Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Jumat, 25 Desember 2015

TIPS PENTING MEMULAI PUBLIC SPEAKING



Saya - ketika menjadi Pemateri  di depan 129 orang Ibu Ibu GOW Lampung Timur

Dalam beberapa kesempatan sebagai pemateri, saya kerap ditanyai audience tentang bagaimana meningkatkan kemampuan berbicara. Terlebih ketika berbicara di depan banyak orang (public speaking).  Tak sedikit peserta pelatihan yang kemudian meminta tips dan trik pada saya agar mereka lebih percaya diri ketika bertugas berbicara didepan banyak orang.

Berbicara didepan banyak orang – public speaking, bukanlah kemampuan yang harus dimiliki oleh beberapa profesi saja. Kini, dengan semakin berkembangnya zaman ditambah hampir sebagian besar profesi menuntut kemampuan untuk berhadapan dengan banyak karakter personal sehingga mau tak mau  setiap individu harus mampu membawa dan menempatkan diri sebagai personal yang memiliki kemampuan berbicara.

Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan seseorang untuk dapat menjadi personal yang lebih baik lagi ketika melakukan aktivitas bicara didepan khalayak ramai.
1.     Lupakan Batasan.
Dalam kehidupan bermasyarakat, terkadang kita pribadi kerap memiliki ketakutan tersendiri – takut salah, takut maju kedepan, takut ditertawakan ketika bicara, dan ketakutan ketakutan lainnya. Nah, ketakutan yang dipelihara tersebutlah yang kelak akan menjadi hambatan dalam pengambangan kemampuan komunikasi. Terlebih bagi pribadi yang terlanjur mendapatkan ‘Cap’ dari beberapa orang dalam lingkungan pergaulan. Misal- Cap sebagai anak yang tidak mungkin bisa melakukan apapun. Termasuk Cap yang mengarah ke kondisi kekurangan fisik, misal – ceking, jelek, hitam legam, kucel, cungkring, dan lain sebagainya. Cap Cap yang diberikan oleh lingkungan tersebut yang diamini oleh si pemilik badan yang kemudian menghambat kemampuan seseorang. Dalam pengembangan kemampuan berkomunikasipun begitu. Ketika seseorang telah ‘terbungkus’ oleh Cap Cap yang pihak lain berikan maka sulit bagi dirinya untuk melakukan aktivitas tampil dan berbicara di depan umum. Jadi, jangan pernah mengikuti ketakutan dan juga Cap yang orang lain berikan padamu. Karena kemampuan bicara didepan umum – public speaking, tidak dipengaruhi oleh keterbatasan fisik. Bicara didepan umum bukan hanya untuk sosok yang cantik atau tampan saja, tetapi untuk semua yang berkenan belajar untuk bisa.

2.     Perbanyak Membaca.
Sebagian besar peserta pelatihan yang saya tangani kerap mengeluhkan kemampuan mereka berbicara di depan umum adalah ketidaktahuan harus memulainya. Terlebih keterbatasan kata kata yang hendak mereka sampaikan. Nah, tanpa banyak yang menyadari, keterbatasan kata kata yang dimaksud tersebut karena kurangnya membaca. Membaca adalah bagain dari cara meningkatkan kemampuan berbicara didepan umum. Dengan membaca, kita akan mengetahui banyak hal termasuk informasi. Karena tanpa disadari, dari aktivitas membaca tersebutlah kata kata bahkan kalimat demi kalimat yang kita baca secara otomatis akan masuk dalam ingatan dan berdiam dalam fikiran bawah sadar kita. Itulah sebabnya seseorang yang gemar membaca, tentu akan jauh lebih mudah kala berbicara didepan khalayak karena ada banyak kosa kata atau bank kata-kata di memori kepalanya dibanding mereka yang tidak gemar membaca sama sekali.
Jadi, membacalah, karena aktivitas tersebut sangat bermanfaat ketika kita bicara didepan khalayak ramai. Baca apa saja, tak harus buku buku ilmu pasti. Mulailah dari buku bacaan yang menyenangkan dan ringan – majalah, novel, buku buku tips hingga pada karya karya sastra dan buku buku non fiksi lainnya.

