Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Senin, 18 Agustus 2014

KRAKATAO ADVENTURE ; FRIENDSHIP AND FEARLESS

tak saling mengenal sebelumnya - dipertemukan karena misi yang sama - Mengibarkan Bendera Merah putih di Gunung Anak Krakatau


Pagi itu, di Dermaga Canti – dermaga yang menghubungkan beberapa kapal ke Pulau Sebesi dan beberapa pulau di sekitarnya termasuk Anak Gunung Krakatau, telah ramai dengan beragam aktivitas. Saya dan Derry – sahabat dan partner saya dari Bandar lampung setelah menempuh 2 jam perjalanan tiba di Dermaga Canti dengan perasaan senang dan cukup tergambar seperti apa perjalanan kami selanjutnya.
Info tentang Tour Krakatau dan sekaligus perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia ini semula saya peroleh dari mas Arie – seorang Photographer Under water, yang sebelumnya terlibat dalam project pemotretan Hijab style Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung. Dan saya pun menawarkan Tour Krakatau pada Derry yang menyukai trip ke pantai dan alam terbuka.

saya dan Derry
Sebelum memparkir kendaraan di Dermaga Canti, kami bertemu dengan rombongan tour yang berasal dari Jakarta dan Cilegon. Tak butuh waktu lama bagi kami berkenalan dan akhirnya berakrab diri sebagai sebuah team. Kami pun menyempatkan photo bersama dan mengabadikan moment kebersamaan di beberapa titik di sekitar Dermaga Canti yang super ramai bagai pasar pagi sebelum akhirnya rombongan Mas Arie dan rekan rekan lain yang konvoi dari Kota Bandar Lampung datang.
Setelah rombongan lengkap dilanjutkan briefing tentang pelaksanaan Tour Krakatau, perkenalan dan tata Tertib dalam team selesai, Kami melanjutkan perjalanan menuju Pulau Sebesi. Dengan menumpangi Kapal ukuran standard kami memulai perjalanan dua jam yang tak biasa. Saya, Derry dan beberapa orang dalam team memilih merebahkan diri dan tertidur sebagai pengalihan pada sapuan ombak yang cukup kencang. Dalam team ini, juga ada seorang berkebangsaan Pakistan yang telah melakukan tour Sumatera dari Sabang hingga Lampung bernama Amir tetapi lebih bangga di panggil dengan sebutan TEJO. Beragam usia dan profesi ada dalam team. Dari anak anak SMP, mahasiswa  hingga Bapak Bapak dan Ibu Ibu beranak tiga dan berprofesi pekerja pun ada.
 
Pukul 13.00 kami tiba di Pulau Sebesi. 2 jam perjalanan melelahkan terbalas dengan view pantai yang cukup asri. Ada 9 cottage yang tertata rapih di pinggiran Pantai. Kami harus menunggu sesaat di bibir dermaga karena penginapan sedang di persiapkan. Kami – 37 orang dalam team di pecah dalam 4 rumah Homestay yang merupakan rumah penduduk asli Pulau Sebesi, yang berjarak 500 meter dari dermaga.





salah satu dermaga di Pulau Sebesi

Pulau Sebesi berada di wilayah Desa Tejang, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan. terdiri dari empat dusun yaitu; Dusun I Bangunan, Dusun II Inpres, Dusun III Regahan Lada, dan Dusun IV Segenom. Luas wilayah Pulau Sebesi adalah 2620 ha dengan panjang pantai 19,55 km. Sebagian besar daratan Pulau Sebesi tersusun dari endapan gunung api muda dan merupakan daratan perbukitan. Bukit tertinggi di Pulau Sebesi mencapai 884 meter dari permukaan laut dengan bentuk kerucut yang mempunyai tiga puncak. Terletak di Selat Sunda atau wilayah selatan perairan Lampung. Pulau Sebesi berada di sebelah selatan dari Pulau Sabuku sebelah timur Pulau Serdang dan Pulau Legundi serta sebelah Timur Laut Gugusan Krakatau. Pulau ini merupakan daratan yang paling dekat dengan Gugusan Krakatau dan turut menjadi saksi kedahsyatan letusan besar Krakatau tahun 1883. Terdapat 3 dermaga semi-permanen di Pulau Sebesi. Warga di Pulau Sebesi dominan bercocok tanam di perkebunan mereka. Selainbermata pencaharian sebagai pedagang dan juga pengelola cottage dan home stay dimana pengunjung bisa menyewa rumah mereka sebagai tempat bermalam selama di Pulau Sebesi.

