tak saling mengenal sebelumnya - dipertemukan karena misi yang sama - Mengibarkan Bendera Merah putih di Gunung Anak Krakatau |
Pagi
itu, di Dermaga Canti – dermaga yang menghubungkan beberapa kapal ke Pulau Sebesi
dan beberapa pulau di sekitarnya termasuk Anak Gunung Krakatau, telah ramai
dengan beragam aktivitas. Saya dan Derry – sahabat dan partner saya dari Bandar
lampung setelah menempuh 2 jam perjalanan tiba di Dermaga Canti dengan perasaan
senang dan cukup tergambar seperti apa perjalanan kami selanjutnya.
Info
tentang Tour Krakatau dan sekaligus perayaan hari kemerdekaan Republik
Indonesia ini semula saya peroleh dari mas Arie – seorang Photographer Under
water, yang sebelumnya terlibat dalam project pemotretan Hijab style Muli Mekhanai
Kota Bandar Lampung. Dan saya pun menawarkan Tour Krakatau pada Derry yang
menyukai trip ke pantai dan alam terbuka.
saya dan Derry |
Setelah
rombongan lengkap dilanjutkan briefing tentang pelaksanaan Tour Krakatau,
perkenalan dan tata Tertib dalam team selesai, Kami melanjutkan perjalanan
menuju Pulau Sebesi. Dengan menumpangi Kapal ukuran standard kami memulai
perjalanan dua jam yang tak biasa. Saya, Derry dan beberapa orang dalam team
memilih merebahkan diri dan tertidur sebagai pengalihan pada sapuan ombak yang
cukup kencang. Dalam team ini, juga ada seorang berkebangsaan Pakistan yang
telah melakukan tour Sumatera dari Sabang hingga Lampung bernama Amir tetapi
lebih bangga di panggil dengan sebutan TEJO. Beragam usia dan profesi ada dalam
team. Dari anak anak SMP, mahasiswa hingga Bapak Bapak dan Ibu Ibu beranak tiga
dan berprofesi pekerja pun ada.
Pukul
13.00 kami tiba di Pulau Sebesi. 2 jam perjalanan melelahkan terbalas dengan
view pantai yang cukup asri. Ada 9 cottage yang tertata rapih di pinggiran
Pantai. Kami harus menunggu sesaat di bibir dermaga karena penginapan sedang di
persiapkan. Kami – 37 orang dalam team di pecah dalam 4 rumah Homestay yang
merupakan rumah penduduk asli Pulau Sebesi, yang berjarak 500 meter dari
dermaga.
salah satu dermaga di Pulau Sebesi |
Pulau Sebesi
berada di wilayah Desa Tejang, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan. terdiri dari empat dusun yaitu; Dusun I
Bangunan, Dusun II Inpres, Dusun III Regahan Lada, dan Dusun IV Segenom. Luas
wilayah Pulau Sebesi adalah 2620 ha dengan panjang pantai 19,55 km. Sebagian
besar daratan Pulau Sebesi tersusun dari endapan gunung api muda dan merupakan
daratan perbukitan. Bukit tertinggi di Pulau Sebesi mencapai 884 meter dari
permukaan laut dengan bentuk kerucut yang mempunyai tiga puncak. Terletak di
Selat Sunda atau wilayah selatan perairan Lampung. Pulau Sebesi berada di
sebelah selatan dari Pulau Sabuku sebelah timur Pulau Serdang dan Pulau Legundi
serta sebelah Timur
Laut Gugusan Krakatau. Pulau
ini merupakan daratan yang paling dekat dengan Gugusan Krakatau dan turut menjadi saksi
kedahsyatan letusan besar Krakatau tahun 1883. Terdapat 3 dermaga semi-permanen
di Pulau Sebesi. Warga di Pulau Sebesi dominan bercocok tanam di perkebunan
mereka. Selainbermata pencaharian sebagai pedagang dan juga pengelola cottage
dan home stay dimana pengunjung bisa menyewa rumah mereka sebagai tempat
bermalam selama di Pulau Sebesi.
Setelah
menaruh barang bawaan dan makan siang, kami kembali melanjutkan perjalan dengan
Kapal menuju Pulau Umang, menikmati suasana sore di Pulau Umang yang berukuran relative
kecil dengan keindahan terumbu karangnya.
