Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Senin, 24 November 2014

MALAM MINGGU TAK TERLUPA DI ANGSANA



Jelang malam di Pantai ANGSANA 
Suasana gelap ketika saya memasuki kawasan pantai Angsana. Adzan Maghrib telah terdengar sejak di perjalanan membelah kebun sawit dan hamparan belukar di atas tumpukan alat alat sound system di mobil bak terbuka.

Mobil Pick Up berhenti pada tenda yang telah di pasang persis di pinggir pantai. Terlihat keramaian yang di sekitar tenda. Aaah... rupanya benar dugaan saya, akan ada pertunjukan musik di tepi pantai malam ini. Lumayan buat tontonan pengisi kesendirian saya malam ini. Setelah mobil berhenti sempurna saya bergegas lompat turun dan mengucapkan terima kasih pada mas Andri dan sopir yang telah berkenan memberi saya tumpangan. Tak tahu apa jadi nya jika saja mobil pick up itu tidak lewat dan tak berkenan di tumpangi.

Hal pertama yang saya lakukan adalah mencari tempat untuk membasuh wajah dan melaksanakan Shalat Maghrib yang telat. Langkah saya membawa pada sebuah resort yang cukup besar di salah Satu tepi pantai. tertulis "Kamar Penuh" pada bagian depan. Menandakan saya tak mungkin bermalam di resort ini. Lagi pula saya tak berminat untuk bermalam di resort yang harga sewa nya pasti mahal. Maklumlah saya melakukan trip ini dadakan dan modal nekat dengan budged terbatas. Selesai menumpang Shalat Maghrib berjamaah bersama staff resort di mushallah yang mungil, saya menyempatkan duduk bersantai di sebuah teras  luas yang menjorok ke Pantai di lantai 2. Terdengar debur ombak. Sayang tak bisa saya Lihat rupa nya. Tak apalah masih ada esok. Saat santai di kursi Rotan empuk beberapa kali saya di goda oleh nyamuk, dan akhirnya saya memutuskan untuk turun ke bawah dan bertanya tanya pada receptionist. Tapi keinginan untuk bertanya banyak hal saya urungkan karena Ternyata harga sewa kamar di resort yang paling mewah di Pantai Angsana itu mencapai 500.000 per kamar/malam untuk 2 orang. Dari info yang saya dapat ada banyak Penginapan di sepanjang pantai, dari harga 100.000/malam dengan fasilitas sederhana sampai tarif resort yang tadi saya datangi. 

Saya putuskan untuk menyusuri sepanjang Pantai yang tampaknya tak begitu luas. Terlihat keramaian dalam remang Lampu warung warung kecil sepanjang bibir Pantai. Sayang Pantai ini tak ada lampu penerangan jalan. Bahkan sepanjang jalan masuk ke areal Pantai pun tidak ada lampu jalan. Meski rambu penunjuk arah cukup jelas. Entahlah, apa benar Pemerintah kabupaten Tanah Bumbu yang menaungi teritori Pantai Angsana Serius menjadikan Pantai ini tempat rekreasi umum?, Sayang sekali suasana ramai di pinggir Pantai malam ini tak ada satu pun lampu jalan. Berjalan dalam kegelapan kemudian saya alami langsung. Beruntung ada lampu lampu warung. 

