Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Rabu, 08 Januari 2020

SEHARI TELISIK GRESIK



Apa yang pertama kali terlintas di benak bila kamu mendengar kata Gresik ?. Semen Gresik ?, Petrokimia Gresik ?, Sunan Gresik? Atau pabrik-pabrik?.
Yup!, tak jauh beda dengan apa yang terjadi pada saya. Beberapa kata di atas adalah sesuatu yang lekat di ingatan saya ketika mendengar kata Gresik. Saya pun mencari tahu mengenai akses hingga penginapan di Gresik beberapa pekan jelang keberangkatan menuju Gresik. Terlebih kunjungan ke Gresik bukan soal pelesiran semata. Tetapi misi menghadiri undangan test jelang penerimaan santri baru di Pondok Pesantren Al Furqon, Sidayu – Gresik.  Eiittss, tenang, yang mau jadi santri bukan saya, hahaha. Tapi putera sulung saya.


Alun Alun Gresik nan tenang.
 
PERJALANAN BANDAR LAMPUNG – GRESIK.

Saya dan Abang – putera Sulung saya telah memulai perjalanan malam dengan menumpang bus damri dari Bandar Lampung menuju Gambir, Jakarta sebelum kemudian meneruskan tujuan ke Bandara Soekarno Hatta dengan Airport Bus. Tiket pesawat dengan harga yang terjangkau telah saya pesan jauh hari begitu undangan pelaksanaan test di terima. Segala persiapan jelang ujian masuk pun tinggal pelaksanaan.

Sebenarnya, ketika tiba di Bandara Juanda – Surabaya, saya dan Abang sepakat untuk naik Airport Bus menuju Gresik sebelum kemudian menuju Sidayu dimana lokasi Pondok Pesantren Al Furqon berada. Tapi berkat kebaikan hati mas Andre, sahabat saya dalam komunitas 'All Community For Humanity' yang tinggal di Surabaya menjemput kami di Bandara bahkan berkenan mengantarkan saya dan Abang langsung ke lokasi Pondok Pesanteran Al Furqon. Malah mas Andre sempat mentraktir kami menikmati Iga Penyet. Alhamdulilah. Makasih mas Andre yang baek dan selalu kece bana bana!. Rotik!!, hahaha.

Mas Andre yang baek nan kece bana bana!!!.
 
PESONA KOTA SANTRI

...”rame banged, ya Bang ?” bisik saya ke anak bujang saat kami tiba di bagian depan dari kawasan Pondok Pesantren.  Kami datang saat waktu shalat Maghrib tiba. Ratusan santri memenuhi bangunan masjid hingga koridor luas yang terbentang di bagian belakang masjid. Saya dan Abang bergegas kebagian belakang. Menaruh tas ransel bawaan kami dan langsung mengambil wudhu sebelum ikut dalam barisan makmum.

Usai tiga rakaat waktu Maghrib, saya melemparkan pandangan ke sekitar kawasan masjid.  Padat para ikhwan. Melafaskan ayat suci Al Quran adalah aktivitas lanjutan para ikhwan usai berjamaah. Saya beranjak mendekati barang bawaan yang sempat saya dan Abang taruh di rak belakang.  Mata saya memandangi kawasan masjid hingga melihat langsung bangunan Al Furqon secara keseluruhan dalam remang senja kala itu.  Setiap santri yang berpapasan dengan saya menganggukkan kepala sebagai tanda hormat hingga melempar senyum. Sungguh indah tata karma mereka menyambut tamu. Ingin tahu lebih lanjut soal Pondok Pesantren Al Furqon bisa klik disini.
 
Salah satu Bangunan dalam kawasan Pondok Pesantren Al Furqon, Sidayu, Gresik.

Kami di arahkan penjaga pondok ke sebuah ruang belajar yang di tata sebagai tempat bermalam para santri dan wali santri  sebelum esok pagi mengikuti serangkaian tahap ujian masuk. Mengisi waktu malam, lepas Isya, saya berbincang akrab dengan beberapa wali santri yang ternyata datang dari berbagai kota di Indonesia. Dari ragam perbincangan saya mendapat informasi bahwa di Gresik terdapat banyak pondok-pondok pesantren dan institusi pendidikan berbasis agama Islam.  Hal tersebut di dasari oleh perkembangan agama  Islam  di tanah Jawa yang telah ada sejak awal abad ke 11. Saat kehadiran Syech Maulana Malik Ibrahim dan Fatimah Binti Maimun sebagai pembawa dan penyebar ajaran Islam di dataran Jawa kala Gresik kerap dikunjungi pedagang  dari Cina, Arab hingga Gujarat.
Melalui obrolan bersama para wali santri, saya semakin yakin akan pendidikan yang di pilih oleh putera Sulung saya tersebut. Menjadi santri pada Pondok Pesantren Al Furqon memang menjadi pilihan si Abang. Semoga ia senantiasa Istiqomah. Amin.

