Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Selasa, 18 Juli 2017

MENIKMATI SAJIAN KUALITAS KOPI DAN FALSAFAH KEHIDUPAN DI BALE RAOS - BANYUMAS




…”nanti kita singgah ngopi di Bale Raos…” sahut mba Olipe ketika saya tanya kunjungan selanjutnya usai berkemas sehabis camping di bukit Tranggulasih.


Peserta Juguran Blogger tiba di depan Bale Raos


Sebenarnya, saya masih merasa nyaman di kawasan bukit Tranggulasih. Udara segar, banyak jajanan, banyak spot photo, banyak dedek emesh berwajah lugu dan ber-body sintal alami tanpa suntik silikon sana sani, Oops!!. Yang jelas, saya betah karena suasana alam dan hamparan Purwokerto yang melenakan mata. Andai saja rumah saya dekat dengan kawasan ini, bisa jadi setiap akhir pekan selalu leyeh leyeh di sini. Aaahh…sudahlah. Semoga ada rezeki dan umur panjang, kelak bisa tandang ke bukit Tranggulasih.

taman bagian dalam dari kawasan Bale Raos - photo by Google

Mobil piala terbuka (open cup) bergerak membawa saya dan rombongan Juguran Blogger meninggalkan kawasan bukit Tranggulasih. Perlahan menyusuri jalan curam membuat saya kembali berdoa komat kamit mengharap selamat. Untungnya, mobil piala terbuka  yang kami  tumpangi ada dua buah, jadi tidaklah terlalu berdesak-desakan seperti saat malam kami menuju bukit Tranggulasih.

Bentangan alam yang memukau jadi pemandangan menyenangkan selama perjalanan meninggalkan bukit Tranggulasih. Hingga tibalah saya danr rombongan di sebuah bangunan sederhana dengan pepohonan rimbun tumbuh tinggi menjulang di sekitarnya. 


A post shared by Bale Raos (@bale_raos) on

SERUPUT KOPI BERKUALITAS OLAHAN BALE RAOS

Tulisan ‘Bale Raos Coffee and Tea House’  langsung terlihat di bagian depan bagunan sederhana tersebut. Seolah ucapan selamat datang bagi para pendatang.
“silakan masuk” ajak rekan rekan panitia Blogger Banyumas pada kami peserta Juguran Blogger. Saya tentu antusias, terlebih ingat ucapan mba Olipe bahwa kami akan bertemu olahan  kopi berkualitas dilokasi ini, hehehe. Tapi sebelum masuk kedalam bangunan Bale Raos saya dan beberapa rekan dibuat tertarik oleh 5 orang ibu ibu yang baru saja kembali dari ladang. Tak menyia-nyiakan moment, saya dan beberapa rekan pun mengabadikan diri photo bersama dengan ibu ibu yang sedikit malu malu melayani permintaan kami.

wajah indonesia - ibu ibu photogenic.
 
Masuk kebagian dalam bangunan sederhana Bale Raos, pengunjung langsung disapa oleh lumpang lumpang unik  berbagai bentuk dan ukuran. Beberapa vigura memajang wajah Soekarno hingga pajangan bernilai seni seolah jadi aksesories ruangan dalam yang tidak terlalu luas itu. Dibagian lain, tak jauh dari ruangan pertama bagian depan, tertata dengan sederhana namun bernilai vintage – kedai Kopi yang menjajakan beragam varian kopi dan juga teh. Dibagian lain tak jauh dari tempat duduk di hadapan kedai pengolah sajian kopi sedang ada proses roasting kopi lengkap dan mesin mesin penggiling kopi manual namun menarik untuk di simak.



 Beberapa rekan langsung menyerbu sang pemilik Bale Raos yang tengah berada dibalik kedai kopi. Saya sempat mencuri pandang kearah mas Edi – sang pemilik Bale Raos yang sedang mengolah sajian kopi untuk kami siang itu.  Ketika sebagain besar rekan rekan menggerubuni mas Edi, saya mengalihkan pandangan ke beberapa tumbuhan yang ada di seitar bangunan. Beberapa pohon pinus, beragam tumbuhan tropis termasuk pephonan kelapa berpadu apik dengan dedaunan dan tanaman hias di sekitar bangunan utama Bale Raos

gerai kopi dalam Bale Raos yang komplit

sedang ada proses Roosting

Saya mendekat ke dalam kerumunan teman teman blogger ketika aroma kopi mulai menebar. Tak salah, suguhan kopi beragam jenis dengan cita rasa yang istimewa dapat dirasakan langsung.  Lumayan menahan kantuk saya akibat tidak bisa tidur semalaman. Begadang semalam sungguh berkesan.

BERTEMU PENGOLAH GULA KELAPA

“Disini juga ada proses pengolahan gula kepala” ucap mas Edi disela meladeni beragam pertanyaan rekan rekan blogger. Saya pun jadi tertarik untuk mendatangi langsung proses pengolahan nira menjadi gula merah yang biasanya terlihat berbongkah-bongkah dipasaran.

Ibu Pengolah Gula Kelapa

Gula yang sudah jadi tinggal di cetak

Saya tak sendiri, ada mba Evi – sebagai juragan gula Arenga  dan mba Terry juga tertarik menyambangi proses pembuatan gula kelapa. Diantar oleh gadis belia kami tiba di rumah sederhana yang letaknya tak jauh dari posisi bangunan utama Bale Raos.

