Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Rabu, 08 Februari 2017

PETUALANGAN KE AIR TERJUN KEMBAR RINDU ALAM



photo by Intan


…”bersukacitalah engkau usai keras bekerja...”
Demikianlah kiranya untaian kata yang selalu saya teriakkan pada diri sendiri. Dan ternyata begitupula yang terjadi ketika usai melaksanakan segala proses kegiatan dalam kunjungan bersama teman teman dalam komunitas Ruang Jingga Lampung di Madrasah Ibtidaiyah Islamiah Pahmungan.


usai kegiatan di Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah

 
Hari makin meninggi. Satu persatu rekan rekan Ruang Jingga mengemasi kembali barang barang yang menjadi alat peraga mereka dalam member edukasi kurangi penggunaan plastic dan menjaga kebersihan lingkungan. Seusai memberikan bantuan dan tak lupa berpamitan dengan pihak sekolah yang telah memberi kami hidangan makan siang yang lezat. Sambal dan Ikan Asinnya, Juaraaakk!!!, kami pun berpamitan pada adik adik Madrasah Ibtidaiyah Pahmungan.
Sampai berjumpa dilain kesempatan, wahai generasi penerus kebanggaan bangsa.
 
Wefie team Ruang Jingga dan Adik Adik Madrasah

Bagai telah menjadi tradisi dalam tubuh komunitas Ruang Jingga Lampung, selalu ada perayaan kebersamaan usai melaksanakan suatu kegiatan.  Meski bukan perayaan yang mewah berbentuk pesta pora layaknya kaum sosialita, setidaknya dapat mempererat  jiwa kekeluargaan antar sesama anggota. Saya dan rekan rekan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung yang turut serta dalam kegiatan pun merasa senang diajak dalam acara kebersamaan usai aktivitas siang itu.
Bakal ke Air Terjun Braaayyy!!! Brangggkaaatttt!!!. Lets Go Genks!!!.



 
THE ADVENTURE BEGIN…!!!

Konvoi kendaraan roda empat dimulai. Sebagai pemegang kendali kendaraan yang saya bawa tentu saya memilih berada di belakang kendaraan yang paham akan rute perjalanan. Nah, sebenarnya, jumlah mobil yang konvoi dari Bandar Lampung berjumah 5 mobil, tetapi 1 mobil terpaksa harus mengalah karena kondisi Accu mobil yang merajuk dan minta diganti. Meski setelah diganti pun tetap merajuk. Aaaahhh…dasar Accu tak tahu diru!! Eehh, tak tau diri maksudnya.

aki mobil peyebab mogok

usaha keras mendorong mobil yang mogok.
 
Oh ya, Robby Purba – sang pesohor asal Lampung itu tetap ikut serta bersama kami menuju air terjun lho, meski beberapa donator yang turut hadir dalam aktivitas di MI Islamiyah tak bergabung dalam kunjungan ke air terjun kembar Rindu Alam bersama kami, karena ada keperluan lain.

Tujuan kami siang itu adalah Air Terjun Kembar Rindu Alam. Nah, dari namanya saja saya sudah terbuai. Bayangkan, bila air terjun saja rindu pada alam, bagaimana kita yang manusia tidak merindu pada alam kan? – soal rindu merindu, please jangan BaPer yaaahhh…heheheh. Oke lanjut.!. Jadi, sebenarnya, saya belum tahu sama sekali soal air terjun yang dimaksud oleh rekan rekan Ruang Jingga Lampung. Tapi sebagai Tukang Jalan Jalan, tentu saya menikmati apapun bentuk jalan jalannya. Lha, bentuk jalan jalan yang lebih Ngenes aja pernah saya jabanin kok, masak jalan jalan berkendara dengan suasana kece begini gak tertarik sih. Oopss, Jangan BaPer please!!.

marka arah ke air terjun dan ketentuan peringatan


Sebenarnya, soal rute jalan tidaklah terlampau sulit. Karena berbentuk jalan raya, bukan jalan rimba belantara. Terlebih melewati kawasan hunian warga dan areal perkebunan.  Tapi  justru kondisi jalan yang benar benar dibuat menantang. Dari kawasan desa Way Kepayang menuju desa Ceringin Asri – kawasan dimana air terjun berada, terdapat beragam kontur jalan yang aduhai indahnya. Mulai dari yang berbatu, berlumpur, genangan air bak kolam ikan, jalan beraspal hingga beton.  Nampaknya, rute jalan utama Kedondong – Padang Cermin sedang dalam tahap perbaikan. Terlihat dibeberapa bagian yang telah usai diperbaiki, meski sebagian besar lainnya masih hancur parah. Yang membuat menantang adalah tanjakan dan turunan tajam dengan kontur jalan bebatuan dan tanah basah. Bagi kendaraan berukuran besar tak masalah, kasihan kendaraan berukuran kecil. Sebagai pengemudi, terkadang saya menahan nafas sambari berdoa dalam hati, ketika harus injak gas saat menanjak tajam dengan tumpukan bebatuan dan genangan air. Atau malah saya tidak menginjak rem ketika rute jalan menurun tajam. Akibatnya, muli muli  dan dokter gigi cantik yang duduk di bagian belakang kendaraan terpuntal-puntal, hehehehe. Maafkan pak sopir yaahh….

