Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Kamis, 29 November 2018

MENENGOK MAHAKARYA SENI DI MUSEUM BLANCO



Saat memutuskan untuk menikmati waktu dan bersantai di Ubud. Museum Blanco adalah salah satu spot wajib yang masuk dalam jadwal kunjungan saya. Beberapa kali ke Ubud, sekalipun belum pernah tandang ke museum Blanco. Itu semua karena rekan jalan saya pada waktu itu tidak menyukai museum, hehehe. Berhubung saya jalan sendirian, maka saya bebas memilih apa yang wajib saya kunjungi. Tak heran, bila waktu kunjungan saya ke Museum Blanco tergolong paling lama dibanding spot wisata lainnya. Penasaran ?, yok ikuti aktivitas saya di Museum Blanco!

 
pintu gerbang utama di pinggir jalan Raya Cempuhan Ubud, untuk masuk kebagian gedung Museum Blanco

 
Lokasi Musum Blanco langsung terlihat bila pengunjung melalui jalan Raya Campuhan Ubud. Berada di dataran tinggi dikelilingi sungai Campuhan. Suasana sejuk dan rindangnya pepohonan langsung terasa saat pengunjung memasuki pintu depan yang bersinggungan langsung dengan jalan Raya Campuhan Ubud. Pukul 08.40 saya sudah berada di lokasi museum. Sengaja datang awal dari jadwal kunjungan yang dibuka untuk umum pada 09.00 – 17.00 setiap harinya. Wisatawan lokal cukup membayar  tiket Rp.30.000,-/orang  dan Rp.80.000/orang untuk wisatawan  mancanegara.
 
Akses masuk ke halaman dalam dari gallery Blanco

Selamat Datang di The Blanco Renaissance

 
SEJARAH MUSEUM BLANCO

Untungnya datang paling pagi ke Museum itu adalah leluasa menikmati isi museum sebelum di sesaki pengunjung lain. Dan benar saja, saat saya datang, belum ada pengunjung lain. Bahkan pekerja museum baru saja selesai membersihkan pekarangan. Beberapa sajian bunga segar menghias di setiap sudut lokasi halaman museum. Kawasan nan asri. Saya pun menyempatkan waktu menikmati suasana halaman depan sebelum masuk ke bagian dalam museum. Pekik merdu burung Kakak Tua dan Nuri menyambut kedatangan siapapun yang melalui pintu masuk usai loket tiket. Di halaman berselimut rumput hijau terdapat sebuah kedai dengan kursi duduk yang begitu nyaman. Terlebih lagu-lagu orchestra diputar menambah syahdu suasana.

atraksi menarik menyambut kedatangan tamu ke bagian halaman depan gallery

suasana sejuk di taman bagian loket tiket


Sebagai keturunan Amerika – Spanyol, pria bernama lengkap Antonio Don Blanco kelahiran Manila, Philipina pada 15 September 1921 memiliki jiwa seni yang begitu mendarah-daging. Bagaimana tidak, pencarian inspirasinya dalam melukis dilakukan di beberapa negara. Mulai dari menimba ilmu di Amerika, benua Afrika hingga Asia. Dan kemudian menetap di Bali hingga menikahi seorang penari tradisional Bali – Ni Rondji, pada 1953 sebelum Blanco wafat pada 10 Desember 1999.

Pembangunan Museum Blanco sendiri dilakukan pada 28 Desember 1998 sebelum kemudian diresmikan pada 15 September 2001 dan diberi nama ‘The Blanco Renaissance Museum’ menampung lebih dari 300 karya Antonio Blanco.
 
suasana asri di depan bangunan utama gallery lukis dari Museum Blanco

MAHAKARYA ANTONIO BLANCO

Usai menikmati suasana pada halaman depan gedung museum nan asri, saya melangkahkan kaki menaiki anak tangga dan menuju pintu masuk dari gallery lukisan Antonio Blanco. Sebelum masuk, petugas yang berjaga di pintu masuk memberikan booklet yang berisikan keterangan dari koleksi yang ada di dalam ruangan termasuk mengingatkan saya untuk tidak mengambil photo atau video selama berada didalam ruang pajang lukisan. Jadi dalam postingan ini pun saya tidak memajang karya dari Antonio Blanco karena selama ada didalam ruang pajang lukisan dilarang memotret!. Ingat itu wahai pengunjung!.

