Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Jumat, 30 November 2018

MAKNA BERHARGA DI BALIK GELAR PUTERI INDONESIA



Photo by @rudyhartono

Sebenarnya, saya ingin sekali menuturkan kisah ini usai menjadi relawan Trauma Healing di Palu pada pertengahan Oktober 2018 lalu. Kisah dimana saya tergabung dalam Green Edelweiss dan  didalamnya tergabung dua relawan  bernama  Sonia Fergina Citra  dan Wilda Situngkir   Tapi saya butuh jeda beberapa saat untuk berfikir ulang. Saya ingin menuturkan kisah ini dari sudut pandang saya sebagai orang biasa. Mewakili masyarakat awam pada umumnya. Karena saya memang tidak mengenal mereka sebelumnya, selain dari sosmed. Jadi buat kamu yang ingin tahu seperti apa rasanya jadi Puteri Indonesia?, lalu bagaimana pribadi mereka ketika menjalankan peran sebagai seorang relawan?.  Konon, sifat asli seseorang akan terlihat ketika ia berada di lingkungan yang bukan kesehariannya atau bukan zona nyamannya. Nah, agar tak menambah praduga, baiknya simak uraian berdasarkan pengamatan saya secara langsung selama 3 hari bersama Puteri Indonesia. Check it dot!.


 
Photo dari  CNN Indonesia - Pemenang Puteri Indonesia 2018. Kanan ke Kiri ; Puteri Indonesia Lingkungan - Vania Herlambang, Puteri Indonesia 2018 - Sonia Fergina Citra dan Puteri Indonesia Pariwisata - Wilda Oktaviana Situngkir.  after crowning moment - Malam Puncak Pemilihan Puteri Indonesia 2018.

PUTERI INDONESIA JUGA MANUSIA

Gelar mereka memang Puteri Indonesia. Sebuah gelar prestisius dari sebuah kontes kecantikan tertua di Indonesia. Tapi bukan berarti Puteri Indonesia itu bagai bidadari surga. Mereka juga manusia. Sebagai manusia, mereka memiliki jiwa dan raga yang tidaklah sempurna. Mereka memiliki hati yang juga tersayat ketika di bully netizen!. Mereka juga bisa menangis ketika bersedih meski tidak diperlihatkan ke khalayak. Mereka juga punya kekurangan fisik, karena manusia tentu tak ada yang benar-benar sempurna secara fisik kan?.
Pun, mereka bukan produk teknologi mutakhir super canggih hingga pandai dalam segala hal layaknya robot multitasking!.

Meski mereka bergelar Puteri Indonesia, bukan berarti mereka berperilaku bak Ratu. Selama proses perjalanan hingga menjalankan tugas sebagai relawan di kawasan pengungsian tak pernah sekalipun Sonia maupun Wilda bertingkah bak Ratu!. Mereka melakukan segala kegiatan seperti saya dan relawan lainnya. Tetap ikut antri proses check in pesawat sebagaimana penumpang pesawat lainnya. Mereka membawa ransel mereka sendiri. Memakan makanan yang sama di satu meja bersama semua anggota relawan lainnya. Bahkan tidur beralas ambal sederhana di tempat yang sama dengan relawan wanita lainnya. Tak ada perlakuan khusus. Bahkan  mas Fabi – sang Chepron dari Yayasan Puteri Indonesia tidak pernah memperlakukan mereka begitu istimewa bak ratu istana kerajaan atau gadis mama nan manja, bala bala. Tidak Ada!!

