Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Rabu, 25 Mei 2016

MULI MEKHANAI TAK BISA LAGU LAMPUNG ?.

Jajaran Muli Mekhanai yang hadir saat Pawai digelar  bersama saya dan kak Billy sebagai MC acara. Photo by Tegar Mujah - Radar Lampung

 ‘MULI MEKHANAI TAK BISA LAGU LAMPUNG’.

Begitu judul besar yang terpampang di media Bandar Lampung News.  
Meski sebenarnya isi pemberitaan bukanlah sesuatu yang berkenaan persis dengan judul.

Headline penting bagi Bandar Lampung News, meski isinya tidak sepenuhnya membenarkan kalimat Judul.


Siang itu – Minggu, 22 Mei 2016. Seperti tahun sebelumnya, jajaran Muli Mekhanai Bandar Lampung mendapat tugas hadir dalam gelaran Karnaval dan Pawai Budaya dalam rangka  event Begawi Bandar Lampung dan HUT Kota Bandar Lampung. Hujan  yang mengguyur lokasi acara menyebabkan sound system mengalami kendala. Saya dan kak Billy bertindak sebagai pemandu acara siang itu sudah merasakan ada masalah pada microphone yang kami gunakan. “kena hujan” begitu para teknisi belakang panggung berucap singkat pada saya ketika saya tanya mengapa microphone yang saya gunakan bermasalah.

Acara tetap berlanjut. Bahkan hujan masih cukup deras ketika beberapa rombongan wal melintasi panggung utama.  Tetapi lama kelamaan hujan mereda dan acara semakin meriah dengan semangat para peserta pawai. Arak arakan peserta pawai berakhir.  Bapak Walikota dan jajaran berkenan menunggu keputusan dewan juri secara keseluruhan termasuk menyerahkan piala sebelum beranjak meninggalkan tempat acara.

Menunggu juri memutuskan pemenang pawai, acara di isi dengan hiburan. Bapak Wakil Walikota – M.Yusuf Kohar didaulat tampil pertama. Sayang penampilan beliau yang pandai bernyanyi itu pun tak berlangsung baik karena beberapa kali sound system dan orgen mengalami kerusakan. Ganggungan pada keluaran suara sound system membuat pak Wakil Walikota tak nyaman dalam menyanyi. Lagu selesai. Selanjutnya, pak Walikota meminta anak anak Muli Mekhanai tampil menyanyi.  Sesuatu yang tak pernah terjadi. “Coba yang menang Muli Mekhanai nyanyi lagu lampung.” Begitu Walikota membuka kalimat.  Memang butuh beberapa menit bagi jajaran Muli Mekhanai untuk menyiapkan tampilan mereka. Termasuk penyesuaian dengan sound system dan orgen yang sedang bermasalah. Mekhanai Prasetya Wibisono – selaku juara 1 Mekhanai Kota Bandar Lampung 2016 maju terlebih dulu. Ia membawakan lagu Cangget Agung dengan suara sound system dan keluaran orgen yang tak nyaman di telinga. Lagu Cangget Agung berakhir. Sesuai petunjuk pak Walikota, selanjutnya Juara 1 Muli Kota Bandar Lampung 2016 – Feriska Anggrelita. Karena tak hafal lirik lagu secara keseluruhan Muli Feriska membawa contekan lirik lagu melalui ponselnya yang kemudian dilarang oleh bapak Walikota. Pak Walikota menginginkan yang mampu nyanyi tanpa bawa teks. Tentu teguran tersebut membuat beberapa jajaran Muli Mekhanai gelagapan. Meski kemudian ada beberapa orang yang memang berbakat dalam menyanyi mampu menyanyikan lagu lampung tanpa teks.


Kalimat pembuka berita bandar Lampung News yang menulis "tidak satupun dari ketiga pasangan terpilih mampu membawakan lagu lampung",  Tapi di paragraf  3 ada kalimat " seorang Mekhanai mampu menyanyikan Lagu Cangget Agung dengan baik"... si Wartawan mungkin gak mengikuti berita kalau yang nyanyi Cangget Agung itu si Juara 1 Mekhanai Bandar Lampung 2016 yang meski seorang Atlet Taekwondo tapi pandai menyanyi lagu Lampung.

jelas tertulis di Bandar lampung News bahwa bukan tidak bisa lagu lampung. Bisa,  tapi harus lihat teks dari ponsel si Muli. Apakah salah menyanyi dengan lihat Teks di Ponsel??  di paragraf akhir di tulis Mekhanai Nyanyi lagu Tanoh Lada. So?, apakah Judul "SEMUA"  Muli Mekhanai TIDAK BISA Menyanyi Lagu Lampung itu terbukti?.  Yang benar. Beberapa bisa menyanyi lagu lampung dengan lancar, beberapa dengan mencontek teks di ponsel.  Tapi memamg Judul harus Profokatif biar di baca orang banyak.


