Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Selasa, 26 Agustus 2014

PESONA LOK BAINTAN BANUA ; LEGENDA TRADISI DAN KERAMAHTAMAHAN





Tak terhitung sudah berapa kali saya ke Banjarmasin. Sejak Adik Perempuan saya satu satu nya menikah dengan Pria asli Banjarmasin pada tahun 1999, maka sejak itu pula saya beberapa kali menengok adik perempuan saya dan bersilahturahmi dengan seluruh keluarga dari adik ipar saya yang berlokasi di Kecamatan Binuang Kabupaten Tapin – Kalimantan Selatan.
Jarak tempuh dari kediaman adik saya, Binuang ke kota Banjarmasin bukanlah hal mudah karena butuh 2 jam dengan kendaraan pribadi atau bisa 2,5 – 3 jam jika dengan kendaraan umum. Tapi naluri jelajah alam saya memang tak bisa di patahkan hanya dengan jarak tempuh.
Pada media Agustus lalu, saya kembali berkunjung ke Binuang karena ada sebuah keperluan kerabat dekat. Dan untuk pertama kali pula saya bertekad untuk mendatangi langsung pasar terapung khas Banjarmasin yang dulu kerap saya lihat sebagai icon salah satu TV Swasta Nasional dan juga pernah saya dengar kisah pesona pasar terapung itu dari media masa dan elektronik.
Hal pertama yang saya lakukan untuk mendapatkan keakuratan informasi tentang letak dan bagaimana menjangkau Pasar Terapung itu pun langsung saya hubungi Duta Wisata Daerah Kalimantan Selatan. Tak terlalu sulit, hanya dengan menghubungi Ketua Umum ADWINDO – Adi Pratama dan meminta rekomendasi personal duta wisata yang bisa membantu saya mewujudkan keinginan ke sebuah Pasar Terapung terbesar se-Asia Tenggara dan juga salah satu Icon wisata Kalimantan Selatan yang telah melegenda.
Tak jauh berselang, saya terhubung dengan sosok sosok baik yang sangat terbuka dan berkenan menyambut terhadap keinginan saya.

BERTEMU KERAMAHTAMAHAN
Sore itu, selesai urusan personal saya di Rantau, Binuang, Banjar Baru dan Pelaihari – beberapa kawasan di Kalimantan Selatan, saya menghubungi rekan rekan duta wisata daerah Kalimantan yang bergelar Nanang Galuh Kalimantan Selatan. Berkat petunjuk dan informasi yang saya dapat dari kerabat akhirnya perjalanan bertemu dengan rekan rekan Nanang Galuh Kalimantan Selatan pun saya mulai.
Kecamatan Pelaihari adalah sebuah kecamatan yang juga merupakan pusat pemerintahan kabupaten Tanah Laut. Kota Pelaihari terletak di tepi sungai Tabaneo dan berjarak 65km di sebelah timur Kota Banjarmasin.



Di mulai dari Pelaihari – menempuh kendaraan angkutan umum setempat menuju Duta Mall – tempat dimana saya akan bertemu dengan para duta wisata tersebut. Dengan jarak tempuh Plaihari ke Duta Mall – yang berlokasi di pusat kota Banjarmasin cukup memakan waktu 2 jam dengan berganti kendaraan angkutan umum 3 kali plus berhenti di beberapa titik karena menunggu penumpang, akhirnya saya tiba di Duta Mall dan bertemu dengan Wahyu dan Eno serta Fadhen yang merupakan Ketua Ikatan Nanang Galuh (INAGA) Kalimantan Selatan.


Tak butuh waktu lama buat saya dan 3 duta wisata yang baru saya temui itu untuk membaur dalam beragam topik pembicaraan. Mulai dari hal hal ringan dan saling mengenalkan diri kami masing masing hingga masalah teritori kota dan juga permasalahan yang terjadi dalam dunia duta wisata daerah.
Dalam panjangnya obrolan sarat makna yang terjadi antara saya dengan Fadhen, Wahyu dan Eno malam itu, tersirat keramahtamahan yang natural tanpa di rekayasa hanya karena ‘jaga image’. Mereka menjadi diri mereka sendiri dan saya pun begitu. Kebersamaan disebuah Mall pun tak dapat berlangsung lama karena jam operasional café dimana kami duduk bersama segera usai. Fadhen, Wahyu dan Eno pun mengajak saya buat melanjutkan keseruan dan keakraban kami malam itu kesebuah café yang juga terletak di tengah kota Banjarmasin. Café 22 tepatnya terletak persis di depan kantor Telkom Banjarmasin. Café 22 ini memang di setting sebagai tempat nongkrong anak muda dan bisa berlama lama meski tidak memesan apapun!. Yang menarik lainnya adalah setting-an café yang notabene nya pinggir jalan ini menyerupai sebuah Lounge Hotel, lengkap dengan Bar Area , acoustic Music dan Disc Jokey (DJ) Performance. Komplit sebagai pembuang waktu berlama lama hangout. Jangan Tanya apa yang terjadi pada saya dan rekan rekan duta wisata, tentu kebersamaan dan hal hal seru terjadi, dan kali ini personel hangout makin bertambah dengan datangnya Didin, Alfi dan Nur Laili, yang menyempatkan diri bergabung setelah usai urusan personal mereka.