3.     Dengarkan!!
Hampir sebagain besar beranggapan bahwa kemampuan berkomunikasi atau bahkan kemampuan berbicara didepan banyak orang merupakan kepandaian mengungkapkan kata kata yang hanya dimiliki oleh beberapa orang saja. Padahal tidak sepenuhnya benar. Kemampuan berbicara juga ditentukan oleh kemampuan mendengar seseorang.  Steven A. Beebe – dalam bukunya The Power of Listen mengungkapkan bahwa kepandaian berbicara seseorang juga ditentukan oleh kemampuan mendengarkan. Karena semakin berkenan kita mendengarkan pihak lain maka semakin kita memiliki kemampuan analisa dan pemahaman akan data yang akurat. Sehingga ketika kita berbicara, informasi yang semula telah kita dengar atau simak tersebut akan sangat mudah kita cerna dan kita ucapkan kembali. Jadi salah besar jika kemampuan berbicara hanya mengenai kepandaian berbicara saja.  Karena memampuan berbicara juga dipengaruhi oleh kemampuan mendengarkan.  Bisa jadi, sosok yang banyak mendengarkan atau menyimak jauh lebih pandai kala bicara di depan khalayak umum ketimbang sosok yang selalu berkicau/rumpi/ngobrol saja.

4.     Tampillah.
Ketika seseorang berniat untuk mempertajam kemampuannya berbicara di depan banyak orang (spoke person/speakers), maka tak ada hal lain yang harus dilakukan selain berlatih. Sesekali beranilah tampil didepan banyak orang.  Untuk hal ini bisa dilakukan ketika ada acara keluarga. Pernikahan salah satu anggota keluarga misalnya, beranilah mengambil tugas sebagai pembawa acara atau penyampai kata sambutan ketimbang hanya sekedar jadi panitia konsumsi atau sapu jagad.  Bagai pepatah “Ulah Bisa karena Biasa”, jadi jika ingin pandai berbicara di depan umum maka harus membiasakan diri tampil. Semakin sering tampil dengan porsi yang tepat maka semakin terasahlah kemampuan seseorang berbicara didepan umum.

5.     Terus Belajar.
Tak ada cara lain, karena menjadi seorang Public Speaker harus terus menerus men-upgrade diri, maka terus menerus belajar adalah salah satu solusi terbaik untuk menjadi seorang yang pandai public speaking. Belajar tidak hanya melulu di bangku akademis, tetapi juga dapat melalui beragam pelatihan atau seminar, bimbingan langsung atau menyimak para spoke person handal. Menghadiri acara acara yang mengetengahkan sosok pembicara handal dapat jadi salah satu cara untuk mencuri ilmu secara langsung. Dapat pula datang ke acara-acara resmi yang didalamnya ada banyak para petinggi dan orang orang tersohor. Bergaullah dengan mereka melalui obrolan ringan yang positive sehingga meningkatkan kemampuan berbicaramu secara tidak langsung.  Jika datang ke pesta pernikahan – misalnya, jangan hanya sekedar datang dan makan lalu duduk dipojokan sebelum salaman dengan pengantin dipelaminan, tetapi cobalah untuk bertegur sapa dengan sosok sosok terkenal seperti – pejabat daerah, pengusaha, para akademisi dan praktisi hingga aktor atau aktris –jika ada. Pujilah profesi  dan karya mereka, sebagai permulaan pembicaraan. Jika kamu dapat respon yang baik teruslah masuk dalam pembicaraan. Fokus pada percakapan akan melatih kepandaian mendengarmu. Dan kemudian berguna untuk kamu merajut percakapan selanjutnya.

Selamat mencoba. Ingat, kemampuan berbicara bukan sebuah warisan turun temurun.  Kepandaian berbicara di depan umum adalah kepandaian yang dapat dipelajari dan kemudian diasah secara tekun dengan tingkat latihan dan dedikasi yang tinggi.


Jika masih bingung juga, silakan hubungi Nomor ponsel  dan WA saya – Indra Pradya – 085269101717 untuk menjadikan saya pemateri seputar Kemampuan Berkomunikasi, Public Speaking Training, Master of Ceremony Class atau Personality and Development Program.