Dari 20 orang Muli Mekhanai Bandar Lampung yang hadir dalam gelaran tersebut hanya 6 orang yang pandai menyanyi karena bakat mereka sejak awal ikutserta  dalam pemilihan Muli Mekhanai Bandar Lampung adalah menyanyi. Selebihnya, tidaklah terlalu pandai menyanyi. Bukan tidak tahu atau buta Lagu Lampung seperti judul pemberitaan. Yang menyanyi lagu lampung didepan pak Walikota tanpa teks saat itu ada 6 orang dari 20 orang yang hadir. Selebihnya mencoba bernyanyi dengan teks dan itu dilarang oleh pak Walikota yang kemudian tersampailah beberapa kalimat yang sesungguhnya sebuah untaian kata yang mengandung kritik dan saran membangun. Tidak juga ada keharusan gelar juara dicopot seperti pemberitaan yang beredar di media. Ya, media memang butuh tagline yang bombastis untuk menarik perhatian pembaca.

Sesungguhnya, tidak ada yang salah dengan pemberitaan. Karena pemberitaan di media memang butuh judul yang provokatif untuk menarik minat baca masyarakat. Meski isinya menurut saya tidaklah terlampau sama persis dengan judul berita.  Media online menyebutkan “Muli Mekhanai Buta Lagu Lampung”, lalu media lain membuat judul ‘Kok Bisa jadi pememang, tak bisa lagu lampung”. Bahkan harian Tribun Lampung membuat judul “Ditodong Lagu Lampung Muli Mekhanai cari  di HP”. Judul judul yang menarik minat baca.  Meski jika disimak isi pemberitaannya,  tetap ada yang maju kedepan menyanyi lagu Lampung tanpa teks didepan pak Walikota, selebihnya menyanyi dengan Teks. Tetapi reaksi masyarakat tentu lebih pandai berkomentar soal judul ketimbang memahami isi berita. Begitulah kita. Pandai membuat kesimpulan berdasarkan judul. Bagai membuat kesimpulan saat melihat sampul luar tapi tidak berkenan memahami isi bagian dalam.

Muli Mekhanai adalah gelar duta wisata daerah Lampung. Menjadi Muli Mekhanai tentu harus memiliki multi aspek penilaian. Beberapa pihak berkomentar di media sosial mempertanyakan kemampuan peserta hingga ada pernyataan jadi Muli Mekhanai itu harus orang Lampung asli.  Sebuah pernyataan yang egois dan mungkin yang buat pernyataan lupa bahwa masyarakat asli Lampung di provinsi Lampung hanya 20% selebihnya pendatang!.  Selanjutnya para komentator handal di media social mempertanyakan kinerja juri dan panitia atas terpilihnya jajaran pememang. Yang mungkin tidak dipahami bahwa setiap personal yang menang memang bukan berlatar belakang penyanyi atau pandai bernyanyi. Tapi bukan berarti mereka tidak bisa menyanyi lagu lampung. Mereka bisa menyanyi hanya saja karena bukan bakat mereka di dunia menyanyi jadi harus pakai teks. Tak ada yang salah dengan menyanyi bawa teks kan?. Hanya saja pak Walikota memintanya tanpa teks, tentu tidak semua mampu karena tidak semua Muli Mekhanai berbakat menyanyi. Bukankah pemilihan Muli Mekhanai itu acara cari sosok Duta Wisata, bukan cari sosok Penyanyi?.

Pemberitaan meluas. Tak ada yang salah dengan pemberitaan tersebut karena bagi saya dan rekan rekan Muli Mekhanai pemberitaan itu adalah kritik dan saran yang membangun. Hanya saja memang media perlu menuliskan judul yang seolah olah pukul rata ‘SEMUA’ Muli Mekhanai ‘TIDAK BISA’  Lagu Lampung. Hahahaha sungguh sebuah pernyataan yang sangat general. Hingga anggota Dewan pun ikut berkomentar intelek tentang hal tersebut. Padahal belum tentu si anggota dewan yang terhormat itu pandai menyanyi lagu lampung tanpa teks.  Media memang punya pengaruh membentuk opini masyarakat. Karena memang ada media yang tugasnya menginformasikan kekurangan ketimbang sisi baik atau prestasi yang telah dilakukan sebelumnya. 

12 komentar :

  1. Sebuah cubitan yang manis dari Pak Walkot. Dan juga jajaran panitia. Besok2 syarat pendaftaran tambahkan bahwa calon Muli Mekhanai harus bisa menyanyikan lagu-lagu tradiaional Lampung ��

    BalasHapus
  2. Begitu memang, banyak orang masih cuma komentar dari sampul/judul doang, isi beritanya blm dibaca.