All team dalam program Trauma Healing dan Kesehatan di PALU



 
Saya, Wilda, mas Fabi - sang Chepron dan Sonia


GADIS REMAJA YANG MANDIRI DAN DISIPLIN

Karena tidak ada perlakuan yang begitu istimewa bak ratu istana bagi penyandang gelar Puteri Indonesia, maka para pemenang Puteri Indonesia itu adalah gadis-gadis remaja yang mandiri dan disiplin. Mereka tidak cengeng!. Tidak menyeh-menyeh!. Tidak kolokan!. Tidak merengek minta pulang atau setiap menit telepon Mama karena takut bertugas di pengungsian. Tidak!. Mereka mandiri!. Tidur tanpa AC pun mereka tak mengeluh. Melalui jalan rusak berjam-jam menuju pengungsian di pedalaman mereka tak rewel. Saya sempat dibuat terperangah ketika melihat Sonia dan Wilda sudah mandi dan rapi sejak jam 5 pagi lalu mulai memulas wajah mereka dengan riasan tipis layaknya remaja puteri yang merawat diri. Wow!!, melihat hal tersebut secara langsung, saya berfikir mereka benar-benar mandiri. Bisa jadi,  gadis remaja sebaya mereka masih bobok cantik di jam 5 pagi!,hahaha.
Selain itu Sonia dan Wilda adalah dua sosok yang begitu disiplin. Bila diberitahu kumpul jam 7 pagi, mereka selalu tepat waktu. Tak ada cerita seluruh relawan menunggu kesiapan Sonia dan Wilda karena mereka lelet. No!!.  
Dan perilaku disiplin yang mengagumkan adalah mereka tetap melakukan sit up sebanyak 30 kali setiap malam sebelum tidur demi menjaga otot perut dan lingkar pinggang untuk bentuk tubuh idel mereka sebagai seorang Puteri Indonesia! Hebat euy!.



 
diam diam saya mengabadikan kedua puteri sedang berkemas dan memulas wajah  pagi hari di rumah warga


SUMRINGAH TANPA KENAL LELAH

Bagai telah jadi  Standard Operasional Prosedur (SOP) seorang Puteri Indonesia bahwa kemanapun mereka pergi dan berhadapan dengan siapapun wajib Tersenyum!. Sejak pertama bertemu Sonia dan Wilda pada keberangakatan ke Palu, melakoni aktivitas bersama selama 3 hari lalu kembali lagi ke Jakarta, tak pernah sekalipun saya melihat Sonia dan Wilda cemberut. Siapapun yang mereka temui, dengan siapapun mereka berhadapan, senyum ramah mereka selalu mengembang. Dan senyum mereka begitu tulus.  Terlebih ketika meladeni permintaan photo bersama.  Tak jarang di setiap kawasan pengungsian, kehadiran Sonia dan Wilda justru jadi kerumunan dan objek photo para pengungsi.

Selama meladeni puluhan orang yang berjejal antri mengajak selfie, Sonia dan Wilda selalu tersenyum dan melakoninya dengan penuh keceriaan. Bahkan tak sedikit dari ibu-ibu dan anak-anak yang mengajak photo sembari memeluk serta menciumi wajah Sonia dan Wilda. Meski saya tahu beberapa diantara penggemar itu tentu memiliki aroma tubuh yang kurang sedap. hhhmmm.
“Kalian gak capek ya meladeni ajakan puluhan orang photo bareng gitu, trus selalu tersenyum setiap berhadapan dengan publik ? “ tanya saya pada Sonia dan Wilda disela santai usai makan siang.
“Awalnya butuh penyesuaian. Tapi lama-lama kami menganggapnya bagian dari pekerjaan ketika berhadapan dengan banyak orang di luar rumah” terang Sonia tanpa berfikir lama. “Jadi kak, kami berhenti tersenyum itu pas dalam ruangan tanpa orang lain. Seperti dalam mobil, kamar tidur, atau toilet!” seloroh Wilda yang kemudian jadi gelak tawa saya bersama mereka kala itu.