Kamis, 17 Desember 2015

MERAWAT CINTA - SEBUAH PERJALANAN KOMITMEN.




Perjalanan Cinta - Ibarat jalan raya yang tak selamanya lurus, terkadang berkelok, berlubang, menanjak, menurun, berliku dan penuh tantangan. Jika di lalui dengan iklhas dan syukur maka hidup akan lancar dan makmur.



“…silakan…”  suara lembut itu selalu hadir setiap pagi ketika saya sedang bersiap memulai aktivitas.
Suara istri saya.
Ia, tak pernah alpha menyiapkan secangkir kopi panas lengkap dengan beberapa kudapan lezat sebagai hidangan sarapan di meja makan setiap pagi ketika saya dirumah.

Pagi itu, ia tak hanya mempersilakan saya menikmati apa yang ia suguhkan tetapi juga mencium kepala saya saat saya sedang asik men-check akun akun medsos via ponsel.
“tumben, pake cium cium.?” tanya saya bercanda kearahnya.
“kok tumben?” istri saya balik bertanya. Wajahnya serius.
Saya terdiam.
“Ayah lupa ya..?” sahut istri saya seraya ia duduk di kursi persis di depan saya.
Saya masih asik  berselancar di ponsel.
“Dulu, diawal-awal pernikahan, Ayah yang selalu cium kepala Bunda. Sampai anak pertama kita lahir. Seiring waktu. Ayah jadi sosok yang sibuk. Super sibuk.  Demi memenuhi kebutuhan Bunda dan anak anak.  Tak ada lagi ciuman di kepala setiap pagi buat Bunda…. Jadi pagi ini, Bunda yang cium kepala Ayah.”
Saya terdiam. Segera menyingkirkan ponsel. Menatap wajah istri saya yang masih tenang meski kata-kata yang baru saja ia utarakan cukup membuat saya terhenyak.

Istri saya - Dwi Wahyuningsih. Wanita Jawa Konvensional penuh kesederhanaan tetapi Memperkaya jiwa dan cara berfikir saya.

Sungguh waktu berjalan begitu cepat.
Tak terasa putra pertama yang dulu kelahirannya menjadi kebahagiaan bagi saya dan istri kini telah beranjak besar. Kelas 5 SD saat ini. Baru saja di sunat. Begitupun putra kedua dan adik perempuannya. Lengkaplah anak kami. Anugerah yang sang Pencipta percayakan pada saya dan istri.

Sampai diposisi ini – dalam keluarga yang saya bina bersama istri, bukanlah pekara mudah. Ada banyak egoisme dan urusan individu yang harus saya tekan semaksimal mungkin agar dapat sejalan dengan kehendak istri. Meski di banyak hal saya memang cenderung mendominasi. Beruntung, saya memiliki istri yang senantiasa memahami egoisnya diri ini. Beruntung saya memilihnya. Bukan karena fisik semata tapi lebih karena keindahan hatinya yang telah menawan saya sejak dahulu di bangku SMA.

Pernikahan yang saya bina bersama istri tidaklah diawali dengan kemegahan dan banyak kemudahan. Tidak ada fasillitas berlebih dengan nuansa mewah yang orang tua kami berikan. Bahkan kerja keras serta saling mendukung dalam beragam keputusan yang kami pilih telah mewarnai suasana rumah tangga sejak awal. Hingga kini.

Masih ingat dibenak saya, bersedianya istri beserta keluarga intinya menerima pinangan saya meski saat itu saya belum memiliki pekerjaan tetap. Istri saya sungguh berani mempertaruhkan masa depannya ketika menerima lamaran dari pria yang kala itu hanya berprofesi sebagai penyanyi kafe/resto plus pemandu acara. Beberapa bulan jelang hari pernikahan pun saya masih berjuang bekerja serabutan pada beberapa perusahaan sebagai tenaga marketing lepas. Berharap dapat penghasilan tambahan untuk mencukupi pengeluaran pernikahan. Bahkan saya masih memandu acara launching product sebuah merek kosmetik di siang hari dan acara resepsi pernikahan di hotel berbintang pada malam hari tepat sebelum akad nikah terlaksana pada keesokan harinya.

