  Masjid yang menjadi bangunan penting di masa 1552 – 1570 tersebut, kini hanya menyisakan bangunan menara dan mihrab masjid. Adalah Syarif Hidayatullah yang pertama membangun masjid tersebut sebelum kemudian dilanjutkan oleh sang putera, Maulana Hasanuddin. Disebut sebagai Masjid Pesinan Tinggi karena dahulu berada di kampung Pecinan, tempat tinggal dan berdagang orang-orang Cina di Banten.  Tak jauh dari letak bangunan Masjid Pecinan Tinggi dan reruntuhannya terdapat bangunan khas cina dan beberapa makam. Termasuk makam cina yang dekat dengan letak menara masjid Pecinan Tinggi.

Menara Masjid Pecinan Tinggi dan kawasan sekitar.
 
ONE STOP HISTORICAL PLACES

Usai mengabadikan puing masjid Pecinan Tinggi, perjalanan kami lanjutkan menuju Vihara Avalokitesvara Banten yang memiliki Altar Kwan Im Pho Sat.  Selain bentuk bangunan dan tata kelola yang menarik, Vihara ini menarik perhatian saya karena terdapat kisah tragedi ledakan Gunung Krakatau dalam bentuk melodrama pada sebuah lorong bangunan bagian dalam. Mba Tati mengajak saya dan rekan-rekan berjalan menuju bagian lain dari bangunan utama Vihara. Terdapat beberapa ruang-ruang belajar dan juga bangku santai di taman yang rindang. 

Altar Kwan Im Pho Sat dalam Vihara Avalokitesvara Banten
 
Tak jauh dari letak Vihara, terdapat Benteng Speelwijk. Sebuah bangunan yang didirikan oleh Belanda pada tahun 1585 di atas reruntuhan sisi utara tempbok keliling kota Banten, sebagai simbol berkuasanya kolonial Belanda di Banten. Benteng berbentuk persegi panjang tersebut memiliki bastion pada setiap sudutnya. Disebut Benteng Speelwijk diberikan sebagai bentuk penghargaan kepada Gubernur Jenderal Cornellis Janzoon Speelman yang bertugas antara tahun 1681 – 1684. Selain bentuk Benteng ada pula kawasan pemakaman dibagian timur benteng yang disebut dengan Keerkhof.   Jadi, letak Vihara, Benteng dan Keerkhof tersebut berdekatan. Selain hampran laut dan bentangan sungai. Sayang lokasi sekitar nampak kumuh dengan sampah dan warung tenda yang tak tertata. Bila saja kawasan ini di tata kelola dengan apik, bukan tidak mungkini akan mendatangkan banyak wisatawan yang menaruh minat pada peninggalan sejarah. Karena tandang ke Vihara, Benteng dan Keerkhof bagai  tandang ke  ‘one stop historical places’. 

sebagian bentuk Benteng Speelwijk
 
Saya, Mba Tati dibelakang, Yuni dan Wening berpayung mungil bak Princes !!
 
Tengah siang datang dengan terik. Kami memutuskan rehat dan shalat Dzuhur di Masjid Agung Banten yang penuh nilai sejarah. Jujur saja, saya termasuk sering dengar soal Masjid Agung Banten dari meraka yang kerap melakukan ziarah di kawasan ini. Dan baru kali pertama saya melihat langsung suasana dalam masjid dan kawasan sekitar masjid yang begitu ramai aktivitas tersebut.
Kelak, akan saya kisahkan dalam judul terpisah berkenaan Masjid Agung Banten.

Mba Tati  berniat mengajak saya dan rekan-rekan lain tandang ke Museum Kepurbakalaan usai Dzuhur. Meski kemudian kebingungan mencari letak bangunan Museum  tersebut. Jadilah kami memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu. Dan ternyata mencari tempat makan tak semudah mencari air mineral!.  Termasuk mencari letak bangunan Museum yang wajib berputar-putar arah, termasuk kebagian jalan sempit dalam pemukiman warga hingga melihat wujud kuburan ikan!.

bagian depan Keraton Kaibon

tampak muda Museum Situs Kepurbakalaan
 
Letak bangunan Museum Kepurbakalaan akhirnya dapat kami temui usai tandai ke Keraton Kaibon.  Ternyata, bangunan Museum berada persis di depan Masjid Agung!!. Tak nampak mata, karena tertutup oleh pekerja yang sedang melakukan perbenahan dibagian halaman masjid Agung. Kamipun dapat masuk mendekat ke Museum setelah menggunakan password nama ‘Kang ii’  sebagai alibi pada pekerja bangunan yang sedang melakukan perbaikan di bagian depan dari Keraton  Surosowan. 

salah satu bagian dalam Keraton Surosowan
 
Soal Museum Kepurbakalaan dan Keraton Surosowan akan saya tuturkan dalam judul terpisah aja yaah, soalnya bahas sejarah kudu konsentraasi penuh, gak bisa sambil jogged dangdut!.
Btw, buat tandang sejarah dalam sehari di Banten sangat menyenangkan. Dan saya wajib mengucap terima pada genks jalan yang hobah abiez ; mba Tati, Wening, Yuni dan mas Wapres!. Semoga bisa jelajah bagian lain dari Banten suatu saat nanti. Beneran, Banten itu banyak spot menarik untuk di kulik lho!. Next lanjut ya…

4 komentar :

  1. Nah, orang zaman baheula ternyata sudah melek cara menjernihkan air. Mungkinkah tempat penjernihan air itu dikerjakan oleh insinyur pribumi zaman itu, atau insinyur londo?

    salam

    BalasHapus
  2. Hebat Bang sudah sampai ke sini. Aku yang tinggal di Banten saja belum juga sampai di sini. Memalukan ya :)

    BalasHapus
  3. Wah, pengrtahuan baru nih mengenai lokasi wisata sejarah di Banten. Makasih om

    BalasHapus
  4. Aku suka nih wisata sejarah gini, jadi kalau lagi liatan bangunan atau benda-benda bersejarah gini selalu sambil membayangkan gimana masa lalu waktu jaman itu hehe

    BalasHapus

Scroll To Top