Setelah menaruh barang bawaan dan makan siang, kami kembali melanjutkan perjalan dengan Kapal menuju Pulau Umang, menikmati suasana sore di Pulau Umang yang berukuran relative kecil dengan keindahan terumbu karangnya.
Setelah cukup puas menikmati Pulau Umang, kami kembali ke home stay di Pulau Sebesi dengan hidangan bakso ikan persembahan Ibu Home Stay yang baik sebelum makan malam dan menikmati suasana perayaan 17 agustusan khas warga Pulau Sebesi. Si Tejo – Bule Pakistan pun di daulat untuk perfom di panggung dan berjoget dangdut dengan beberapa orang dalam team termasuk saya..hhahaha. Tak lupa mencharger Handphone dan power bank karena arus listrik di Pulau Sebesi hanya berlaku sejak pukul 18.00 hingga 24.00 selebihnya Pulau Sebesi gelap gulita tanpa beraliran listrik begitupun siang hari. Termasuk signal yang tak terakses, kecuali signal product Telkomsel, itupun hanya bisa di dapat di bibir Pulau dan dekat Dermaga.

sebagian The Team


MENGUKUR KEKUATAN

Bulan belumlah beranjak dari peraduannya. Lamat lamat cuaca dingin di subuh buta masih terasa di sekujur tubuh.  Pukul 3 pagi, Saya dan team yang berjumlah 37 orang telah berkemas dan bergegas menyatukan semangat dan tekad untuk mencapai tujuan utama kedatangan kami di sini ; Mendaki Anak Gunung Krakatau. Pendakian Anak Gunung Krakatau yang akan kami lakukan bertepatan dengan perayaan 69 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.
Saya yang masih menahan kantuk dan dinginnya cuaca Pulau Sebesi menyemangati diri agar dapat melalui segala aktivitas hari ini. 
Kapal di hidupkan dengan penerangan secukupnya dalam gelapnya pagi yang masih membius tubuh yang masih lelah. Awal keberangkatan ombak cukup tenang. Beberapa dari kami termasuk saya memulai dengan sarapan nasi uduk dalam box yang telah di siapkan panitia. Namun, suasana ombak yang bersahabat itu tak berlangsung lama. Beberapa menit dari keberangkatan bahkan nasi box belumlah habis, Ombak menerjang sangat kencang!. Beberapa kali air laut masuk kedalam perahu. Sahabat saya – Derry adalah satu dari beberapa orang yang tersiram air ombak yang masuk tanpa permisi kedalam kapal. Belum selesai kepanikan melihat air laut mampir kedalam kapal kecil kami, sejenak kami di buat tercengang tegang ketika kapal menukik tajam kearah kiri dan kanan. Terombang ambing dalam buaian ganas nya ombak yang menampakkan semangat kemerdekaannya. Saya sempat berucap pada sahabat saya – Derry yang pandai berenang untuk menyelamatkan saya jika terjadi kapal karam dan tenggelam. Fikiran buruk tentu ada di semua benak dalam terpaan ombak yang benar benar tak bersahabat. Ombak bukan lagi berupa air. Rasanya ia berkaki dan bertangan yang dengan lincah memainkan Kapal kecil yang kami tumpangi dengan sekehendakhati.  Terlihat oleh saya beberapa sosok telah tergeletak merebahkan diri sebagai upaya pengalihan diri dari kondisi kapal yang terombang ambing oleh ombak dan badai. Sebagain sudah mulai muntah dan tampak sekarat. Saya pun mulai men-suggest diri agar tak ikut mabuk laut dan jatuh sakit karena saya tahu perjuangan sebenarnya barulah di mulai. Sejujurnya, dalam pengalaman saya naik kapal menyeberangi lautan, ini adalah moment paling ‘gila’ dan menantang maut. Dalam benak saya hanya ada doa dan fikiran apa yang harus saya lakukan jika terjadi hal terburuk pada Kapal kecil yang kini berjuang melawan ganasnya ombak.
Dua jam setelah berjuang dengan ganas nya ombak, saya dan team tiba di bibir anak gunung Krakatau yang telah ramai oleh pengunjung lain yang datang dari beragam penjuru tanah air. Ke-eksotikan Anak Gunung Krakatau tentu telah memanggil hasrat adventure seseorang untuk mendaki nya. Saya melihat pemandangan teman teman dalam team berjuang menguatkan diri setelah mengeluarkan muntahan dari sarapan pagi yang salah setting. Termasuk sahabat saya – Derry yang saya kenal lebih kuat dari saya pun ikut muntah.!! Uniknya, meski 2 jam pelayaran plus muntah karena permainan ombak, teman teman, termasuk saya masih mampu cheers up dan photo bersama termasuk selfie. Dasar Narsis.!! hahahaa