Akad nikah dan resepsi pernikahan sederhana pun berlangsung lancar dengan biaya 20 juta – biaya yang cukup besar di tahun 2004.
Berikrar  untuk saling terbuka, berkomunikasi, memahmi diri dengan berkenan menerima segala kekuarangan pribadi adalah komitmen saya dan istri. Tak begitu paham kami akan arti  kata setia yang retorika.
Dibalik ragam profesi yang saya lakoni saat ini ; sebagai karyawan, sebagai pemandu acara, penyanyi, pengajar, konseptor event, pelaku organisasi hingga sebagai penyuka jalan jalan dan juga penulis dari aktivitas jalan jalan tersebut membuat saya jarang berada dirumah. Jauh berbeda ketika dahulu diawal pernikahan. Sebuah kondisi yang terjadi berdasarkan tuntutan hidup dan juga kewajiban saya sebagai kepala keluarga akan pemenuhan kebutuhan rumah tangga.

Saya, istri dan ke tiga anak anak saya.


Istri saya hebat.
Sungguh saya memiliki partner yang tepat.
Ditengah padatnya aktivitas diluar rumah, ia tak pernah lelah memberi dukungan.  Tak pernah lupa memijat suaminya sebelum tidur. Tak pernah lupa menyiapkan kebutuhan suaminya meski padat dan lelahnya ia sebagai ibu rumah tangga.  Istri saya adalah partner diskusi terbaik untuk keputusan – keputusan yang saya pilih. Termasuk pihak yang berkenan diajak menjaga rahasia.  Istri saya selalu jadi sosok cerdik. Ia dapat dengan piawai mengemukakan sisi lain yang tak pernah saya fikirkan sebelumnya. Sifat konvensional yang ia miliki begitu melengkapi sifat saya yang cenderung imajinatif. Ia bukan sosok istri yang suka berlebihan dalam penampilan. Tak begitu suka memakai perhiasan dan tampil glamour mengikuti trend mode. Baginya fashion adalah identitas diri. Dan identitas diri tidak harus sama dengan orang lain bahkan dengan trend mode yang sedang happening sekalipun. Istri saya tak pernah boros untuk urusan perawatan tubuh dan make up. “seperlunya saja”. begitu ungkapnya disuatu kesempatan. Toh –  make up terbaik adalah kebaikan dan ketulusan hati. Bukan merek ternama produksi luar negeri. Buat apa pakai merek make up mahal tapi hatinya culas dan selalu iri dengki.

Istri saya tidak pernah cemburu dan marah ?. Tentu pernah.
Tapi ia punya cara yang elegan saat menyampaikan rasa cemburu dan amarahnya yang belum tentu dimiliki oleh wanita lain seusianya. Ia pernah keberatan ketika saya terlalu banyak menghabiskan waktu diluar rumah dengan gadis gadis muda yang beberapa diantaranya ia tak suka. Meski ia tidak begitu keberatan ketika saya bersama Muli Muli Kota Bandar Lampung. Karena ia memahami kapasitas saya. Ia sosok yang paham dengan pekerjaan yang saya lakoni. Itulah sebabnya ia tidak pernah cemburu buta dengan partner duet atau partner ngMC saya di panggung. Termasuk tidak pernah mempermasalahkan rekan rekan traveling saya. Bagi istri saya, segala hal positive yang saya lakukan akan ia dukung sepenuh jiwa asal saya tidak pernah lupa pada komitmen yang telah kami ikrarkan diawal pernikahan dulu. Termasuk komitmen saya untuk menyediakan waktu berkualitas bersama keluarga ditengah padatnya aktivitas luar rumah yang saya lakoni.

