Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Selasa, 30 September 2014

GIGI HIU - THE EXTREMIST TRIP FOR BEAUTIFUL LANDSCAPE



capture by Indra Pradya ; GIGI HIU - Pegadungan - Kelumbayan

 Minggu pagi nan tenang, cerahnya cuaca telah nampak sejak awal. Sesuai rencana yang kami susun semalam, saya dan Derry akan melakukan trip ke Gigi Hiu dan para wanita akan menikmati wisata ke Pulau Pasir Putih yang tak jauh dari lokasi rumah Darmin. Maluklah para wanita tak begitu sanggup mendengar kondisi jalan menuju Gigi Hiu seperti yang Darmin ceritakan.

Karang Gigi Hiu adalah kawasan yang tak banyak di ketahui publik. Tempatnya ada di Pegadungan – Kelumbayan – Tanggamus – Lampung, lebih kurang 1 jam dari Kiluan. Rute jalan yang di tempuh pun tak biasa. Rusak lebih parah ketimbang jalan dari Bandar Lampung ke Kiluan.
Sesuai rencana pula, saya dan Derry akan menaiki motor menuju Gigi Hiu, Darmin dan temannya – Heri telah siap mengantar kami pagi itu seusai menyaksikan atraksi Lumba Lumba. Saya sempat mengernyitkan dahi ketika melihat bentuk motor yang di kemudikan Heri yang akan saya naiki. Sebuah motor reot dengan mesin rakitan di beberapa bagian. Aaahh sudahlah, yang penting Heri mengatakan ia pernah mengantar tamu ke Gigi Hiu. Karena saya tak akan mau di bonceng oleh orang yang belum pernah ke sana. Hahahaha.

Derry bersama Darmin dengan motor jenis bebek

contoh kontur jalan

salah satu rumah warga di beberapa desa sepanjang menuju Gigi Hiu

Meski rute tak biasa kami tetap bisa tertawa

view yang menenangkan selama menjalani rute jalan super terjal


Perjalanan pun di mulai. Keluar dari gerbang utama Teluk Kiluan, motor harus menanjak ke bagian kiri gerbang dan mengikuti jalan yang tak pantas di sebut layak. Mas Yopie juga pernah bercerita akan kondisi nyata yang akan di hadapi oleh pengunjung yang hendak ke Gigi Hiu. Mas Yopie, Mas Budi Martha dan teman temannyalah pihak yang pertama kali mendatangi lokasi Gigi Hiu dan memberi nya nama Gigi Hiu agar nampak berbeda dengan sebuatan pada umumnya Batu Layar. Beberapa masyarakat di Teluk Kiluan pun nampaknya sudah cukup familiar dengan Gigi Hiu. Beberapa warga menyebutnya Batu Karang Gigi Hiu. 

Beberapa ratus meter perjalanan telah terasa terjalnya kontur jalan yang tak bersahabat. Beberapa bagian rusak parah. Berlubang dan bergelombang rusak. Batu batu berlainan bentuk tersebar tak merata. Beberapa bagian jalan pun ada yang longsor dan pengendara motor memang harus pintar pintar memilih bagian yang benar benar aman untuk di lalui. Uniknya ada banyak rumah warga di antara perkebunan dan belukar yang kami lewati. Rumah warga tersebut terkelompok dalam beberapa bagian. Saya sempat berdecak kagum pada warga warga yang ramah menyapa saya sepanjang perjalanan sikap khas warga desa yang menyambut kedatangan tamu melalui senyuman, lambaian tangan dan anggukan kepala ketika berpapasan dengan pendatang. Warga yang sangat terbuka akan kehadiran pendatang meski mereka bisa jadi hidup dalam keterbatasan dan kondisi lingkungan yang tak begitu gemerlap layaknya perkotaan. Sepanjang jalan yang rusak saya mengalihkan pandangan ke perkebunan dan belukar yang ada di sepanjang jalan. Menarik melihat beragam pohon dan tumbuhan yang belum saya tahu. Termasuk melihat barisan pohon cengkeh dan pohon pohon berdiri kokoh tegak di antara tumbuhan lain. Meski rasa pegal duduk di atas motor berjuang melalui jalan yang sangat menantang, berlubang, berbatu besar tak beraturan.

