Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Senin, 28 Maret 2016

DAFTAR WARISAN BUDAYA TAKBENDA ASAL LAMPUNG



  



Daftar Warisan Budaya Takbenda asal Lampung yang telah terdaftar dan ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan  dalam kurun waktu 3 tahun terakhir.
1.       Tapis (2013)
2.      Muayak (2014)
3.      Gamolan (2014)
4.      Sigeh Penguten (2014)
5.      Tari Melinting (2014)
6.      Lamban Pesagi (2014)
7.      Sekura Cakak Buah (2015)
8.      Sulam Usus (2015)
9.      Cakak Pepadun (2015)
10.  Gulai Taboh (2015)
11.  Seruit (2015)


Tahun 2016, Pemerintah Provinsi Lampung melalui Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kembali akan mengusulkan beberapa Warisan Budaya Takbenda diantaranya ;
1.       Warahan  : Sastra tutur/lisan yang terdapat dibeberapa daerah di Lampung yang sentral berada diseorang Pewarah. Warahan berisi tentang sejarah dan tohok kepahlawanan yang sarat dengan pesan pesan. Warahan berkembang menjadi bentuk lakon hingga sekarang.
2.      Tuping : Tuping sejarahnya adalah hulubalang atau tentara dari Radin Inten II pada jaman penjajahan yang menyerang dengan media topeng agar dapat mengelabui musuh. Pada saat ini tuping berkembang menjadi penampilan tarian kolosal.
3.      Kakiciran  adalah festival tari rakyat yang diadakan oleh masyarakat Pesisir di lampung Barat. Pelaksanaan pada malam hari, 6 hari setelah perayaan Idul Fitri.
4.      Nyambai, adalah salah satu bagian perayaan pada upacara perkawinan masyarakat di Pesisir Lampung kabupaten Lampung Barat. H-1 pada muda mudi menampilkan kemahiran menari mereka.
5.      Maduaro , adalah kain sulam benang hias yang berasal dari masyarakat Tulang Bawang yang sangat lekat dengan peristiwa adat bagi wanita Lampung.

Rabu, 23 Maret 2016

MENGULAS BUDAYA DAN WARISAN BUDAYA TAK BENDA LAMPUNG.





Lidah Lidah - sebutan untuk hiasan (dekorasi) yang kerap digunakan masyarakat Lampung baik dalam keseharian maupun dalam acara acara adat, pernikahan, dsb.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia terbitan balai pustaka, definisi kebudayaan adalah antara lain hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan , kesenian dan adat istiadat. Kata dasar kebudayaan adalah budaya, yang merupakan bentuk majemuk dari kata budidaya yang berarti cipta, karsa dan rasa.

Sebenarnya kata budaya hanya diakui sebagai suatu singkatan dari kebudayaan.  Budaya sebagai sistem gagasan menjadi pedoman bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, belajar dan menjadi sikap perilaku manusia berikutnya atau lazim disebut nilai budaya.

Nilai budaya dapat kita lihat dan kita rasakan dalam sistem kemasyarakatan/kekerabatan yaitu diriwayatkan dalam bentuk adat istiadat, kesenian dan kepercayaan.  Budaya berfungsi membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Selanjutnya, budaya dalam masyarakat dikelompokkan dalam tiga hal, yaitu ;
  1. Perilaku , yang merupakan  cara bertindak atau berperilaku tertentu dalam situasi tertentu didalam suatu masyarakat dengan pola perilaku yang diatur dalam norma.
  2. Bahasa, yang merupakan sebuah sistem symbol yang dibunyikan dengan suara dan ditangkap oleh telinga.
  3. Materi, budaya materi merupakan hasil dari kreatifitas, perbuatan dan karya manusia dalam masyarakat berupa antara lain pakaian, perumahan, alat alat rumah tangga , senjata dan lain sbgdnya.

BUDAYA LAMPUNG.

