Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Senin, 24 November 2014

PENGALAMAN PERDANA KE ANGSANA

Pantai Angsana yang khas 



Mau atau tidak, adalah dasar dari kegiatan yang kita lakukan dalam kehidupan.

Bisa jadi kemauan yang di dasari niat yang kuatlah yang menghantarkan saya ke sebuah petualangan Menuju Pantai bernama Pantai Angsana.
Tak banyak informasi yang saya dapat tentang Pantai Angsana. Sebelumnya rekan rekan Duta Wisata INAGA Kalimantan Selatan Pernah membicarakan Pantai ini dalam sebuah Obrolan bersama beberapa waktu lalu.
Siang itu, semestinya saya tidak sendiri. Beberapa hari sebelumnya, Rekan saya - ILham, Habib, Helda, Shifa, dll... Berencana turut Serta dalam perjalanan ke Pantai Angsana. Tapi karena Mereka ada kesibukan yang tak bisa di tunda maka semuanya berucap tidak bisa turut serta, sedangkan saya yang sudah terlanjur  berniat berangkat pun nampak sungkan Jika Harus batal hanya karena orang lain tak bisa. Tak apalah menjelajah Seorang diri. Toh saya sudah terbiasa.
 Jadilah siang itu saya berangkat dari Binuang dengan angkutan umum yang di sebut Masyarakat Banjarmasin "Taksi Kol". Dari Binuang saya menuju sebuah terminal Taksi Kol Liang Anggang. Jika dari Pusat Kota Banjarmasin atau dari Bandara ke arah terminal sangat Mudah di jangkau dengan angkutan umum dengan membayar 10.000 - 25.000 Sesuai jauh dekatnya jarak. Di benak saya terminal berukuran Besar layaknya terminal terminal yang sering saya datangi. Ternyata terminal yang letaknya di Bundaran tak jauh dari Bandara Banjarmasin itu berukuran kecil. Okelah. Setelah bayar 25.000 dari Binuang ke Liang Anggang saya di arahkan Untuk membeli tiket Taksi Kol. Ternyata untuk Menuju ke Angsana saya disarankan membeli tiket ke arah Batu Licin. "Semua yang ke Batu Licin akan melalui wilayah Angsana", ujar bapak paruh baya penjual tiket Taksi Kol. Setelah membayar 90.000 saya di tunjukkan Mobil yang akan saya naiki. Telah ada beberapa penumpang menunggu di dalam mobil. Saya sempat bergumam kesal karna Ternyata sistem Taksi Kol itu nunggu penumpang penuh baru berangkat. Al hasil mobil jurusan lain sudah 2 sampai 3 mobil berangkat sedangkan jurusan Batu Licin yang akan saya tumpangi malah masih berharap ada 3 penumpang lagi.!



Gerbang yang mengarahkan Menuju kebagian dalam Pantai
kondisi jalan dari gerbang utama ke bagian dalam pantai Angsana