Tiba tiba saya merasa Lapar. Aaaahhh saya baru Sadar kalau belum Makan Nasi sejak tadi  berangkat! Kemudian saya cari warung yang menurut saya harus bersih tampilannya dan harus terang benderang. Tak suka berada di suasana remang remang. Sekaligus bisa numpang charger. Karena saya hanya Punya kamera HP untuk mengabadikan moment. Kemudian saya memutuskan untuk memasuki warung yang posisi nya Tepat berada di pos penjagaan dan pelestarian terumbu karang. Sedang banyak bapak bapak berkumpul disana. Nasi Putih, Mie Instan Rebus, dan teh Hangat jadi pesanan menu Makan malam saya. Maklum, saya harus berhemat. Tadi dalam perjalanan saya tidak singgah di ATM. Alhasil malam itu saya hanya mengantungi Sisa uang 135.000 saja.!!. Semoga cukup buat malam ini. Meski saya cemas dengan uang segitu untuk kebutuhan makan malam, sewa tempat tidur, Makan pagi dan ongkos Kembali ke pusat Kota sebelum bertemu ATM penyambung aktivitas selanjutnya. 
"Sendirian mas..?" Tanya Ibu warung ramah sambil menyuguhkan mie Instan Rebus dan nasi Putih di hadapan saya.
"Ia bu..." Jawab saya singkat.
Sungguh Perut tak sabar di isi dan selera ber-basa-basi sedang berkurang.
Nikmatnya rasa  mie rebus dan nasi di warung terang  benderang  dengan TV besar menayangkan acara musik dangdut plus debur Ombak dan Angin Laut sebagai back sound nya.
"Bermalam dimana mas?" Tanya si Ibu tak lama Setelah saya menghabiskan mie Instan rebus dan nasi Putih dalam waktu singkat karena Lapar.
"Belum tau bu..." Ada kecemasan dalam jawaban yang saya sampaikan.
Sungkan rasanya saya berniat cari penginapan dengan dana di dompet hanya 135.000 lagi dengan Beragam kebutuhan bertahan hingga esok sebelum bertemu ATM. Mungkin saya sedang menyiapkan mental untuk tidak tidur sepanjang malam. Atau Bermalam di mushallah resort dimana tadi saya numpang Shalat Maghrib, atau saya tidur di Mobil pick up yang tadi saya tumpangi?... Entahlah. Tak ada persiapan Apapun hingga saya tiba di Sini dengan lupa mampir ke ATM. Harus di Ingat.! Jika trip ke Pantai atau Pulau jangan lupa mampir ke ATM dahulu karena di Pantai atau Pulau tidak ada ATM. Oh Ia, saya juga sempat terfikir untuk gabung nyanyi di Paggung hiburan yang kini sudah terdengar para sound men Melakukan check sound Persiapan musik dangdut, siapa tau saya dapat honor Nyanyi atau saweran penonton ? Hhhmmm .... setidaknya bakat ini bisa bermanfaat kala kondisi kepepet.
Aahhh terserah nanti saja lah. Banyak alternatif pemikiran yang ada di benak saya saat itu. Bukankah ini malam minggu ? Harusnya saya tak di penuhi fikiran fikiran cemas. Saya nikmati saja malam ini. Sambil saya selipkan pengharapan pada Tuhan yang yakin akan beri jalan keluar.
"Ayo mas nonton dangdutan sana..." Ucap Ibu warung.
"Ia bu." Sahut saya dengan wajah dibuat ceria. Menyembunyikan kondisi yang sebenarnya.

Saya menuju gelaran musik Dangdut bersama Kumpulan warga dan pengunjung lainnya yang berduyun duyun menghampiri sumber suara, setelah membayar uang Makan malam saya pada Ibu warung sebesar 15.000 dan  menitipkan tas ransel dan HP yang di charger.  Itu menandakan uang di dompet hanya tersisa 120.000. Okelah. Lupakan budged menipis. Nikmati saja malam minggu yang jarang terjadi begini.

Dari warung telah terdengar lagu lagu Dangdut yang familiar di telinga saya. Ramuan musik organ tunggal dan Suara Penyanyi pun sungguh sedap di telinga. Dari kejauhan saya berjalan telah tampak suasana riuh meriah. Penonton beringsak ke bibir panggung mengikuti hentak irama Dangdut nan menggoda.
Rasa penasaran membawa saya untuk mendekat ke bibir panggung. Ingin lihat para Biduanita  yang pasti menggoda hingga penonton semua teriak histeris kala itu. Penasaran saya memang tak bisa di bendung. Dengan goyang goyang Kecil bersama Kerumunan penonton lain, saya mendekat persis di pinggir panggung, dan melihat sebuah pertunjukan yang buat penonton sedari tadi histeris, ternyata yang perform adalah sekumpulan waria yang sedang menggelar acara hiburan dalam rangka peringatan HIV/AIDS. Dan tak tanggung tanggung, dibackdrop panggung bagian pengisi acara WARIA se KALIMANTAN SELATAN. Dandanan heboh para Waria di panggung benar benar memyerupai bintang panggung di TV TV. Sangat serupa wanita sesungguhnya!. Dan kemudian saya melihat dengan jeli sebagian penonton yang sejak tadi jejingkrakan di sekitar saya pun adalah Waria.!! 
"Ayo mas Goyang di panggung!!." Teriak seseorang dari belakang saya yang ternyata mas Andri partner saya di atas Mobil pick up tadi.
" Ayooo mas Nyawer.!" Teriak saya yang membuat mas Andri terbahak bahak.