Budaya cenderung bertahan karena unsur mata pencarian, unsur teknologi dan pengetahuan. Sedangkan dasar pembentuk dari budaya Lampung, pada umumnya berawal dari unsur ; Agama Islam yang mayoritas dianut oleh masyarakat Lampung, kekerabatan partial, politik kepemimpinan berdasarkan keturunan, ekonomi bercocok tanam atau pertanian dan kesenian yang telah berkembang dalam kehidupan bermasyarakat yang terdiri dari seni tari, pencak, seni musik, sastra dan lain sebagainya.

Dalam perkembangannya, kelompok masyarakat Lampung menyebar di berbagai tempat di daerah Lampung yang kemudian menyebabkan terjadinya pembentukan budaya Lampung itu sendiri.  Secara umum, sebaran budaya Lampung dapat dibedakan kedalam dua kelompok dasar adat yakni ;
  1. Masyarakat Pepadun,  yang berkediaman didaerah pedalaman atau perbukitan Lampung terdiri dari masyarakat adat Abung (Abung Siwo Mego), Pubian (Pubian Telu Suku), Menggala Tulang Bawang (Megopak Tulang Bawang) dan Buay Lima.
  2. Masyarakat Saibatin, sekelompok masyarakat yang berkediaman di sepanjang pesisir termasuk masyarakat adat Krui, Ranau, Komering sampai Kayu Agung.

WARISAN BUDAYA TAK BENDA (WBTB) LAMPUNG.


Warisan budaya adalah benda atau atribut tak berbenda yang merupakan jati diri suatu masyarakat atau kaum yang diwariskan dari generasi – generasi sebelumnya, yang dilestarikan untuk generasi – generasi yang akan datang.
Warisan Budaya terbagi menjadi dua, yaitu Warisan Bendawi dan Warisan Tak Benda. Warisan Budaya Bendawi adalah hal hal yang dapat disentuh dan dipakai. Sedangkan Warisan Budaya Tak benda adalah segala praktek, representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan – serta alat alat, benda (alamiah), artefak dan ruang ruang budaya terkait dengannya – yang diakui oleh berbagai komunitas, kelompok dan dalam hal tertentu perseorangan sebagai bagian warisan budaya meraka.
Warisan Budaya Tak Benda meliputi juga tradisi dan ekspresi lain, termasuk bahasa, seni pertunjukan, adat istiadat masyarakat, ritual dan  perayaan perayaan.

Selanjutnya marilah kita simak capaian propinsi Lampung melalui pencatatan Warisan Budaya Tak Benda  yang dilakukan oleh Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Di tahun 2015, Lampung berhasil mencatatkan 5 budaya khas Lampung dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda.  Lima produk budaya Lampung yang mendapatkan ketetapan Budaya Tak benda tersebut yaitu ; Sulam Usus, Gulai Taboh, Seruit, Cakak Pepadun dan Sekura Cakak Buah.
Ditahun 2014, Lampung juga telah berhasil memperoleh pengakuan untuk ;  Kain Tapis, Gamolan, Tari Melinting, Tari Sigeh Pengunten, Muayak dan Rumah Adat Lampung Barat  berhasil masuk dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda.

Sebuah pencapaian yang tak mudah tentunya. Karena untuk berhasil masuk dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda, para pemohon – dalam hal ini Dinas Pariwisata Lampung harus melakukan usulan pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan mekanisme dan tahapan yang tidak mudah. Selain itu diperlukan kajian ilmiah termasuk sederet pendukung yang menguatkan sesuatu tersebut layak masuk dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda.
Sebagai penyuka seni budaya daerah, saya berharap ada banyak ragam produk seni Lampung yang dimasukkan dalam Warisan Budaya Tak Benda, mengingat provinsi Lampung memiliki banyak jenis seni dan budaya khas yang telah ada dan berkembang jauh sebelum Indonesia merdeka. Beberapa jenis seni dan budaya Lampung tersebut memang tidak seluruhnya terlaksana atau masih dapat dilihat hingga kini. Meski begitu beberapa hal menarik dan layak untuk diusulkan dalam daftar Warisan Budaya  Tak Benda diantaranya ; Meduaro dari Tulang Bawang, Sulam Ulat dari Mesuji, Ringget, Bebandung dan masih banyak lagi jenis jenis  seni dan budaya khas Lampung. Sudah selayaknya seluruh masyarakat menjaga seni dan budaya asli daerah agar tidak punah atau malah diakui oleh negara tetangga. Karena bagi saya, seni dan budaya daerah adalah salah satu identitas bangsa yang wajib dijaga.