PESONA LOK BAINTAN

Pukul 3 pagi, saya dan adik bungsu saya – Martin Agusta perlahan beranjak dan bersiap meninggalkan Binuang untuk menempuh Banjarmasin. Perjalanan pagi buta ini bukan tanpa sebab. Saya yang memang membawa semangat harus mengunjungi pasar terapung Banjarmasin sepakat membuat janji perjalanan dengan rekan rekan duta wisata Kalimantan selatan. Setelah pada jum’at malam lalu kami bersepakat akan menelusuri keindahan sungai di Banjarmasin lengkap dengan kegiatan pasar terapungnya.
Dua jam perjalanan dengan mobil Xenia pinjaman, saya dan Martin tak lupa singgah menemui Fadhen – sang komandan regu River Adventure kali ini, yang tinggal di Banjar Baru. Cuaca masih gelap dan dingin cukup menyengat ketika kami menuju Banjarmasin dan menjemput beberapa rekan lainnya untuk tergabung bersama kami.
Pasar Terapung Lok Baintan atau Pasar Terapung Sungai Martapura berlokasi di Sungai Pinang yang telah ada sejak zaman Kesultanan Banjar. Untuk menuju pasar terapung Lok Baintan dari pusat kota bisa ditempuh dengan dua alternative. Alternatif pertama menyusuri sungai Martapura dengan menggunakan klotok – sejenis sampan bermesin. Alternative keua dengan menggunakan mobil meski jarak tempuh jadi semakin panjang mengingat jalan berliku. Aktivitas perdagangan di mulai sejak berakhirnya waktu Shalat Subuh hingga pukul 09.30 WITA.





Kami sempat mendatangi salah satu dermaga dekat dengan Museum Perjuangan Rakyat Kalimantan Selatan ‘Waja Sampai Kaputing’ – kelurahan Sungai Jingah. Namun kemudian kami beralih karena dermaga yang kami kunjungi ini tidak memungkinkan.
Fadhen dan rekan rekan pun membawa saya ke dermaga selanjutnya dimana dermaga ini bersinggungan langsung dengan warung Soto super lezat dan sangat Kalimantan. Tak butuh waktu lama bagi kami, setelah melakukan penawaran dengan pemilik kapal dan harus rela kalah tawaran, kami pun sepakat dengan harga sewa kapal 300 ribu (PP) menuju pasar terapung yang di maksud.

Kegiatan susur sungai pun terjadi. Sepanjang jalan selain tongsis di repotkan mengabadikan banyak moment, saya pun takjub melihat luas dan panjangnya sungai yang kami tempuh. Selain itu aktivitas warga di sepanjang sungai cukup menarik perhatian saya dan rekan rekan. Tak salah jika memang Banjarmasin mendapat sebutan Kota Seribu Sungai, bahkan ada pula sebutan Kota seribu Jamban!, mengingat banyaknya jamban sepanjang sungai sebagai tempat buang hajat tetapi air sungai juga berfungsi sebagai fasilitas mandi, cuci dan kebutuhan masyarakat lainnya.

Keindahan Sungai yang kami lalui, belum dapat perhatian penuh dari pemerintah daerah. Buktinya, banyak gulma dan tumbuhan parasit lainnya yang bertebaran di sepanjang sungai. Jika saja segenap jajaran pemerintah daerah Kalimantan Selatan bahu membahu membersihkan aliran sungai dari tanaman gulma tentu akan lebih memperlancar transportasi sungai yang ada. Selain itu kesadaran perilaku hidup bersih masyarakat sekitar hulu dan hilir sungai pun harus di tingkatkan. Karena sepengelihatan saya - masih ada beberapa warga yang membuang sampah dengan mudahnya kedalam aliran sungai.
Setelah menyusuri sungai 40menit dengan kapal ukuran kecil bermesin memecahkan telinga, saya dan rekan rekan ; Fadhen, Wahyu, Laili, Alfi, Leha dan adik bungsu saya – Martin, tiba di sebuah hamparan indah penuh pesona : Pasar Terapung Lok Baintan.
Kapal kapal penjaja beragam panganan dan kebutuhan rumah tangga terjajar rapih dan sangat khas di atas hamparan sungai yang tenang. Selain kami, tentu ada banyak pengunjung yang menyaksikan langsung keindahan  aktivitas di pasar terapung Lok Baintan. Benar benar membuat mata saya terpukau. Ibu Ibu, para wanita setengah baya berupaya menjajakan beragam kebutuhan pokok yang sehari sebelumnya diperoleh para suami mereka di perkebunan. Buah jeruk dan jambu mendominasi jenis buahan yang di jajakan. Saya seakan tak mau hanya jadi penonton, ikut meminta izin pada seorang ibu paruh baya untuk ikut serta ke atas perahu yang ia kemudikan. Saya di ajak oleh Acil – sebuatan bibi/tante di Banjarmasin, keliling menyinggahi perahu perahu lainnya dalam aktivitas jual beli. Menarik, saya ikut serta dalam kegiatan jual beli yang ada di pasar terapung. Saya juga berbincang dengan beberapa ibu ibu di sana. Mereka adalah sosok sosok yang mustinya diperhatikan oleh Pemerintah Daerah. Karena merekalah pelestari dari budaya luhur berjualan di atas perahu kecil menyusuri sungai. Merekalah menghidup dari roh yang menjadikan Banjarmasin menarik untuk di kunjungi. Berkat para ibu ibu yang berjualan itulah pesona Pasar Terapung Lok Baintan itu tercipta. Apa jadinya jika mereka tak lagi mau meneruskan berjualan di atas hamparan sungai ? apa jadinya ketika mereka beralih berjualan di darat yang tentu tak ada resiko terjerembab dalam sungai ketika kapal kecil yang mereka naiki terbalik misalnya ?, itu adalah pertanyaan pertanyaan dalam benak saya akan pentingnya memberi penghargaan dan kenyamanan lebih bagi para ibu ibu itu berdagang di atas sungai dalam kemasan pasar terapung. Tapi tentu pertanyaan dalam benak saya tak sama dengan pemikiran dalam benak Pemerintah Daerah Kalimantan Selatan. aah sudahlah …

