Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Sabtu, 03 November 2018

MENGENAL DRUMBLEK DI KAMPUNG RAGAM WARNA



 Apa itu drumblek?
Saya juga bertanya begitu saat mas Anton mengajak saya hadir dalam gelaran Festival Drumblek  di Kampung Ragam Warna, Kendal, Jawa Tengah.  Saya  menerima ajakan mas Anton ketika mendapat penjelasan singkat soal Drumblek. Meski menyisakan pertanyaan lanjutan.  Maklum, saya pribadi belum pernah tahu apa itu Drumblek. Juga belum pernah menyaksikan sajian Drumblek secara langsung sebelumnya.


sajian tari Sufi dan shalawat pada sore hari yang memikat pengunjung

 
Sejak sore, Kampung Ragam Warna bagai sumber magnet yang menarik perhatian banyak warga.  Sajian musik bernuansa islami dengan tarian sufi mampu menarik minat pengunjung merapat ke bibir panggung. Beragam pernak pernik menjadi penghias kawasan kampung.  Tak heran kala malam beranjak, puluhan penduduk mulai ramai memenuhi tempat acara. Tepat di lapangan bulu tangkis yang di sulap menjadi panggung hiburan rakyat nan menarik.  Kala pertama tiba di Kampung Ragam Warna, saya langsung terpukau pada wujud panggung yang ditata apik itu. Panggung sederhana namun terbungkus dengan nilai seni nan melibatkan hati.


“Sajian Drumblek segera dimulai” ujar mas Suseno – ketua Karang taruna Kampung Ragam Warna pada saya dan rekan-rekan malam itu.  Beberapa pengisi acara telah bersiap. Kelompok penyaji Drumblek pun telah menempati rumah rumah warga yang menjadi tempat berhias mereka.  “Malam ini ada 4 group Drumblek yang akan tampil” jelas mba Wiwiek pada saya soal penyaji seni yang akan hadir di panggung hiburan. Mereka tak hanya dari kawasan Kampung Ragam Warna saja tetapi juga dari beberapa kabupaten lain di Jawa Tengah.  “Mulanya, Drumblek itu berasal dari Salatiga” sahut mba Wiwiek ketika saya tanya soal asal muasal Drumblek. “Tapi sebagai seni yang telah memasyarakat di Jawa Tengah, maka Drumblek menjadi suguhan seni rakyat yang kerap ditampilkan dalam acara-acara akbar” jelas mba Wiwiek soal Drumblek. 
 
gelaran Festival Drumblek pada malam hari dan antusias warga

Suguhan Drumblek serupa dengan marching band versi tradisional.  Sesuai dengan namanya, Drumblek  adalah seni tabuh alat musik yang terdiri dari Drum dan Blek, yang dalam bahasa Jawa bermakna kaleng bekas. Jadi Drumblek adalah sajian musik tradisional dengan menjadikan benda-benda tradisonal seperti kaleng, tong bekas bahkan botol air mineral ukuran besar sebagai media tabuhnya.  “Alat musik utama Drumblek itu justru benda-benda yang sebenarnya bukan berfungsi sebagai alat musik” ujar mas Suseno menjelaskan tong plastik, tong berbahan seng hingga bambu yang melengkapi sajian setiap group Drumblek selain bellyra dan pianika.  Malam itu, saya melihat sendiri bagaimana kreativitas penyaji Drumblek di panggung hiburan. Mereka tak hanya sekedar membawa alat musik tetapi juga menyajikan aransemen musik yang dikemas dengan menarik. Paduan musik tradisional dan modern. Selain itu, busana para penampil pun memikat perhatian penonton. Mulai dari busana daerah Jawa hingga Papua. Tampilan yang memanjakan mata. Terlebih setiap kelompok memiliki gaya tampil yang berbeda-beda. Mulai dari jenis aransemen musik hingga setting panggung tematik.
 
salah satu sajian Drumblek pada malam pembukaan Festival Drumblek

FESTIVAL DRUMBLEK KAMPUNG RAGAM WARNA

Sajian Drumblek di Kampung Ragam Warna terus berlanjut di hari kedua. Tapi kali ini berlangsung dengan prosesi kirab dan melalui jalan utama Kampung Ragam Warna pada keesokan harinya. Sebuah sajian lanjutan usai pembukaan Festival Drumblek dimalam sebelumnya.
Sejak pagi saya pun antusias menantikan rombongan arakan Drumblek di jalan Kampung Ragam Warna. Karena badan jalan Kampung Ragam Warna tidak terlalu luas, saya musti rela berdesakan dengan warga yang antusias menyimak kehadiran group Drumblek. Sebagai tahun ke 3 dari gelaran Festival Drumblek di Kampung Ragam Warna, ragam sajian dalam Festival Drumblek mampu mencuri perhatian segenap lapisan masyarakat. "Meski jumlah group yang ikutserta sebagai peserta tahun ini mengalami penurunan, akibat benturan dengan event seni di kabupaten lain di jawa Tengah" jelas mba Wiwiek soal jumlah peserta Festival Drumblek.
 