plag SD yang bisa jadi tak menggunggah Pemda setempat untuk memperbaiki nya

sekolah yang saya jumpai dalam perjalanan ke Gigi Hiu yang minim Fasilitas

jenis Motor yang saya tumpangi dengan driver remaja bernama Heri


Kami sempat berhenti sejenak di jembatan yang kokoh yang menurut Darmin baru saja selesai pengerjaannya. Saya jadi ingat dalam sebuah blog milik mas Yopie, bahwa ia dan teman teman trip nya melalui rute ini masih berupa sungai dengan batu batu besar dan harus mengangkat sepeda motor untuk melalui sungai tersebut. Beruntung giliran saya sudah ada jembatan betonnya. Meski saya sempat berfikir mengapa pemerintah hanya bangun jembatannya saja ?, tidak memperbaiki jalan nya?, aaahh lagi lagi saya bergumam sendiri. Setelah puas mengabadikan keindahan sungai dan tak lupa berusap dan meminum air sungai yang jernih. Saya dan Derry bersama Darmin dan Heri melanjutkan perjalanan kembali yang masih cukup jauh dengan jalan menanjak dan menurun tajam lengkap dengan kondisi rusak parah di semua bagian. Yang lebih mengenaskan saya melihat langsung ada sebuah sekolahan yang bangunannya tidak dalam kondisi semestinya bangunan sekolah meski permanen tapi minim fasilitas layak. Saya sempat bertanya pada Darmin, apakah Bupati Tanggamus pernah datang ke Kiluan ?. Darmin jawab, Pernah, tapi pakai Speed Boat. Ooh… itulah masalahnya, si orang nomor satu di kabupaten tak lewat darat jadi ia tak tahu kondisi nyata jalan raya, si orang nomor satu tak merasakan langsung bagaimana sulitnya menempuh jalan dengan kondisi yang tak layak di sebut jalan. Atau mungkin tak terfikir bahwa dengan memperbaiki infrastruktur jalan raya maka akan meningkatkan penghasilan daerah setempat. Atau pula tak pernah terbayang bahwa generasi penerus bangsa ini kelak akan tercipta dari anak anak kecil yang bersekolah dengan kondisi sekolah yang juga tak bisa di sebut layak.  Aaahhh... lagi lagi saya bergumam sendiri. Tak akan penguasa berfikir hingga sebegitu detail nya. Ada banyak urusan yang lebih besar yang mereka fikirkan tentunya. 

 
view yang di dapat dari atas jembatan beton yang baru saja jadi

jembatan beton yang baru jadi

sungai yang tenang dengan air yang bening, dingin dan menenangkan

Puas dengan rute menantang dan pemandangan yang memukau, akhirnya saya dan Derry tiba di kawasan Batu Gigi Hiu nan eksotik itu. Setelah memasuki jalan setapak penuh belukar kami melihat gugusan batu terjal menjulang tinggi dan nampak gagah di tengah hempasan ombak besar yang selalu menyapa ramah batu batu itu. Yang menarik, kami bertemu Asri Welas – pesohor ibukota yang kerap terlihat di layar kaca. Ia sedang melakukan photo session di atas batu batu terjal itu bersama team nya. Sungguh sebuah bonus bagi saya dan Derry. Dan di akhir sesi pemotretan kami sempat bertegursapa dengan mba Asri, tak lupa photo bersama dan memintanya untuk memberikan statement yang saya video kan. Kesan ramah dan ‘rame’ nampak dari seorang Asri Welas. Saya pun sempat melontarkan pertanyaan, “kok mau sih mba jauh jauh ke sini dengan rute susah ?”, dan mba Asri pun menjawab “ karena ini tempat eksotik dan wajib di kunjungi”. Malu rasanya jika kalah tangguh dengan mba Asri Welas yang berkenan mendatangi lokasi Gigi Hiu dengan rute jalan yang luar biasa ekstrim bahkan ia menaiki motor dari pantai Kiluan full make up, memakai Kebaya lengkap dengan kain Songket dan aksesoriesnya! Edan.!! Salut.!!

Asri Welas berpose di Gigi Hiu

saya dan Derry dalam kebersamaan dengan Asri Welas seusai ia Photo Session


Puas mengabadikan Karang Gigi Hiu dari beragam bagian, saya dan Derry harus kembali ke Kiluan karena jadwal kepulangan ke Bandar Lampung telah menanti. Melalui rute yang rusak kembali tentu sudah jadi biasa bagi kami, karena telah mengalami sebelumnya. Untuk mengurangi rasa lelah dan lapar yang melanda, tak lupa kami santai sejenak di sebuah warung yang sekaligus bengkel, memesan mie instan rebus plus telur dan irisan cabe rawit, lengkap dengan kopi seduhan warga setempat. Aaahh… sorgawi dunia hadir dalam keserderhanaan.


Pesona Gigi Hiu memang hanya untuk para jiwa petualang.  Jenis wisata minat khusus yang tak hanya butuh mental dan stamina yang kuat tapi juga butuh kesediaan untuk menikmati alam dan lingkungan dengan keterbatasan fasilitas.  Indahnya bumi Nusantara ciptaan Tuhan tak pernah habis untuk di nikmati. Landscape yang begitu perfect. Tak cukup hanya dengar kisah tapi harus di kunjungi, di alami dan merasakan langsung kondisi nyata adalah sebuah kesempurnaan dari sebuah pengalaman. Meski hanya 2 hari,  kelak saya akan kembali lagi kesini. Kebersamaan dengan Darmin memberi saya saudara baru di Kiluan. Darmin adalah representative dari keramahan dan ketulusan manusia tanpa teori. Meski putus sekolah dan tak pernah dapat pelatihan Sapta Pesona tapi Darmin paham bagaimana bersikap terhadap pendatang yang tak berharta seperti saya.  

Darmin (berjacket Hijau) dan temannya Heri - dua sosok berjasa yang mengantarkan kami ke Gigi Hiu dengan selamat

Saya dan Derry my best adventure partner berhasil mendatangi langsung Karang Gigi Hiu


0 comments :

Posting Komentar

Scroll To Top