Setelah
cukup puas menikmati Pulau Umang, kami kembali ke home stay di Pulau Sebesi
dengan hidangan bakso ikan persembahan Ibu Home Stay yang baik sebelum makan
malam dan menikmati suasana perayaan 17 agustusan khas warga Pulau Sebesi. Si Tejo
– Bule Pakistan pun di daulat untuk perfom di panggung dan berjoget dangdut
dengan beberapa orang dalam team termasuk saya..hhahaha. Tak lupa mencharger
Handphone dan power bank karena arus listrik di Pulau Sebesi hanya berlaku
sejak pukul 18.00 hingga 24.00 selebihnya Pulau Sebesi gelap gulita tanpa
beraliran listrik begitupun siang hari. Termasuk signal yang tak terakses,
kecuali signal product Telkomsel, itupun hanya bisa di dapat di bibir Pulau dan
dekat Dermaga.
sebagian The Team |
MENGUKUR
KEKUATAN
Bulan
belumlah beranjak dari peraduannya. Lamat lamat cuaca dingin di subuh buta
masih terasa di sekujur tubuh. Pukul 3
pagi, Saya dan team yang berjumlah 37 orang telah berkemas dan bergegas
menyatukan semangat dan tekad untuk mencapai tujuan utama kedatangan kami di
sini ; Mendaki Anak Gunung Krakatau. Pendakian Anak Gunung Krakatau yang akan
kami lakukan bertepatan dengan perayaan 69 tahun Kemerdekaan Republik
Indonesia.
Saya yang
masih menahan kantuk dan dinginnya cuaca Pulau Sebesi menyemangati diri agar
dapat melalui segala aktivitas hari ini.
Kapal di
hidupkan dengan penerangan secukupnya dalam gelapnya pagi yang masih membius
tubuh yang masih lelah. Awal keberangkatan ombak cukup tenang. Beberapa dari
kami termasuk saya memulai dengan sarapan nasi uduk dalam box yang telah di
siapkan panitia. Namun, suasana ombak yang bersahabat itu tak berlangsung lama.
Beberapa menit dari keberangkatan bahkan nasi box belumlah habis, Ombak
menerjang sangat kencang!. Beberapa kali air laut masuk kedalam perahu. Sahabat
saya – Derry adalah satu dari beberapa orang yang tersiram air ombak yang masuk
tanpa permisi kedalam kapal. Belum selesai kepanikan melihat air laut mampir
kedalam kapal kecil kami, sejenak kami di buat tercengang tegang ketika kapal
menukik tajam kearah kiri dan kanan. Terombang ambing dalam buaian ganas nya
ombak yang menampakkan semangat kemerdekaannya. Saya sempat berucap pada
sahabat saya – Derry yang pandai berenang untuk menyelamatkan saya jika terjadi
kapal karam dan tenggelam. Fikiran buruk tentu ada di semua benak dalam terpaan
ombak yang benar benar tak bersahabat. Ombak bukan lagi berupa air. Rasanya ia
berkaki dan bertangan yang dengan lincah memainkan Kapal kecil yang kami tumpangi
dengan sekehendakhati. Terlihat oleh
saya beberapa sosok telah tergeletak merebahkan diri sebagai upaya pengalihan
diri dari kondisi kapal yang terombang ambing oleh ombak dan badai. Sebagain sudah
mulai muntah dan tampak sekarat. Saya pun mulai men-suggest diri agar tak ikut
mabuk laut dan jatuh sakit karena saya tahu perjuangan sebenarnya barulah di
mulai. Sejujurnya, dalam pengalaman saya naik kapal menyeberangi lautan, ini
adalah moment paling ‘gila’ dan menantang maut. Dalam benak saya hanya ada doa
dan fikiran apa yang harus saya lakukan jika terjadi hal terburuk pada Kapal
kecil yang kini berjuang melawan ganasnya ombak.
Dua jam
setelah berjuang dengan ganas nya ombak, saya dan team tiba di bibir anak gunung
Krakatau yang telah ramai oleh pengunjung lain yang datang dari beragam penjuru
tanah air. Ke-eksotikan Anak Gunung Krakatau tentu telah memanggil hasrat adventure
seseorang untuk mendaki nya. Saya melihat pemandangan teman teman dalam team
berjuang menguatkan diri setelah mengeluarkan muntahan dari sarapan pagi yang
salah setting. Termasuk sahabat saya – Derry yang saya kenal lebih kuat dari
saya pun ikut muntah.!! Uniknya, meski 2 jam pelayaran plus muntah karena permainan ombak, teman teman, termasuk saya masih mampu cheers up dan photo bersama termasuk selfie. Dasar Narsis.!! hahahaa
Benar
adanya, jika kesulitan terberat dari mendaki Anak Gunung Krakatau bukanlah
terletal pada rute pendakiannya tapi pada kekuatan mental dan personal
seseorang untuk melalui ganasnya ombak yang menerjang kapal yang di tumpangi.