Quality time bersama keluarga


Saya menyadari, saya bukanlah sosok sempurna. Jauh dari sosok suami ideal. Tapi justru saya merasa ideal karena dilengkapi oleh istri saya.  Sosok sederhananya memperkaya jiwa dan cara berfikir saya. Yang kemudian berpengaruh pada kemampuan saya mengambil keputusan. Saya juga kagum dan menghargai keputusan istri saya untuk keluar dari pekerjaannya yang terbilang mapan dan memilih fokus menjaga anak anak. Meski pada perjalanan waktu, ia masih beraktivitas melakukan bisnis rumahan yang menghasilkan uang dengan tetap mendampingi anak anak. Istri saya pun sosok tegas terhadap tumbuh kembang anak anak. Ia tidak pernah memperkenankan orang lain memasak makanan atau menyiapkan minuman untuk anak anak. Termasuk asupan makan sejak balita hingga kini. Istri saya selalu bertindak sebagai ‘full time chef’  bagi anak anak termasuk saya. Hasil masakannya selalu lezat. Hobinya menguji-coba resep masakan nyaris sempurna. Jika saja saya tidak menerapkan pola diet dapat dipastikan ukuran tubuh saya akan membengkak!.

Tak ada alasan untuk saya tidak bersyukur atas nikmat hidup yang Tuhan berikan. Atas perkenan Tuhan  mempertemukan saya pada pendamping hidup yang sungguh melengkapi diri ini. Sosok yang selalu mengajarkan saya untuk kuat dan tidak pernah mengeluh. Sosok yang senantiasa mengingatkan saya akan kealphaan saya sebagai pribadi yang lemah.  11 tahun kami bersama. Bukan ukuran sesaat tetapi juga bukan sebuah akhir. Ada banyak kesiapan yang harus berkenan saya dan istri hadapi didepan nanti. Hanya atas izin ilahi perjalanan cinta ini terjadi. Tugas saya dan istri untuk terus merawat anugerah yang Tuhan telah pertautkan sejak pertama kami dipertemukan. Janji saya untuk tetap memegang komitmen atas kepercayaan yang telah ia serahkan sepenuhnya pada saya. Tak akan tega saya menghianati kepercayaan tersebut. Cukuplah ia seorang hingga hayat memisahkan. InsyaAllah.  Love You Much, Dwi Wahyuningsih.



Senin, 14 Desember 2015

MENENGOK RUMAH PANGGUNG KHAS LAMPUNG DI BANDAR LAMPUNG

Kedatoen Keagoengan - Kedaton.


Setiap daerah di nusantara memiliki ciri khas bangunan. Tak terkecuali bentuk rumah panggung yang merupakan bangunan khas di masyarakat Lampung. Sejak masa lampau, masyarakat Lampung membangun rumah mereka dengan bentuk panggung.
Rumah panggung sebagian besar berbahan kayu dan berbentuk panggung seperti umumnya rumah di kawasan hutan tropis. Sedangkan teknologi pembuatan rumah panggung – nuwo gacak – lamban langgar, dengan atap miring merupakan karakter khas arsitektur asia. Bagi masyarakat Lampung, rumah berbentuk panggung berfungsi sebagai perlindungan dari serangan hewan seperti ular dan serangga berbahaya lainnya dikala musim hujan. Di musim panen, bagian bawah rumah panggung pun dapat dijadikan sebagai penyimpan hasil panen atau beberapa alat pertanian. Jadi selain sebagai ciri khas bangunan rumah masyarakat Lampung - rumah panggung juga memiliki fungsi sebagai penunjang aktivitas kehidupan masyarakat Lampung.

Bentuk Rumah Panggung yang lebih modern di kawasan Kota Baru - Lampung

Arsitektur rumah panggung khas Lampung merefleksikan semangat keterbukaan, kekuatan, kenyamanan dan keindahan.  Di Lampung rumah tinggal di bangun berangkat dari prinsip buway struktur sosial yang menyatu dengan teritorial. Rumah orang Lampung biasanya didirikan dekat sungai dan berjajar sepanjang jalan utama yang membelah tiyuh atau kampung. Sedangkan setiap tiyuh terbagi lagi dalam beberapa bagian yang disebut bilik yaitu tempat berdiam buway. Bangunan beberapa buway membentuk kesatuan territorial yang disebut marga. Dalam setiap bilik terdapat sebuah rumah klan yang besar disebut nuwou menyanak. Rumah ini selalui dihuni oleh kerabat tertua yang mewarisi kekuasaan memimpin keluarga.

Gerbang masuk kebagaian rumah jajar Intan - kedamaian


RUMAH PANGGUNG DI BANDAR LAMPUNG.