Setelah puas menikmati langsung pesona Pasar Terapung Lok Baintan, kami kembali ke dermaga dimana kami semula berasal. Kali ini, saya dan team memilih tidur dalam perahu beratap ketimbang foto foto seperti perjalanan pagi tadi. Mengingat kurangnya tidur semalam.
Ketika tiba di dermaga, tak lupa kami sarapan di kedai soto lezat yang telah banyak di padati pengunjung. Yang menarik dari kedai Soto ini ada penampilan group music tradisional lengkap dengan busana khas Kalimantan Selatan dan lagu lagu daerah yang sangat menghibur.







KEBERSAMAAN SEPANJANG HARI.

Sudah jadi tugas duta wisata daerah untuk dapat memperkenalkan daerahnya kepada pengunjung yang hadir. Terlebih sesama Duta Wisata tentu menjadikan suasana jadi akrab. Begitupun yang saya rasakan ketika melalui beragam kegiatan bersama Duta Wisata Kalimantan Selatan. Setelah menghabiskan Pagi buta menyusuri sungai hingga sarapan bersama dikedai soto super lezat, saya di ajak untuk bergabung dalam menghadiri resepsi pernikahan salah satu Galuh di Banjarmasin (lumayan bisa makan siang gratis).  Setelah itu secara berurutan kami menyambangi banyak tempat tempat keren dan seru di kota Banjarmasin. Mulai dari karaoke bersama dan menggila dalam room large yang tidak bisa terjadi jika di depan public, hingga hangout mengunjungi Bronchon dan bermain Uno sebagai pengibur kebersamaan. Hingga malam menjelang berkunjung ke KalSel Expo yang di gelar di Banjar Baru.
Selama kerap berkunjung ke Banjarmasin, baru kali ini saya bisa merealisasikan keinginan saya melihat langsung dan berinteraksi di pasar terapung khas Banjarmasin. Sebenarnya ada banyak object wisata yang ada di Kalimantan Selatan yang kelak akan saya jadikan tujuan jika berkunjung ke Kalimantan Selatan berikutnya.
Untuk sebuah pertemuan dan kebersamaan yang hangat dan bersahabat dalam nuansa yang sangat indah, tak berlebih kiranya jika saya mengucapkan terima kasih atas segala yang telah terjadi. Atas memory indah dan kebersamaan yang penuh kesan. Terima Kasih pada Didin yang berkenan menyediakan tumpangan bermalam bagi saya ketika di Banjarmasin. Terima Kasih pada Fadhen, Wahyu, Laily, Leha, Dian, Enno, Alfi atas perkenan menjadi partner hebat sepanjang moment indah berlangsung. Atas kesediaan mengorbankan waktu istirahat di minggu pagi buta mengawal saya ke pasar terapung. Hospitality  yang kalian lakukan sepantasnya di terapkan oleh Duta Wisata lain di beragam daerah di Nusantara. Karena promosi efektif tentang sebuah daerah adalah dengan menjadi bagian dari kegiatan wisata itu sendiri. Karena pembuktian jadi Duta Wisata yang benar benar Duta Wisata adalah ketika berakhirnya masa pemilihan, bukan Duta Wisata yang hanya ‘tampil’ cemerlang ketika proses acara pemilihan dengan janji janji manis tapi palsu dan kemudian menghilang setelah acara pemilihan berakhir.




0 comments :

Posting Komentar

Scroll To Top