Terbayang betapa hebat para penjuang kemerdekaan dahulu yang berhari hari
bahkan berbulan bulan menentang ombak dan menantang ketakutan diri bahkan siap
sedia mati dalam karamnya kapal di tengah lautan hanya untuk berjuang
menyelamatkan bangsa dan Negara ini. Aaahh…
ternyata jika mengingat kegigihan para pejuang belumlah ada apa apa nya
pengorbanan yang saya dan teman teman lakukan selama 2 jam menantang ketakutan bahkan menaklukan
ego diri untuk membaur dan saling membantu jika hal terburuk terjadi nantinya.
saya dan team mendaki Anak Gunung Krakatau |
TERBAYAR
LUNAS
Menegangkan dipermainkan ombak ganas selama 2 jam dan pendakian yang relative tak mudah
dengan kontur tanah bebatuan kecil terjal dan pasir halus terbayar lunas ketika
berada di puncak Anak Gunung Krakatau. Pemandangan yang bukan hanya dari buku atau cerita dari
orang lain, Tetapi mengalami langsung. Meresapi betapa indah buatan sang
pencipta yang tak bisa di tandingi oleh buatan manusia hebat digdaya sekalipun.
Bangga menjadi orang Indonesia selalu ada dalam diri saya ketika berkunjung ke
beberapa keindahan alam di belahan Nusantara. Betapa saya senang menjadi bagian
dari team Trip Krakatau ini. Tak lama
setelah kami menikmati keindahan view yang nampak dari puncak Anak Gunung
Kraktau dan tentu mengabadikannya melalui beragam foto bersama, kami pun
melanjutkan pengibaran Bendera Merah Putih dengan penghormatan khusus dan
sebuah kehormatan bagi saya di daulat memimpin Lagu Indonesia Raya. Lagu yang
sangat Patriotik dan begitu ‘membakar’ semangat terdengar lantang dari puncak
Anak Gunung Krakatau sama dengan betapa lantangnya kami dalam jiwa jiwa haus
bertualang menjajakkan kaki menikmati indahnya ciptaan Ilahi. Tak di pungkiri,
kami menyukai tantangan dalam sebuah perjalanan panjang yang menyenangkan.
Anak Gunung Krakatau nampak dari kejauhan |
Sunrise persisi di depan bibir pantai |
Setelah puas
menikmati diri diatas puncak Anak Gunung Krakatau, kami kembali menyusuri
lereng dan beristirahat sejenak sebelum akhirnya kami ber-snorkeling di Pulau
Lagoon Cabe, yang rasa airnya pedas bagai air cabe.
Letihnya
pengarungi lautan, mendaki dan menyusuri lereng gunung tak lah jadi masalah
besar bagi saya dan team. Kebahagiaan berhasil menaklukkan diri dan mengukur
kekuatan nyali adalah suatu anugerah bahwa diri ini layak di sebut petualang
dalam rentang kekejaman ombak yang tak biasa, dalam keterbatasan fasilitas dan keterbatasan personal.
Terima kasih
buat semua teman teman yang tergabung dalam Team ini.
Terima kasih
atas kesempatan yang menjadikan semua ini pembelajaran dan pengalaman berharga
bagi saya.
Terima Kasih
Sahabatku, Saudara ku – my Ding – Derry atas perkenan berbagi suka dan duka
selama perjalanan ini. Partner hebat yang berkenan di ajak gila dan menikmati
keterbatasan.
Terima kasih
saudara saudara baru saya, teman teman Cilegon dan Jakarta. Terima kasih atas
waktu yang luar biasa berharga bagi pembentukan jati diri kita yang
sesungguhnya.
Terima
kasih, Tuhan atas pengalaman dan perkenan kami selamat dalam segala rentang
ujian hidup yang ada.
Sampai
bertemu pada Trip berikutnya ….
our Friendship |
menikmati keindahan Pulau Umang |
pokoke WOOOOOW K.E.R.E.N pake banggets...senang bisa berkenalan dgn bang indra, mas dery dan teman2 baru lainnya....Trip dahsyat karena nyawa disubuh itu menjadi terombang-ambing. salut buat team kita yg gak pake panik..tetaaap cool walopun sdh digempur ombak. Kapaaaan yaak kitaa ngetrip lagii, poto2 narsis lagi.....tapi gak pake muntah jamaah .....hahaha...pokoke like this yoaaa..muantebb
BalasHapus