Abang, seusai melaksanakan test. Semoga hasilnya seindah senyumnya.
 
KAMPUNG KEMASAN, ALUN ALUN DAN KULINERAN.

Pelaksanaan ujian masuk santri baru pun berlangsung lancar.  Tak sia-sia mengantri sejak pagi. Nomor antrian 3 yang di dapat Abang membuat ia dapat menjalani test lebih awal sehingga selesai lebih cepat. Ada gunanya juga bermalam di dalam lingkungan Pondok Pesantren.

Karena pelaksanaan test yang tergolong cepat dan waktu masih pagi, maka saya menawarkan pada Abang untuk sejenak menikmati kota Gresik sebelum menunggu penerbangan di Bandara Juanda di sore hari.
“Ada mobil rental yang bisa antar kita berdua langsung ke Bandara dengan biaya Rp.130.000/orang tapi kita bakal lama menunggu di Bandara.  Atau  dengan biaya sama tapi kita main-main dulu di Alun-alun Gresik, main ke kampung tua, lihat tengah kota plus icip-icip kuliner Gresik. Abang pilih mana?” urai saya pada Abang.
“jalan- jalan aja dulu.” jawab Abang tanpa jeda lama.
Well, hobi Bapak dan Anak emang gak beda jauh lah yaa… hehehe. 
Kemon Genks!!!.

Masjid Jami' Gresik dekat Alun Alun.
 
Tujuan pertama kami adalah ke kawasan wisata kota tua di Gresik. Tepatnya Kampung Kemasan yang berada di jalan Nyi Ageng Arem Arem, Kemuteran, Pekelingan, Gresik. Menumpang  mobil ojol ke lokasi ini  dari kawasan Manyar setelah merasakan bis umum dari alun alun Sidayu. Tiba di kawasan Kampung Kemasan, pandangan mata di manjakan oleh bangunan-bangunan bergaya Belanda dan Tiongkok dengan arsitektur nan khas bertema Indische Empire Style yang popular di abad ke-19. Sebagian bangunan masih terawat bersih, meski sebagian lagi terlihat kusam seiring zaman.  Saya dan Abang memandangi dengan lekat setiap bangunan yang kami lalui usai melewati gapura Kampung Kemasan yang sederhana lalu menyusuri lorong jalan berhias  bangunan-bangunan lampau di kiri dan kanannya. 

Gerbang Kemasan siap menyambut pengunjung.

jalan yang menyajikan bangunan banguna bergaya lampau.

Salah satu bangunan dengan pengaruh Belanda dan Tiongkok.
 
Bangunan-bangunan bergaya khas dalam kawasan Kampung Kemasan merupakan milik para pedagang dan saudagar kaya raya di masa kejayaan jual beli di Gresik sebelum kemudian berpindah ke pelabuhuan Tanjung Perak di tahun 1911.  Terselip nama penghuni di setiap bagian depan bangunan. Sehingga memudahkan pengunjung mengetahui pemilik hingga silsilah keluarga yang menempati bangunan tersebut. Penyebutan nama Kemasan pada kawasan perkampungan berasal dari perajin emas bernama Bak Liong yang kualitas kerajinan perhiasan emas karyanya mampu menarik minat banyak pengunjung tandang ke kawasan kampung.

di sebut Rumah Gajah Mungkur.

Ku minta Anak Bujang bergaya depan bangunan rumah Gajah Mungkur.
 
Usai memuaskan pandangan mata dan photo-photo di Kampung Kemasan, saya dan Abang berjalan kaki menuju Alun Alun sembari melalui pasar baru Gresik. Biasa, penyuka pasar tradisional wajib rasanya blusukan sesaat untuk sekedar beli jajanan pasar.  
Butuh melangkah sekitar 500 meter dari kawasan pasar sebelum tiba di Alun Alun Gresik yang jaraknya berseberangan dengan Masjid Jami’ Gresik dan  konon baru saja di resmikan pada Maret 2019 setelah 2 tahun sebelumnya di renovasi. Saya tak tahu persis seperti apa bentuk Alun Alun Gresik sebelumnya. Tapi kesan pertama saat melihat kawasan sekitar Alun Alun  adalah rapih dan bersih.  Meski sayang tulisan balok ALUN ALUN terhalang kawat hingga tidak bisa mengabadikan diri dekat tulisan tersebut. Siang itu tergolong lengang. Saya dan Abang menyempatkan kulineran sekitar Alun Alun. Untuk makan siang kami singgah sesaat di warung Soto yang bersebelahan dengan Nasi Kramu – kuliner khas Gresik yang tersaji berupa nasi pulen terbungkus daun pisang dengan irisan daging sapi, semur daging, jeroan, sambal dan taburan serundeng diatasnya. Maknyuusss!!!.
 
