Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Senin, 19 Januari 2015

UMBUL KUNCI, KUNJUNGAN SORE NAN ASRI.





Akhir pekan lalu, saya menyusuri bagian timur di kota Bandar Lampung yang menurut saya masih belum tersentuh aroma perkotaan ; Umbul Kunci.

Benar saja, meski secara teritori ada dalam wilayah kota Bandar Lampung, desa Umbul Kunci – kelurahan Keteguhan – kecamatan Teluk Betung Timur ini masih sebuah pedesaan. Terlihat dari sarana dan prasarana yang tersedia disana. Tapi yang buat saya senang mengunjungi Umbul Kunci justru suasana pedesaannya yang mengingatkan  saya pada  masa kecil dulu.

Secara umum akses ke Umbul Kunci dapat dengan mudah di lakukan dengan kendaraan pribadi atau kendaraan umum. Jika menggunakan kendaraan umum, cukup dengan menaiki angkutan umum kearah teluk betung lalu dari teluk betung dilanjutkan dengan menaiki angkutan arah ke Hanura dan berhenti di pertigaan Umbul Kunci tak jauh dari Pom Bensin setelah kawasan perumahan Pantai Puri Gading. 

Pertigaan Umbul Kunci ; belok Kiri akses 2 kilo meter ke bagian dalam desa

Kontur Jalan menuju desa Umbul Kunci Seberang Jembatan

Perbukitan dari pemukiman Warga


Dari pertigaan Umbul Kunci, pengunjung harus menyusuri jalan masuk lebih kurang 2 kilo meter kebagian dalam agar bertemu dengan suasana pedesaan Umbul Kunci yang asri tersebut. Meski kondisi jalan tak seluruhnya baik, saya cukup terhibur dengan pemandangan alam yang mempesona. Bagaimana tidak, suasana hiruk pikuk perkotaan yang terkadang mendatangkan penat dapat terobati dengan hamparan perbukitan nan hijau di kiri dan kanan jalan yang saya lalui menuju desa Umbul Kunci. Jurang jurang di bagian kiri jalan begitu indah berhias sungai dan batu batu khas alami lengkap dengan landscape pepohonan rimbun dan perkebunan tangkil di beberapa bagian.

Cuaca makin mendung sore itu. Saya menghentikan Avanza di tanah lapang tak jauh dari jembatan desa yang sangat iconic. Menghampiri ibu ibu yang sedang memisahkan buah tangkil dari kulitnya. Dan berbincang banyak pada mereka. 

Ternyata posisi dimana saya berhenti adalah Desa Umbul Kunci seberang Jembatan gantung – begitu para warga sekitar menyebutnya. Ada pula kawasan Batu Perahu , Pancur/Muncak, dan Gunung Malang., yang menurut warga kerap di datangi para pendaki dan mereka yang menyukai perkemahan atau outbound.  Warga di desa Umbul Kunci seberang jembatan gantung mayoritas berprofesi Petani. Ada sebuah sungai yang membelah desa, beberapa warga menggunakan air sungai sebagai sarana mandi, tampak anak anak kecil bermain air di bawah jembatan gantung sore itu.

Jembatan Gantung yang menghubungkan Warga Desa Umbul Kunci Seberang

menikmati suasana sungai

Sungai di Desa Umbul Kunci


Sembari berbincang dengan beberapa warga, mata saya tak henti hentinya melihat perbukitan yang ada di sekitar desa. Bagai sebuah desa yang terkepung perbukitan nan sejuk dan rimbun. Beberapa warga kerap memakai air dari mata air perbukitan tersebut sebagai air minum mereka. Sebenarnya saya tertarik untuk melanjutkan kunjungan ke bagian ujung dari kawasan desa Umbul Kunci Seberang Jembatan, tapi beberapa warga menyarankan saya untuk menundanya dan segera kembali ke Bandar Lampung mengingat akan turun hujan. “Kalau hujan deras, jalanan sering longsor mas..” ucap seorang Ibu mengingatkan saya. Terlebih kunjungan ke desa desa di lereng perbukitan itu tidak bisa di akses dengan mobil. Harus menggunakan motor atau berjalan kaki.

Sebuah kunjungan yang belum tuntas, meski saya sangat terhibur oleh kondisi pedesaan bagian dalam dari Umbul Kunci. Kelak saya akan kesana lagi dan melakukan eksplorasi desa yang aksesnya mudah di tempuh dari pusat Bandar Lampung tersebut.

0 comments :

Posting Komentar

Scroll To Top