.....Video  kondisi jalan...yang diabadikan Muli Desti - dari posisi tempat duduk dibelakang kemudi.

 .... (Sebenarnya, saya mengabadikan moment jalan jalan yang dilalui, tetapi Handphone Hang dan menghilangkan sebagain besar photo dalam ponsel).

 
salah satu tampilan  air terjun dalam air terjun kembar Rindu Alam

MENUNTASKAN RINDU DI PESONA RINDU ALAM

Begitulah adanya, wisata alam terkadang memerlukan nyali yang kuat ketika ingin menikmatinya. Seperti yang saya dan teman teman Ruang Jingga Lampung lakukan siang itu. Meski secara akses tidaklah terlampau sulit, tapi kontur jalan yang beragam dan cenderung belum diperbaiki justru menjadi tantangan tersendiri.

Satu jam lamanya perjalanan dari desa Way Kepayang ke desa Ceringin Asri. Kami berbelok arah kebagian dalam areal perkebunan. Pohon kakau mendominasi pandangan mata. Pepohonan rimbun tersusun apik di perbukitan dan menyegarkan pandangan mata. Warna hijau dedaunan sungguh kontras dengan suasana jelang sore nan sejuk kala itu.  Sejak dalam perjalanan, saya dan teman teman dalam satu mobil memutuskan membuka kaca kendaraan. Mematikan AC dan menikmati sejuknya udara yang menyapa. Setidaknya sedikit menghilangkan guncangan guncangan manjah yang terjadi selama melaju di kontur jalan yang tak rata.

tampilan air terjun dari kejauhan

rute jalan menuju air terjun (photo diambil dari bagian bawah)
 


Berdasarkan panduan jalan yang dibuat seadanya oleh warga, kami pun tiba di sebuah lahan sederhana dengan pondok kayu biasa. Telah ada beberapa pria dewasa disana yang mengarahkan  kami untuk menaruh kendaraan di sekitar pondok tersebut.  Kami pun senang ketika tahu telah tiba di lokasi yang dituju. Meski untuk menikmati air terjun kami harus menyusuri jalan setapak menurun kebagian dasar jurang!.

Baeklah Genks!! Jangan Gentar!! Kepalang udah sampai, mari kita taklukkan!!.
“kayak apalah rupa dari air terjun yang mau kita datengin ini?,” bisik saya pada rekan rekan satu mobil dengan saya yang kemudian di sambut gelak tawa.
Sungguh teman teman Ruang Jingga Lampung memiliki jiwa petualang yang tak main main. Marilah, kita susuri jalan menukik tajam kebawah sana  guna menikmati pesona air terjun ciptaan sang kuasa.

terlihat kan ekspresi lelah menuju air terjun ....hhhmmm...
 
Jalan tanah menurun tajam kebagian dasar adalah kondisi yang harus kami taklukkan sebelum dapat menikmati eloknya air terjun. Beberapa diantara rekan Ruang Jingga berpegangan mengingat kondisi tanah lembab dibeberapa bagian jalan. Belum lagi tumpukan bebetuan alami yang kadang menyakitkan pijakan kami. Rerumputan dan pepohonan menghias sepanjang rute jalan menurun yang kami lalui selain pohon kakao yang mendominasi.

sebuah pondok usang di bagian kanan air terjun
 
Wujud air terjun pun terlihat dengan gemuruh air memecah suasana setelah sekitar 25 menit kami menyusuri jalan setapak.  Ada  dua pondokan kayu sederhana yang telah usang di sisi kiri dan kanan dari letak air terjun. Bentuk air terjun yang sama berada di dua sisi bukit bebatuan dan pepohonan rimbun dengan ketinggian 60-70 meter. Beberapa diantara kami langsung mencari spot photo terbaik. Sungguh tak lengkap bila perjalanan tak diabadikan dalam bentuk photo, baik bersama maupun selfie sukacita! Cekrek!!. Cekrek!! .. trus upload !, eehh, maaf  diarea air terjun tak ada signal, hahahahah. Photo saja sebanyak mungkin nanti unggah ketika ada sinyal yaaaa….hehehe.

jangan lupa ...Cekreeekk!!! photo by miss Novi

meski air butek tetep mandi. yang penting mandi. Photo by Miss Novi

Cekreekk!!.. yang Artis yang baju Putih yaaa...bukan yang baju Hitam... Jangan Salah!!!
  