Wajah baru Alun Alun nan bersih dan asri.

arsitektur yang menarik

sayang tulisan ALLUN ALUN GRESIK tertutup kawat kawat.


MAKAM MAULANA MALIK IBRAHIM

…”ternyata gak jauh dari sini ada makam Wali Songo lho…” ucap saya pada Abang setelah saya coba-coba cek lokasi sekitar via Google Map.
 “Kesana yok, liat bentar. Mumpung lagi di sini” ajak saya pada Abang.
Kami pun melangkah ke bagian utara dari letak Alun Alun. Tepatnya melalui jalan di bagian kanan dari letak Pendopo. Gapura yang menerangkan kawasan wisata makam Malik Ibrahim menyambut langkah kaki kami.   Bila di lihat dari rambu yang terpasang, gapura yang kami lalui bukanlah pintu masuk. Melainkan pintu keluar.
Butuh melangkah sejauh 200 meter ke letak Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim atau yang familiar dengan sebutan Sunan Gresik tersebut. Puluhan peziarah terlihat memadati kawasan pemakaman. Secara pandangan mata, komplek makam tidak terlalu luas. Terdapat dua bagian utama dari kawasan pemakaman. Pertama bangunan berbentuk pendopo sebagai tempat utama makam Syekh Maulana Malik Ibrahim pada makam para ulama lainnya. Sedangkan bangunan lainnya berupa gedung dua lantai yang berfungsi sebagai ruang pertemuan, kantor pengurus hingga masjid untuk para peziarah melaksanakan shalat.

peziarah di bangunan joglo berisi makam Syekh Maulana Malik Ibrahim.

Suasana di makam Syekh Maulana Malik Ibrahim
 
Yang menarik, sebelum memasuki kawasan joglo yang berisi makam Syekh Maulana Malik Ibrahim peziarah terlihat melewati sebuah gapura yang berukuran tak lebih dari 2 badan orang dewasa. Konon, para peziarah wajib melafaskan salam pada Syekh Maulana Malik Ibrahim saat melewati pintu tersebut sebagai ucapan selamat datang di lokasi makam.

Gapura masuk ke bagian Joglo Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim.
 
Selain nisan makam Sunan Gresik atau Syekh Maulana Malik Ibrahim, di dalam bangunan joglo juga terdapat makam Syayyidah Siti Fatimah dan Syekh Maulana Maghfur yang merupakan istri dan anak laki-laki dari Maulana Malik Ibrahim. Ketiga makam tersebut di kelilingi pagar besi.

Karena tujuan saya dan Abang bukan melakukan ritual berdoa seperti para peziarah, maka saya dan Abang justru tertarik mendatangi areal pemakaman yang terletak di sisi dalam.  Selain lebih sepi. Bentuk batu nisan dalam area makam tergolong unik dan menarik untuk di simak. Sebagaimana keterangan pada bagian depan dari area pemakaman, dalam kawasan yang kami sambangi terdapat makam Kyai Ngabehi Tumenggung Poesponegoro yang merupakan Bupati Gresik Kaping I (1688 – 1696).

Gapura menuju letak Makam Bupati pertama Gresik.

Nuansa Areal Pemakaman.
 
Sebuah Prasasti dalam area makam Maulana malik Ibrahim.
bentuk nisan yang menarik di simak.
 
Sebenarnya pingin melakukan eksplorasi lebih berkenaan dengan sejarah Wali Songo dan makam makam para wali di Gresik. Namun apa daya, waktu kami yang terbatas. Penerbangan pukul 18.40 telah menunggu.  Usai menengok area pemakaman lengkap dengan menjelajahi jalan sekitar pemakaman. Kami menuju terminal bus Bunder – Gresik untuk menaiki Airport Bus menuju Bandara Juanda.  Kelak, ada banyak waktu luang untuk menjajaki pesona wisata dan nilai-nilai sejarah serta religi di Gresik. Termasuk keinginan untuk tandang ke Bawean via Gresik. Bila putera Sulung saya di terima menjadi Santri di Al Furqon, Sidayu – Gresik, maka  dapat di pastikan akan ada kunjungan selanjutnya. Semoga.

7 komentar :

  1. Aku juga kalau denger Gresik keingetnya semen bang haha. Beda dengan kota semen Baturaja, Gresik ini apik. Bersih banget kalau diliat di foto.

    Btw semoga si Abang keterima sekolah di pesantren impian. Amin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiinnn... makasih doa nya buat Abang yang pengen banged study di Al Furqon.

      Hapus
  2. Smoga ketrima ya bang ,. Sukses sllu buat kak innnn .

    BalasHapus
    Balasan
    1. thanks broh... sukses juga buat job di Metro yaaa

      Hapus
  3. Waw,ITS amazing! Ni ayah hazel y?

    BalasHapus
  4. Waw,ITS amazing! Ni ayah hazel y?

    BalasHapus

Scroll To Top