Saya dan mas Andri perlahan beranjak dari kerumunan sambil menahan tawa. Mas Andri terbahak Bahagia ketika saya cerita betapa saya berimajinasi melihat suguhan Orgen tunggal dan membayangkan bisa ikut perform dengan harapan dapat saweran. Haahahha....
Dalam banyaknya guyonan saya dan mas Andri membawa kami berkumpul pada gerombolan remaja asli Pantai Angsana di salah satu pondokan Pantai dan terlibat dalam percakapan santai bersama mereka. Saya kemudian antusias mendengar kisah demi kisah para Remaja Remaja itu Berjuang Hidup yang tak mudah. Sesekali candaan khas Remaja menghiasi pembicaraan sambil menikmati Kopi dan Kacang Kulit dengan irama ombak dan Angin laut yang kalah stereo dibanding Performa para Waria yang masih menghiasi malam minggu. 
Nyaris tengah malam dan saya merasa perlu memutuskan untuk cari tempat tidur guna meluruskan badan yang pegal akibat duduk di Taksi Kol seharian. Saya kembali ke Warung dimana tadi saya Makan malam untuk mengambil Ransel dan HP yang tadi saya titipkan dan ber-rencana untuk tidur di mushallah Kecil di bagian resort. 
"Terima kasih bu..." Ucap saya pada Ibu Warung setelah mengambil tas ransel dan HP.
"Mas, kalau mau numpang bermalam di sini boleh... Mas sendirian kan? Tapi tidur nya di lantai warung." 
Aaahhhh... tawaran Ibu Warung bagai oase di padang gerasang. Sungguh menyejukkan jiwa. Bak air dingin meredakan kecemasan yang sejak tadi melanda saya.
Sudah pukul 1 pagi kala itu. Sound Musik organ tunggal pun telah padam bersama gelak tawa Waria yang kembali ke Penginapan mereka. Ibu warung menggelar tikar untuk saya tidur persis di depan TV. Di sebelah saya ada Anak bungsu si Ibu yang masih belia. Sambil bersih bersih dan rapih rapih, si Ibu bertutur tentang sebagian kisah hidup nya. Perjuangannya tinggal di Pantai Angsana sejak 10 tahun silam, Membawa 4 Anaknya dan memilih membuka warung Makan dan Klontongan setelah di tinggal cerai oleh sang Suami yang ingin kawin lagi. Ada getir dalam dada saya mendengar kisah si Ibu warung. Sosok Wanita hebat dan tegar. Single mother tangguh berjuang menghidupi 4 anak yang masih Kecil Kecil. Tidaklah saya mengira ada kisah sepahit itu di balik keramahan Ibu Warung. 

Malu rasanya saya Mengeluh dalam perjalanan yang hanya membawa diri sendiri dan cemas hanya karena tempat tidur dan keterbatasan uang di dompet. Tidaklah sepadan dengan kisah tegar nan hebat yang mengInspirasi saya dari Seorang Ibu Warung yang sederhana. Sebelum terlelap saya selipkan Do'a pada Tuhan sang Penggenggam dan Pengatur kisah hidup Manusia di Bumi agar selalu menjaga dan mengarahkan kehidupan Ibu Warung yang tegar Ini pada kehidupan yang lebih baik, kelak. Amiin.

9 komentar :

  1. Ah...bagian iniiiii. Seribu satu rasa. Dari ide gokil ikut perform dan di sawer, ngakak ngebayangin kalo ada Lukman bareng loe di bibir panggung dengan antusias bak nelototin trio macan sampai getir nelangsa sang ibu warung. What a day, gais.
    Gue suka!!

    BalasHapus
  2. Aku suka banget catatan perjalanan seperti ini. Mengais kisi-kisi kehidupan manusia, dimana diantaranya membuat kita bersyukur atas hidup ini...:)

    BalasHapus
  3. Bagian terbaik dari sebuah perjalanan ya Mbak Vi... menemukan makna dan penuh rasa syukur. Setuju pake banget

    BalasHapus
  4. Btw aku merekam performa para Waria di Otak lho.! Hahahahahahah bisa lah nanti aku praktek kan hahahahahaahahahahha

    BalasHapus
  5. Banged!!! Perjalanan nekad menghasilkan pelajaran banyak... Eh masih ada 1 bagian lagi yang belum aku selesaikan heeheheh bagian ke esokan nya aku ngalamin hal seru lainnya

    BalasHapus
  6. Paragraft terakhir bikin terharu..
    Aamiin, untuk doa buat ibu pemilik warung.

    BalasHapus
  7. Ia Mel.... Si Ibu Warung Inspiring bangedddd!!

    BalasHapus
  8. ale hebat....salam kenal beta dari ambon juga suka bertualang...lanjutkan bro...mantap pengalamannya....saya suka ceritanya..ne mantap skali..

    BalasHapus

Scroll To Top