Rabu, 16 Maret 2016

MENENGOK KESAHAJAAN MASYARAKAT DESA RANGAI



rumah rumah panggung khas masyarakat nelayan desa rangai
jajaran rapih rumah masyarakat desa Rangai



Terkadang hal hal menarik itu justru datang dari suasana ala kadarnya, natural tanpa rekayasa serta sikap terbuka tanpa perlu ber-drama. Begitulah kiranya yang terjadi siang itu. Sebagai pengantar barang atas perintah bapak mertua, saya kembali menemukan suasana menarik kala melalui jalan lintas Soekarno Hatta. Selepas perbatasan kawasan kota Bandar Lampung, persisnya di desa Rangai - Tri Tunggal kecamatan Katibung kabupaten Lampung Selatan. 

Sebagai kawasan Lampung Selatan yang cukup dekat dengan pusat kota Bandar Lampung yang kerap di sebut Ketibung inipun memiliki dermaga nelayan yang cukup besar. Bahkan sebagai dermaga yang menampung hasil tangkapan nelayan, kawasan ini juga memiliki pasar ikan yang cukup besar. Tak kalah besar dan ramai dengan tempat pelelangan ikan Lempasing di ujung kawasan Teluk Betung Timur – Bandar Lampung. Bentangan garis pesisir Teluk Lampung sungguh memesona untuk disimak.

Dermaga Rangai


Beranjak tengah siang, panas semakin terik, baik suasana pasar maupun pelelangan ikan di dermaga Rangai nampak lengang. Tak ada pengunjung yang melakukan transaksi jual beli. Hanya beberapa penduduk yang sedang melaksanakan aktivitas hariannya.
Diantara perahu perahu yang tertata rapih, saya melihat barisan rumah panggung khas para penduduk pesisir yang sangat bersinggungan dengan bibir pantai. Sama dengan kondisi di setiap kawasan masyarakat pesisir.  Tak pernah bosan menatap hamparan laut. Terlebih gugusan Pulau Condong yang dapat dengan mudah diakses dari Pantai Pulau pasair atau Pasir Putih yang letaknya tak jauh dari letak dermaga Rangai. Pria pria paruh baya tampak tenggelam dalam kesibukan mengecek kondisi kapal mereka. Ibu ibu rumah tangga pun terlihat melakukan rutinitas mereka, mulai dari mencuci pakaian, meracik masakan untuk keluarga di dapur yang langsung menghadirkan bentangan air laut. Dibeberapa bagian ada pula ibu ibu yang tengah menyiangi ikan ikan yang ia beli dari nelayan di dermaga. Ikan ikan tersebut kelak akan ia jemur dan asini sebelum dijemur dan kemudian dijual kala telah berubah wujud menjadi ikan asin ala industri rumahan.

Ibu pengolah ikan asin

Ikan yang telah dibersihkan lalu dijemur.

Ikan asin olahan rumah tangga di jual di pasar pinggir dermaga


Yang juga tak kalah menyenangkan dalam pandangan saya siang itu adalah suasana bermain anak anak dibeberapa bagian dermaga. Diantara anak anak yang kembali dari sekolah tampak sekumpulan anak bermain dengan mainan khas anak anak desa ; main kelereng, lompat tali hingga petak umpet. Tanpa gadget ataupun mainan canggih lainnya layaknya anak perkotaan.