Wilda yang masih sempat mendengarkan curhatan seorang nenek perihal bencana gempa dan tsunami di PALU




 
Sonia dan Wilda yang tak pernah sungkan membaur dalam kerumunan anak anak


PROFESIONAL MUDA BERMETAMORPHOSA

Melihat Sonia dan Wilda di kawasan bencana secara langsung saya jadi tahu bahwa menjadi Puteri Indonesia juga memiliki kewajiban pada bidang sosial.  Beberapa Puteri Indonesia sebelumnya pun ditempa pada kegiatan sosial. Karena tentu YPI memilih pemenang Puteri Indonesia tak hanya memenuhi unsur 3B (Brain, Beauty and Behavior) semata, tetapi memiliki kepedulian pada lingkungan dan penderitaan manusia yang terdampak bencana.

Menyandang gelar Puteri Indonesia di usia muda di tuntut untuk terus giat belajar, berlatih dan menempa diri untuk terus menerus menggali potensi diri secara maksimal tanpa kenal lelah. Karena perjalanan mereka tidak berhenti pada gelar Puteri Indonesia saja, tetapi akan berlanjut pada kontes kecantikan tingkat dunia!. Jangan dikira mereka tidak menempa diri. Mereka belajar setiap hari. Giat membaca buku dan menambah pengetahuan. Melakukan diskusi dan belajar langsung pada para pakar. Mencatat semua saran positif dan kritik membangun dari semua pihak termasuk para Netizen dan Pageant Lover, bahkan hatters sekalipun!. “Semua masukan yang disampaikan melalui sosial media kami simak dan kami jadikan acuan untuk jadi lebih baik lagi, kak” ujar Sonia ketika saya tanya bagaimana menanggapi bully-an di Sosmed. “Justru kak, yang kasih bully-an ke kami itu adalah pihak yang sayang dan super perhatian ke kami. Meski kadang ada sedihnya juga kalau udah keterlaluan, hihihi” jelas Wilda pada saya.

Sonia dan Wilda yang tak pernah lelah bercengkrama dengan anak anak di pengungsian

Menyandang gelar Puteri Indonesia bukanlah pekara mudah. Bersama sosok Sonia dan Wilda selama 3 hari di pengungsian tanpa atribut glamour membuat saya lebih menghargai profesi, tanggungjawab dan dedikasi mereka pada gelar yang mereka sandang.  Belum tentu masyarakat awam berkenan melakoni apa yang mereka jalani. Selayaknyalah kita menghargai metamorphosa mereka.  Janganlah terlalu dini memberi penilaian.  Karena terkadang, kita yang menonton di layar TV atau kita pengguna sosial media hanya melihat berdasarkan photo dan postingan media semata tanpa pernah tahu personality hingga upaya keras yang mereka lakukan untuk ada dalam posisi tersebut. Bisa jadi, ada ratusan bulir air mata dan lapisan hati yang teriris dari komentar para netizen. Dan bayangkan bila kita di posisi mereka. Yang terus menjalankan tugas secara professional meski nyinyiran pedas  berdatangan. Mari kita dukung upaya keras para Puteri Indonesia untuk menampilkan yang terbaik di ajang Internasional. Karena tugas mereka bukan sekedar lenggak lenggok atau pamer kecantikan fisik semata tetapi sebuah tugas membawa nama baik negara. Indonesia.

7 komentar :

  1. Bagus tulisannya, mengalir seperti kejadian dan fakta sesungguhnya. Keren tulisan Om indra

    BalasHapus
  2. Semangat PUTERI INDONESIA semangat negriku tercinta INDONESIA

    Terimakasih kak untuk tulisannya,semoga yang suka nge-bully sadar secepatnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. setidaknya sekarang mereka ber progress dans edang menunjukkan pesona serta capaian personal mereka.

      Hapus
  3. Kalau kelakuan Putri Indonesia, manja, menye-menye, selalu minta diistimewakan bak ratu, mending ke laut aja ya. Bangga bahwa mereka yang menyandang Putri Indonesia di atas memiliki karakter seperti yang diharapkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. yup mba, meski mereka bergelar jawara Puteri Indonesia tapi mereka begitu cekatan dan ligat mbaaa...

      Hapus

Scroll To Top