Sebenarnya, nuansa megah dari Museum Blanco itu telah terasa sejak pengunjung berada di luar dari ruangan gallery. Bangunan gedung museum dua lantai  tersebut menyerupai patung Siwa dengan empat tangan yang seolah menyambut kedatangan pengunjung. Maka kemegahan bangunan terus terjaga hingga bagian dalam dari ruang pajang lukisan Blanco. Saya menikmati setiap lukisan yang terpajang termasuk segala ornament ruangan yang memiliki citarasa seni bernilai tinggi. Tengok saja bentuk tangga yang menghubungkan lantai 1 ke lantai 2. Berasa ada di tangga bangunan kerajaan Romawi. Tidak diperbolehkannya melakukan sesi photo atau video selama dalam ruangan membuat saya lebih fokus menikmati setiap guratan yang banyak menonjolkan aura romantis–ekspresif.  Seluruh lukisan yang saya temui benar-benar mengisahkan perjalanan rasa dari seorang seniman kelas dunia. Tertuang apik dalam karya feminim yang terstruktur sejak pertama Blanco memulai seni lukis pada 1937 hingga akhir hayatnya 1999. Menikmati karya lukis seorang Mastero tanpa ada pengunjung lain itu seru lho!!.

bagian luar dari gallery Lukis Blanco yang boleh di photo
patung-patung dan ornamen menarik pandangan mata di Museum Blanco.
  
Karena aliran lukisan Blanco yang cenderung feminism maka tak heran bila 90 persen lukisan yang terpajang berwujud wanita-wanita berparas cantik dengan lekuk tubuh yang menggoda pandangan mata.  Mulai dari wanita berbusana hingga lukisan wanita tanpa busana sama sekali. Bahkan konon, semua wujud wanita yang ada dalam lukisan tersebut memiliki hubungan personal dengan Antonio Blanco.  Dalam museum juga terdapat ‘Erotic Room’ yang menyajikan koleksi lukisan dengan mempertontonkan kemolekan tubuh wanita dan juga pria!. Tapi bagi yang masih dibawah usia 17 tahun dilarang masuk kedalam ruangan ini. buahaya!!,hehehe.

Disisi lain dari kawasan gallery lukisan Blanco terdapat studio lukis yang kerap digunakan Antonio Blanco sebagai tempat melukis serta memajang foto-foto keluarga besarnya. Karya seni Blanco sungguh memesona. Waktu dua jam tak terasa berlalu saat saya menikmati satu persatu setiap lukisan dan setiap detail dari bangunan serta gaya interior Museum Blanco. Sungguh melenakan mata. Tak heran bila banyak dari petinggi negeri hingga pesohor dunia mengoleksi karya dari Antonio Blanco. Sungguh mahakarya yang mengagumkan.  Bila kelak saya ke Ubud, saya masih berminat untuk singgah ke Museum Blanco lagi.

6 komentar :

  1. Aku ini sepertinya turis ketinggalan jaman banget kalau di Bali. Bolak-balik ke Bali tapi belum pernah ke museum Blanco. Datang sekali lagi wajib ke sini kayaknya 🤣🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. yup mba, Museum nya menarik, aku saja bisa berlama-lama memandangi setiap lukisan. karena merasa tiap lukisan berbicara dengan jenis guratan yang berbeda meski nyaris 90 persen lukisannya berbentuk manusia.

      Hapus
  2. Wah, saya baru tau soal orang ini dan museumnya dari baca tulisan om Indra.

    Terima kasih ya sudah berbagi :)

    BalasHapus
  3. Cakep banget dah ini.

    Terima kasih mas Indra untuk ulasannya. Keren pisan ey.


    www.aulaandika.com

    BalasHapus

Scroll To Top