Barak jual beli ikan di dermaga Rangai


“Sebenarnya, dermaga Rangai rame pas pagi dan sore hari, yaa… saat nelayan kembali dari melaut pasti ramai, pedagang di pasar sini juga menjual ikan dari hasil para nelayan itu.” penjelasan seorang ibu yang sedang mengolah ikan segar ketika saya tanyai tentang dermaga Rangai yang kala itu nampak lengang.


Suasana dermaga rangai katibung lampung selatan yang rapih dan bersih
Suasana dermaga yang bersih dan rapih


 
View Pulau Condong yang juga dapat jadi wisata bahari yang mudah di kunjungi.

Sembari berbincang dengan beberapa ibu ibu yang sedang beraktivitas di pasar ikan, saya juga menikmati suasana kampung nelayan dengan rumah rumah panggung berjajar rapih. Sangat kontras dengan jajaran perahu nelayan yang bersandar di dermaga.
Bagi saya, menyaksikan kehidupan harmonis masyarakat desa Rangai bagai melihat keindahan hidup dalam kesederhanaan. Terlebih cara mereka menyambut saya, keterbukaan mereka akan pertanyaan pertanyaan yang saya ajukan merupakan bukti nyata bahwa mereka berkenan menerima kehadiran pendatang. Sungguh bagai inspirasi kehidupan yang saya dapat tanpa perlu membayar mahal. Cukuplah memesan secangkir kopi dengan gorengan, lalu mengajak bincang ibu ibu pekerja rumahan maka semangat jiwa kembali membara. Masih pantaskah mengeluh akan hidup ?, jika para nelayan yang menghidupi diri dan anak istri mereka saja harus berjuang sekuat tenaga melawan terpaan ombak laut  agar terus dapat  bertahan hidup.

Rabu, 09 Maret 2016

OLAHAN DURIAN ISTIMEWA DI ES DUREN & STEAK THE ABDUL



 
pancake duren dari durian istimewa
Pancake Durian bercitarasa istimewa
Bermula dari resep rumahan yang kerap tersaji kala acara keluarga digelar, justru jadi menu favorite banyak pihak dan akhirnya berlanjut untuk diseriusi. Begitulah kiranya pengakuan ibu Viny atas asal mula ia menekuni bisnis kuliner dengan Es Durien sebagai menu andalan dalam The Abdul – Es Duren & Steak. 
 
Es duren original
Sebagai buah yang terbilang musiman, cukup sulit rasanya untuk mendapatkan buah durian yang berkualitas dikala sedang tidak musim buah durian. Meski begitu, Ibu Viny memiliki sumber yang akan terus memasok durian durian istimewa yang kemudian menjadi suguhan utama dalam Es Duren The Abdul.  Sebagai menu andalan, Es Duren di The Abdul mengetengahkan ragam varian rasa dan toping yang menarik, mulai dari oreo, coklat, kacang hijau, kacang merah dan ketan hitam dengan harga Rp.15.000,-/porsi.
es duren kacang merah lezat buatan es duren the abdul
Es Durian kacang Merah

Steak khas di The Abdul

 Tak hanya soal Es Durian saja, sesuai namanya – Es Duren & Steak The Abdul, juga mengetengahkan sajian steak yang istimewa dengan aneka pilihan saus mulai dari mushroom, blackpapper dan holandes dengan harga Rp.20.000,- hingga Rp.40.000,-/porsi. Selain itu  sajian pilihan menu mulai dari nasi goreng The Abdul, aneka pasta and snack termasuk pankace durian pun layak untuk dicoba.  

kolak pisang plus durean
Kolak pisang plus durian cita rasa istimewa
lokasi kedai Es Duren and Steak The Abdul.
Lokasi Kedai The Abdul - Es Duren & Steak.
 Jadi buat kamu yang menyukai buah durian serta ragam olahan durian dalam menu menu lezat bisa datang langsung ke Es Duren & Steak The Abdul yang beralamat di jalan WR. Monginsidi No. 147 – Pengajaran – Teluk Betung – Bandar Lampung.  Dengan jam operasional 10.00 s/d 22.00 WIB. Nikmati sensasi rasa durian istimewa dalam sajian yang menggoda.
Scroll To Top