Meski sebagai ibukota provinsi Lampung, Bandar Lampung masih memiliki beberapa rumah khas Lampung baik fungsi sebagai rumah tinggal maupun sebagai rumah adat atau balai pertemuan yang kerap digunakan pada gelaran begawi adapt Lampung.
Tak terlampau sulit mencari rumah panggung di kota Bandar Lampung.

·         NEGERI OLOK GADING – Nama sebuah kawasan yang terletak dekat dengan Sukarame II bagian dari Teluk Betung Barat ini merupakan kawasan yang masih memiliki penduduk suku Lampung. Lengkap dengan jajaran rumah panggung khas Lampung yang terbuat dari kayu masa lampau atau yang telah di modifikasi dengan bangunan lebih modern, dapat dengan mudah dilihat di kawasan Kuripan. Selain itu juga ada rumah adat yang di sebut Lamban Dalom yakni Rumah Adat Kebandaran Marga Balak Lampung Pesisir.



Lamban Dalom di Negeri Olok Gading - Teluk Betung - Marga Balak Lampung Pesisir
·         JAJAR INTAN – KEDAMAIAN  adalah nama sebuah bangunan rumah panggung yang kerap dijadikan sebagai lokasi acara adat/begawi adat Lampung. Terletak di jalan Hayam Wuruk – Kedamaian kecamatan  Tanjung Karang Timur ini adalam milik dari bapak Drs. A. Cholid I. Balaw. Selain bangunan Jajar Intan, di kawasan Kedamaian yang memang banyak didiami masyarakat Lampung suku Pepadun ini juga terdapat bangunan khas Lampung bernama Lamban Sai Ragah milik alm. Firman Gani. Tak hanya itu, di kedamaian juga terdapat Lamban Gedung, bahkan – di Kedamaian kini tengah dibangun masjid dengan corak khas Lampung pepadun.

Jajar Intan - Kedamaian

Lamban Sai Ragah - Kedamaian yang telah mendapatkan sentuhan lebih mdoern

·         JAGABAYA I -  sebuah kawasan di Bandar Lampung yang didiami oleh suku Lampung Pepadun dengan masih memiliki acara adat atau begawi adat khas Lampung secara rutin dengan bangunan Sesat Agung Perwatin Anek Jagabayo di jalan Pajajaran Jagabaya I kecamatan Way Halim. Selain itu beberapa rumah panggung khas suku Lampung pun masih dengan mudah ditemui di kawasan Jagabaya I ini.

Sesaat Agung perwatin Anek Jagabayo di Jakagaya I

Salah satu rumah Panggung khas Lampung di kawasan jagabaya I

·         ABUNG MARGA BALAU – RAJA BASA. Dengan populasi Lampung Pepadun beralamat di jalan Indra Bangsawan – Rajabasa, merupakan kawasan yang dapat dijadikan kunjungan untuk mengetahui suku lampung pepadun dengan rumah panggung yang masih asri. Beberapa diantaranya masih ada yang bertahan sejak puluhan tahun silam. Meski ada pula bangunan rumah panggung yang telah dipugar dan diganti dengan bangunan rumah tinggal yang jauh lebih modern.

Salah satu rumah Panggung - rumah warga di jalan Indera bangsawan- Rajabasa


·         MUSEUM LAMPUNG. Di gedung yang menyimpan banyak benda benda bersejarah ini juga mengetengahkan 2 bangunan khas Lampung yang bersejarah dan merupakan peninggalan masyarakat Lampung sejak dulu.  Arsitektur rumah panggung pertama  adalah Lamban Pesagi yang merupakan rumah tradisional berbentuk panggung yang sebagian besar terdiri dari bahan kayu dan atap ijuk  yang telah berusia 300 tahunan berasal dari desa kenali kecamatan Belalau – Lampung Barat.  Yang kedua ialah Walai atau Lumbung Padi yang berasal dari Wonosobo – Tanggamus yang didirikan pada tahun 1880 masehi dan dipindahkan ke Museum Lampung pada tahun 2001.