Benar adanya, jika kesulitan terberat dari mendaki Anak Gunung Krakatau bukanlah terletal pada rute pendakiannya tapi pada kekuatan mental dan personal seseorang untuk melalui ganasnya ombak yang menerjang kapal yang di tumpangi. Terbayang betapa hebat para penjuang kemerdekaan dahulu yang berhari hari bahkan berbulan bulan menentang ombak dan menantang ketakutan diri bahkan siap sedia mati dalam karamnya kapal di tengah lautan hanya untuk berjuang menyelamatkan bangsa dan Negara ini.  Aaahh… ternyata jika mengingat kegigihan para pejuang belumlah ada apa apa nya pengorbanan yang saya dan teman teman lakukan selama 2 jam menantang ketakutan bahkan menaklukan ego diri untuk membaur dan saling membantu jika hal terburuk terjadi nantinya.

saya dan team mendaki Anak Gunung Krakatau


TERBAYAR LUNAS

Menegangkan dipermainkan ombak ganas selama 2 jam dan pendakian yang relative tak mudah dengan kontur tanah bebatuan kecil terjal dan pasir halus terbayar lunas ketika berada di puncak Anak Gunung Krakatau. Pemandangan yang bukan hanya dari buku atau cerita dari orang lain, Tetapi mengalami langsung. Meresapi betapa indah buatan sang pencipta yang tak bisa di tandingi oleh buatan manusia hebat digdaya sekalipun. Bangga menjadi orang Indonesia selalu ada dalam diri saya ketika berkunjung ke beberapa keindahan alam di belahan Nusantara. Betapa saya senang menjadi bagian dari team Trip Krakatau ini.  Tak lama setelah kami menikmati keindahan view yang nampak dari puncak Anak Gunung Kraktau dan tentu mengabadikannya melalui beragam foto bersama, kami pun melanjutkan pengibaran Bendera Merah Putih dengan penghormatan khusus dan sebuah kehormatan bagi saya di daulat memimpin Lagu Indonesia Raya. Lagu yang sangat Patriotik dan begitu ‘membakar’ semangat terdengar lantang dari puncak Anak Gunung Krakatau sama dengan betapa lantangnya kami dalam jiwa jiwa haus bertualang menjajakkan kaki menikmati indahnya ciptaan Ilahi. Tak di pungkiri, kami menyukai tantangan dalam sebuah perjalanan panjang yang menyenangkan.

Anak Gunung Krakatau nampak dari kejauhan

Sunrise persisi di depan bibir pantai


Setelah puas menikmati diri diatas puncak Anak Gunung Krakatau, kami kembali menyusuri lereng dan beristirahat sejenak sebelum akhirnya kami ber-snorkeling di Pulau Lagoon Cabe, yang rasa airnya pedas bagai air cabe.
Letihnya pengarungi lautan, mendaki dan menyusuri lereng gunung tak lah jadi masalah besar bagi saya dan team. Kebahagiaan berhasil menaklukkan diri dan mengukur kekuatan nyali adalah suatu anugerah bahwa diri ini layak di sebut petualang dalam rentang kekejaman ombak yang tak biasa, dalam keterbatasan fasilitas dan keterbatasan personal.

Terima kasih buat semua teman teman yang tergabung dalam Team ini.
Terima kasih atas kesempatan yang menjadikan semua ini pembelajaran dan pengalaman berharga bagi saya.
Terima Kasih Sahabatku, Saudara ku – my Ding – Derry atas perkenan berbagi suka dan duka selama perjalanan ini. Partner hebat yang berkenan di ajak gila dan menikmati keterbatasan.
Terima kasih saudara saudara baru saya, teman teman Cilegon dan Jakarta. Terima kasih atas waktu yang luar biasa berharga bagi pembentukan jati diri kita yang sesungguhnya.
Terima kasih, Tuhan atas pengalaman dan perkenan kami selamat dalam segala rentang ujian hidup yang ada.

Sampai bertemu pada Trip berikutnya ….


our Friendship

menikmati keindahan Pulau Umang

1 komentar :

  1. pokoke WOOOOOW K.E.R.E.N pake banggets...senang bisa berkenalan dgn bang indra, mas dery dan teman2 baru lainnya....Trip dahsyat karena nyawa disubuh itu menjadi terombang-ambing. salut buat team kita yg gak pake panik..tetaaap cool walopun sdh digempur ombak. Kapaaaan yaak kitaa ngetrip lagii, poto2 narsis lagi.....tapi gak pake muntah jamaah .....hahaha...pokoke like this yoaaa..muantebb

    BalasHapus

Scroll To Top