Cukup puas mengabadikan moment, kami pun memutuskan untuk makan nasi bungkus yang memang telah dipersiapkan sejak dari Bandar Lampung. Rencananya, nasi bungkus bawaan kami itu akan dimakan di Madrasah Islamiyah, tetapi karena pihak Madrasah menyuguhkan sambal terasi dan ikan asin, jadilah kami tergoda tawaran sekolah dan menunda menyantap nasi bungkus yang telah dibawa sejak pagi.
Nah, dihadapan air terjun dan genangan air dibawahnya itulah kami  melahap nasi bungkus. Duduk dibebatuan, menatap pepohonan sekitar hingga bersenda-gurau adalah lauk lezat yang menghias sajian nasi bungkus nikmat. Memang moment kebersamaan itu selalu nikmat. Slogan tekenal menyebutkan “makan tak makan, asal kumpul”, terkadang ada benarnya. Meski terkadang makanan juga penting yaa..hahahhaha.

MEWAAHHH!!! Makan Pinggir Genangan Air Terjun!! Sedaaapppp...

Cekreekk..!! Tetep Gaya..4 Cewek dalam Mobil saya yang tetep Kece di Foto setelah terpuntal-Puntal

 Sebenarnya, saya pribadi masih betah berlama lama di kawasan air terjun kembar Rindu Alam ini. Tapi apa daya, seluruh rombongan harus meninggalkan tempat karena ada kabar bahwa orang tua dari salah satu rekan Ruang Jingga Lampung yang dilarikan kerumah sakit, jadi kami pun harus kembali segera ke Bandar Lampung. Saya masih sempat mengabadikan beberapa sudut kawasan air terjun dengan ponsel ketika hendak pulang. Meski terpuaskan dengan tampilan air terjun yang debit airnya tak begitu deras itu, setidaknya kebersamaan yang seru akan jadi kenangan. Dan… yang paling utama adalah jalan kembali menuju atas bukit!! ..Matek Ngana!!. Tapi apa boleh buat, tak ada pilihan lain ; berani turun yaa harus berani naik lagi ketas, supaya kembali ke kendaraan yang terpakir di atas sana!. Please… berharap ada jet pribadi yang datang menjemput saya dari bawah. Ooohh…I feel free…. Tetiba merasa Syahrinik.!!.
 
air terjun bagian kanan - Photo by Muli Desti

air terjun bagian kiri - Photo by Muli Desti


Setelah berjuang dengan segenap tenaga, berpeluh rindu dalam ikrar untuk selamat sampai dipuncak bukit. Akhirnya saya dan seluruh rombongan bersiap memulai perjalanan kembali ke Bandar Lampung. Wajah memerah darah menjadi bukti kegigihan setiap pihak yang ikut dalam aktivitas turun dan naik bukit demi air terjun yang menjadi pesona desa Ceringin Asri. Tak banyak informasi yang saya dapat dari air terjun, selain memang tak ada pihak yang saya tanyai seputar air terjun, saya lebih memilih mengatur nafas dan merenggangkan kaki yang seolah akan lepas dari badan selama rute menurun dan menanjak demi pesona si kembar rindu alam.
 
Bagi pecinta pesona alam, air terjun kembar Rindu Alam patut di kunjungi karena keunikan pada kesamaan bentuk air terjun yang bersanding indah dengan panorama alam dan keasrian lingkungan. Wajib di ingat, siapapun yang datang harus berkenan menjaga lingkungan dan jangan membuang sampah atau meninggalkan sampah sembarang di objek wisata.

4 komentar :

  1. seru ya acaranya, pake acara dorong-dorong mobil mogok segala hahaha.

    BalasHapus
  2. mas @fahmi...sebenarnya yang seru adalah cerita perjalanannya, kalo air terjunnya sih di bagian lain di Lampung ada yang lebih fantastis...hehe...mobil mogok karena aki mobil soak katanya mas..btw thanks bgd lho udah singgahi Blog aku yang masih pemula ini..

    BalasHapus
  3. Seru banget acaranya oom..
    tau begini aku juga ikutan deh.
    Btw, berat kah jalur ke air terjunnya?

    BalasHapus
  4. oom Yopie..... seru oom , jalur ke air terjun gak sulit. cuma jalan raya nya berfariasi...jalur setapak ke air terjun cukuop mudah meski curam sangat oom...

    BalasHapus

Scroll To Top