Dihadapan kami, ada dua tungku yang sedang menjirang air kelapa dan satu tungku lagi berupa olahan jadi dari proses masak air gula. Di tungku kedua saya sempat mendekat menikmati langsung gula merah dalam kondisi belum mengeras. Rupanya sang Ibu pemilik usaha sedang melakukan pengolahan gula kelapa. Kamipun mengamati sembari bertanya soal proses pembuatan gula kelapa yang dilakoni sang Ibu. 

cicip gula langsung dari wajan nya. Enak!!! - photo by mba Evi

proses mencetak Gula Kelapa

Dibagian luar rumah, kami menemui sosok bapak yang baru saja membawa air nira hasil dapatannya. Sebagai penderes, si bapak terbilang tekun dengan mampu membawa beberapa bilah bilah bambu berisi air nira dari beberapa pohon kelapa hingga kemudian diolah oleh sang istri sebelum berwujud gula merah yang kerap kita jumpai dipasar tradisional.


Saya mencoba Air Nira yang baru saja di dapat langsung dari Pohon Kelapa.


YASNAYA POLYANA DAN NILAI NILAI KEHIDUPAN

 Setelah menyimak proses pembuatan gula kelapa sekaligus mencoba air nira segar yang baru didapat dari pohonnya, saya dan rekan rekan kembali ke bangunan utama Bale Raos dimana beberapa rekan masih terlena dengan olahan kopi dari mas Edi.

Spot Favorite saya dalam Bale Raos

Di kedai yang terbilang kecil dan unik itu ternyata sudah tersedia beberapa camilan pendamping hidangan beragam jenis kopi dan teh rempah termasuk minuman bernama Badeg - air nira.
Tak lama berselang, panitia mengumpulkan kami di ruang depan dari bangunan Bale Raos. Dan menyimak perkenalan mas Edi seputar lokasi, Bale Raos dan Pondok Kratif.

wajah wajah menunggu Kopi

Sebagai pendiri dari kawasan Bale Raos mas Edi memiliki visi menyatukan kehidupan dengan alam. Itulah sebabnya, Bale Raos tak hanya sekedar menyuguhkan sajian kopi dan teh serta sarana bersantai alami saja tetapi juga beragam program yang memberikan edukasi pada masyarakat.  Bersama Yayasan Yasnaya Polyana, mas Edi bersinergi memberikan edukasi cara bercocok-tanam yang benar, yang organik dan yang memberikan dampak baik bagi lingkungan yang berkelanjutan.
“bila bicara organic, tak hanya sekedar apa yang kita makan saja. Tetapi cara membuat makanan, termasuk cara kita memperlakukan lingkunganpun harus organic”. urai mas Edi soal gaya hidup organik menurut sudut pandangnya. “percuma saja makan sayauran organik tetapi cara cara dalam proses tanamnya justru membuat lingkungan tidak sehat. Itu bukanlah Organik!”  jelas mas Edi kemudian.

Coffee Roosting di Bale Raos
Melihat sosok mas Edi bertutur,  saya merasa mendapat  uraian sisi lain dari kehidupan dan alam sekitar. “jika jalan jalan, jangan hanya sekedar posting photo photo selfie saja tetapi juga harus melihat proses panjang dari tempat yang kita kunjungi. Dan hargailah orang orang yang ada dalam proses tersebut.” ucap mas Edi pada kami pada peserta Juguran Blogger yang memberi perumpamaan sosok penderes air nira dari pohon kelapa sebelum menjadi gula merah. Mas Edi pun menambahkan soal upayanya memberi edukasi pada petani kopi dan petani cocok-tanam lain untuk tetap menjaga lingkungan dan proses manual yang tetap dilestarikan demi keberlangsungan dari lingkungan tersebut.



Dalam Bale Raos juga terdapat beragam program menarik sebagai bagian dari wisata edukasi bekerjasama dengan Yayasan Yasnaya Polyana. Diantaranya, Program Padepokan, Pondok Tani Organic, Pendidikan anak tani, Kursus Filsfat dan Wisata alam serta Tani organik.  Bertemu dan bincang dengan mas Edi seolah diingatkan untuk terus menerus menjaga lingkungan dengan tak hanya sekedar menyebarluaskan keindahan dan potensi wisata semata, melainkan juga menghargai beragam proses dibalik keindahan tersebut. Berkenan memaknai setiap jengkal keindahan sebagai upaya dari para pendahulu.

mas Edi - pemilik Bale Raos bertutur banyak hal dihadapan kami.

Bila tandang ke Banyumas, sedang melakukan perjalanan ke Bukit Tranggulasih atau pendakian ke gunung Slamet. Singgahlah ke Bale Raos yang jaraknya hanya sekitar 3 km dari kawasan wisata Baturraden. Temui mas Edi, berbincanglah dengannya sembari seruput kopi olahan terbaik di Bale Raos – Pondok Kratif  Yasnaya Polyana  di  dusun Peninis, Desa Windujaya, kecamatan Kedungbanteng – Banyumas. “Salam Ngangsu Kawruh, Tuker Kawruh, Gendu Gendu Rasa”. begitu ucap mas Edi pada kami diakhir kebersamaan siang itu. 
____________________________________________________________
 
Catatan ini dibuat dari kegiatan Juguran Blogger di Banyumas bersama Blogger Banyumas dan di dukung oleh Bapeda Litbang Banyumas, Bank Indonesia, Loja De Cafe, Fourteen Adventure, PANDI.ID dan Hotel Santika Purwokerto.

3 komentar :

Scroll To Top