salah satu sajian Drumblek...

tong plastik jadi media tabuh dalam sajian Drumblek


Satu persatu group Drumblek hadir melewati jalan Kampung Ragam Warna menuju panggung hiburan. Para penabuh dengan beberapa atribut khasnya, memainkan musik dengan media tong bekas. Mereka memainkan beragam alat musik tersebut secara kelompok dengan berbaris layaknya sebuah Marching Band.   Hentakan musik yang dimainkan selama arakan di jalan kampung pun di sambut meriah warga. Terlebih ketika musik instrumental yang disajikan terdengar akrab ditelinga. Sebut saja instrument lagu dangdut atau lagu-lagu kekinian yang mampu memancing penonton berdendang.
 
salah satu penyaji di panggung Festival Drumblek

Usai prosesi arak-arakan, para kelompok Drumblek menempati beberapa rumah warga yang telah dipersiapkan khusus untuk penampil menata diri sebelum pentas di panggung. Suasana kampung semakin ramai. Pengunjung tak hanya warga di kampung Ragam Warna saja tetapi dari beberapa kampung lainnya. Meski  cuaca siang begitu terik, tak menghalangi antusias warga untuk menyimak sajian Drumblek.  Yang menarik, dalam Kampung Ragam warna tak hanya gelaran Drumblek saja. Terdapat beberapa perlombaan yang turut menyemarakkan rangkaian acara dari festival Drumblek. Diantaranya, melukis diatas payung kertas dan melukis diatas caping (topi petani) serta lomba photography. Yang menarik, lomba photography dalam festival Drumblek mampu menarik minat 200-an photographer sebagai peserta. Maklum, hadiah yang berikan oleh panitia cukup menggiurkan untuk sebuah lomba photo hunting. Total hadiah mencapai 15 juta rupiah cuy!!. 
 
salah satu sajian group Drumblek  di panggung hiburan

Untuk sebuah hajatan suatu kampung, sajian Festival Drumblek di Kampung Ragam warna layak diapresiasi sebagai bagian dari kreativitas warga untuk menumbuhkan semangat berkesenian dan melestarikan nilai nilai budaya. 

5 komentar :

  1. Huaaaaa, tarian sufi. Dari dulu saya mau banget lihat tarian ini tapi belum kesampaian.


    Drumblek, Drum dan blek. Sesimpel itu ya. ahahah.
    saya udah mikir susah-sausah kira-kira kesenian macam apa yang akan ditampilkan, ternyata musik perkusi gitu ya om.
    Tapi kok saya lihat ada gambar pianika ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehehe...yup. pianika dan keyboard juga jadi unsur kreasi dari setiap group drumblek yang tampil. mereka idberi kebebasan berkreasi asal DRUM dan BLEK wajib ada dalam satu group tampil.

      Hapus
  2. dan dikau di sini ngelenong juga bang?? :D
    itu harmoni dari musiknya pasti seru ya bang? macam di yutub2 kayaknya ya?

    BalasHapus
  3. Waaahhh mas Indra main ke Kampung Ragam Warna juga, nih. Saat diajak ke kampung ini pertama kali bulan Mei lalu, aku juga terpesona sama pertunjukkan drumblek. Saat itu ditunjukkan dalam rangka peresmian Kampung Ragam Warna. Drumblek itu bersahaja (cuma pake "blek" gitu lho) tapi unik dan keren! Mereka sampai perform ke Jepang lho. Sayang saat Festival Drumblek kemarin saya berhalangan hadir, ternyata seru banget!

    Terima kasih sudah mengabarkan, mas. Semoga Kampung Ragam Warna Mranggen di kab. Kendal ini terus berkembang.

    BalasHapus
  4. Wah, kita ga ketemu ya kak pas di sana. Selama 2 hari di Kampung Ragam Warna meriah banget acaranya. Seru ketemu seniman muda daerah setempat.

    BalasHapus

Scroll To Top