    BalasHapus
  3. Kita harus bisa memilah berita yg benar dan tidak benar. Jangan terhasut dengan judul karena itu hanya cara media menarik perhatian para pembaca. Tapi pahami apa yg sebenarnya terjadi Dan siapa yg terkait dalam berita tersebut. Ini sangat salah. karena muli mekhanai tidak hanya dipilih berdasarkan kemampuan menyanyi. Tetapi Juga para pemuda pemudi yg berprestasi dan layak menjadi seorang duta. apakah seorang duta harus pandai bernyanyi? Fikirkan

    BalasHapus
  4. Aku juga melihat beritanya bang. Miris juga. Jadi ingat pergelaran hal serupa di Palembang. Bujang Gadis Palembang, Bujang Gadis kampus Palembang dsb. Sebagaian juara malah berasal dari kota lain, tapi dengan keikutsertaan mereka menunjukkan kecintaan mereka terhadap daerah yang mereka tinggali sekarang.

    Terlalu gegabah memang jika pak walikota menjustifikasi kemamampuan seseorang dari bakat menyanyinya. Memang itu indikator sederhana, tapi toh bukan satu-satunya kan?

    Bahkan penyanyi profesional yang banyak memiliki album belum tentu lagi hapal semua lirik lagu yang ada di albumnya (katakanlah 10 album, masing 10 lagu), jika diminta nyanyi lagu yang nggak hits mereka pun butuh persiapan. Bukan berarti gak bisa tapi harus ada penyegaran.

    Kasihan bagi para pemenang yang dibully. Toh dari awal itu bukan kompetisi menyanyi, kan?

    Tetap semangat, ya buat para pemenang

    BalasHapus
    Balasan
    1. nggk gegabah kok...karna muli meghanai lampung adalah remaja pria dan remaja wanita lampung ( bukan inggris ) dan kegiatan mereka disamping hal-hal lain, yang paling erat adalah seni budaya dan pariwisata jadi ? apanya yg gegabah hahaa

      Hapus
  5. Aspek penilaiannya jangan hanya sekedar cakep, tpi juga smart dan cerdik

    BalasHapus
  6. Mencoba memberikan masukan....
    Ada benarnya masukan dari pak walikota lagu lampung bagian dari budaya... Mungkin adalah salah satu wajah budaya selain banyak hal lagi... Sebagai perwakilan putra putri daerah yang memang terpilih wajib menjunjung tgi nilai budaya dan produk asli lampung, selain bahasa indonesia dan bahasa inggris bahasa lampung dan sastra lampung perlu di pahami oleh setiap kontestan... Hal ini saya pikir sangat membangun supaya para muli mekhanai dan pemuda lampung termasuk saya sendiri dapat memahami sastra lampung dan budaya lampung jauh lebih dalam... Saya pikir jangan lah defensif... Teguran om walikota ini ada baiknya kok... SupayaMuli mekhanai dan pemuda lampung gak melupakan nilai budaya yg ada di lampung... Supaya seni budaya dan sastra lampung gak hilang ditelan arus
    Saya berkaca pada diri saya sendiri sebagai orang yg lahir besar dan mencari nafkah dilampung hingga kini mungkin sedikit lagu lampung yg saya kuasai atau bahkan saya belum paham seni dan sastra lampung keseluruhan... Hal ini kritik yg bijak buat panitia... Dan peserta kedepan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Pak Rio atas masukkanya. memang tidak ada yang salah dengan teguran pak Wali. kami tidak mempermasalahkan. yang salah adalah kata TIDAK BISA, yang saya rasa kurang tepat untuk menggambarkan Muli mekhanai. karena kenyataannya Bukan TIDAK BISA, tapi sebagian yang hadir TIDAK HAFAL jadi harus lihat teks di ponsel masing masing. Toh Tidaklah masalah besar jika seseorang tidak hafal lantas harus dibantu dengan teks kan?....Lagipula mereka bukan Hasil dari ajang Lomba Nyanyi atau bukan profesi Penyanyi kan?.

      Hapus
  7. memang benar ga semuanya harus bisa nyanyi. tapi yg dimaksud adalah seharusnya paling tidak ada satu lagu lampung yg mereka hafal dan tau maknanya. begitu

    BalasHapus
  8. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pak Khairul, ada baiknya jika usia bapak masih masuk kriteria pemilihan, ikut pemilihan Muli Mekhanai Bandar Lampung 2017. jangan cuma bisa berkomentar. kalo anda punya kualitas mari buktikan kualitas anda dengan ikut kompetisi. Bangun tanah Lampung dengan karya bukan mencela dan menilai tanpa tahu dasarnya.

      Hapus

Scroll To Top