PERJUANGAN MENUJU PANTAI ANGSANA

Pukul 15.20 WIT, Setelah pas 12 orang penumpang sebagaimana ketentuan, Taksi Kol berangkat. Sepanjang perjalanan Seperti biasa - saya memperhatikan suasana sepanjang jalan dibalik jendela mobil. Beberapa ruas jalan pernah saya datangi. Karena arah ke Batu Licin itu melalui wilayah Pelaihari. Dan saya pernah ke Pelaihari beberapa bulan lalu dalam kunjungan kekerabatan. Saya sempat beberapa kali tertidur dan tersentak bangun karena kondisi sempit Taksi Kol yang tak nyaman. Tak apalah saya jalani toh niat saya pingin tau Pantai Angsana. Dan perjalanan yang saya tempuh pun tak main main - 4 jam dari terminal Taksi Kol Liang Anggang ke Angsana.
Pukul 18.20 saya Tiba di Angsana. Pak sopir memberitahu letak saya harus turun. Benar dugaan saya bahwa Saya Pasti harus menempuh jalan ke bagian dalam untuk Menuju Pantai nya. Sejenak saya menengok kondisi sekitar yang kala itu cukup lengang. Baru saja Adzan maghrib selesai berkumandang. Saya tak melihat mushollah di sekitar dimana saya berada. Hanya ada beberapa Rumah warga dan Gapura sederhana sebagai panduan menuju Pantai Angsana. Perlahan saya hampiri Seorang Ibu yang sedang bergegas mengangkat jemuran di depan rumahnya.
"Permisi bu, betul Ini jalan Menuju Pantai Angsana?" Tanya saya seramah mungkin.
"Ya Betul. Wah sudah mau malam, mas..."
"Mas sendiri?" 
"Ia bu." 
Setelah berbasa basi, Akhirnya saya tahu bahwa tidak ada kendaraan masuk ke area Pantai di dalam. Jarak tempuh ke Pantai 7 kilo menurut si Ibu yang katanya si Suami sedang ada acara bersama rekan rekan kantor di area Pantai Saat itu. Terbayang di Benak saya keramaian Suasana pantai. 
"Kalo mau, mas stop aja mobil mobil yang mau ke arah Pantai. Biasanya mau kok di tumpangi." Saran si Ibu dengan logat Banjar yang Khas.
Terbayang lagi di benak saya yang tak pernah stop stop kendaraan orang untuk numpang di tebengi. Tapi buat apa saya Gengsi. Toh tak ada juga yang kenal saya di wilayah ini? Hahaahah. Hari Mulai beranjak gelap. Si Ibu sudah menghampiri saya lagi Setelah menaruh jemuran nya di dalam Rumah.
"Semoga ada mobil yang kedalam, mas. Ojek pun tak ada disini.." Ucap si Ibu mendekati saya.
Saya makin gak yakin ada kendaraan lewat di Waktu hampir jam 7 malam. Sempat berucap untuk jalan kaki. Tapi si Ibu melarang karena sepanjang jalan sepi tak ada Rumah warga. Makin saya berfikir alternatif alternatif lain yang akan saya lakukan untuk survive jika tidak ada kendaraan yang lewat yang bisa di tumpangi. Tak berselang lama, ada mobil pick up masuk gapura Menuju arah Pantai Angsana. 
"Stop mas, stop... numpang ke Pantai..." Si Ibu dengan sigap men-Stop mobil pick up yang bak belakang nya penuh dengan alat alat Sound system lengkap dan bagian depan terisi 4 orang. 
" Silakan bu, tapi di belakang yaa..." Ucap mas sopir.
Tanpa fikir Panjang saya Meng-Ia kan tawaran sopir pick up. Setelah berterima kasih pada si Ibu yang bagai bantuan dari Tuhan buat saya, segera saya naik ke bagian alat alat sound system. Seorang pria sebaya saya pindah ke belakang dengan alasan menemani saya. Saya jadi tersanjung pada Mas Andri - namanya, yang rela pindah posisi dari tempat duduk di bagian depan  ke bagian belakang yang penuh dengan alat alat pengeras suara lengkap. Saya jadi ingat di Lampung mobil mobil pick up pengangkut alat alat sound selalu sedia beberapa jam sebelum pertunjukan di gelar. 
"Sudah sering ke arah Pantai, mas..? " tanya saya memulai percakapan mengisi kekosongan waktu.
"Saya baru sekali ini kesini..." Ucap mas Andri.
Oke. Itu tanda nya tak banyak yang bisa saya gali dari mas Andri tentang Pantai Angsana.

Pembicaraan kemudian seputar alat alat sound. Mas Andri mengaku baru bergabung dalam group musik dimana sound system selalu di pakai untuk acara acara. Hhhmmmm ....artinya kedatangan saya malam ini akan menyaksikan pentas dangdut di tepi pantai!! Ajib.!  Indahnya suasana Pantai dengan Nuansa malam Minggu tiba tiba bagai layar Besar bersinar dalam gelap di depan wajah saya di Antara jalan tanah dan kerikil yang membelah kebun sawit  dan ragam belukar sepanjang jalan. 

6 komentar :

  1. Lho kok putus.ceritanya? Btw ajib bener itu foto.kedua jalan masuknya ndra.
    Jalan sendiri gw juga sering tp kalau malam mah, lambaikan tangan pada kamera deh. Xixixi.

    BalasHapus
  2. Kisah selanjutnya ke judul ke Dua yang malam minggu di Pantai Angsana . Seru MBA aku biasa ngeBOLANG dari SMa haahahhaha

    BalasHapus
  3. Petualang sejati, jalan dan berjuang sendiri. Seru banget ya Mas naik truk terbuka, sepoi-sepoi dibelai angin hehehe

    BalasHapus
  4. Ngebayangin ditempat org malam2, sepi gada kendaraan, seru tp cukup bikin ngeri jg ya, om :D

    BalasHapus
  5. Aku sebenarnya tak Berani Berani amat cuma udah terlanjur sampai lokasi nya mau gmana lagi... Mau Pulang ke Kota butuh 5 jam Lagi satusatu cara haaa jalan terus. Tapi emang Allah selalu Beri pertolongan heheeh

    BalasHapus

Scroll To Top