lamban pesagi di depan halaman Museum Lampung

Walai / Lumbung Pagi

·         KEDATOEN KEAGOENGAN merupakan kawasan huni dari seorang pemilik bernama Mawardi Harirama. Selain itu bangunan megah yang kerap dijadikan sebagai upacara adat atau begawi adat lampung ini juga terbuka untuk umum bahkan kunjungan wisatawan. Mengingat kelengkapan perabotan dan perpaduan arsitektur yang modern dan tradisional nan apik tersaji di rumah panggung. Selain itu terdapat Rujuk Balagh ‘Rujungan Sako’ – yang kerap dijadikan bagian dari begawi adat lampung.

kedatoen keagoengan

Rujukh Balakh

·         TIUH KEDATON.  Siapa yang sangka, gang kecil di jalan Teuku Umar – Kedaton yang jaraknya tak jauh dari Mall Boemi Kedaton ini adalah kawasan dengan penduduk suku Lampung Pepadun cukup banyak yang telah mendiami kawasan ini sejak dahulu. Dengan bangunan khas masyarakat Lampung dapat dengan mudah dijumpai di gang yang berseberangan dengan Puskesmas Rawat Inap Kedaton ini.  Kini di Tiuh Kedaton juga merupakan Sekretariat Majelis Penyimbang Adat Lampung (MPAL) Kecamatan Kedaton.


kawasan di Tiuh Kedaton

·         SESSAT AGUNG LABUHAN RATU. Kawasan ini juga telah menjadi wilayah huni masyarakat Lampung suku Pepadun sejak dahulu. Hingga mendiami bagian Gunung Terang. Beberapa bangunan rumah panggung dapat dengan mudah ditemui di kawasan ini selain Sessat Agung Labuhan Ratu yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya upacara adat atau begawi adat lampung.

Sesaat Agung Labuhan Ratu - yang lebih mdoern


RAGAM & BAGIAN  ARSITEKTUR LAMPUNG.

Arsitektur tradisional Lampung umumnya terdiri dari bangunan tempat tinggal disebut lamban, lambahana atau nuwou, bangunan ibadah disebut mesjid, surau, rang ngaji atau pok Ngajei, bangunan musyawarah disebut sesot atau bantaian. Dan bangunan penyimpanan bahan makanan dan benda pusaka disebut lamban pemanuhan.

Tangga utama naik ke rumah panggung (geladak)

Ada dua jenis rumah adat Nuwou Balak aslinya merupakan rumah tinggal dari kepala adat (penyimbang adat) yang dalam bahasa Lampung disebut Balai Keratun.  Bangunan ini terdiri dari beberapa ruangan yaitu Lawang Kuri (gapura), Pusiban (tempat tamu melapor) dan  Ijan Geladak (tangga naik ke rumah), anjung-anjung (serambi depan tempat menerima tamu), serambi tengah (tempat duduk anggota kerabat pria), Lapang Agung (tempat kerabat wanita berkumpul). Kebik temen atau Kebik Kerumpu (kamar tidur bagi anak penyimbang bumi atau anak tertua), kabik Rangek (kamar Tidur bagi anak penyimbang ratu atau anak kedua, kebik Tengah (kamar tidur bagi anak pentimbang batin atau anak ketiga).

Anjung - anjung atau serambi menerima tamu dengan ornamen ukuran  khas Lampung

Bangunan lain adalah Nuwou Sesat. Bangunan ini aslinya ialah balai pertemuan tempat para perwatin (penyimbang) pada saat mengadakan pepung adat (musyawarah).  Karena balai itu juga disebut sesat atau balai agung.  Bagian bagian dari bangunan ini adalah ijan geladak (tangga masuk yang dilengkapi dengan atap).  Atapnya disebut rurung agung.  Kemudian anjungan Serasi yang digunakan untuk pertemuan kecil pusiban (ruang dalam tempat musyawarah resmi) ruang tetabuhan (tempat menyimpan alat tradisional) dan ruang kerja bareng.

jajaran rumah panggung di kawasan Lampung Timur

Beberapa kawasan di provinsi Lampung seperti ; Liwa – Lampung Barat, Krui – Pesisir Barat, Lampung Utara, Lampung Timur, atau bahkan Kampung Wanna - Melinting, Blambangan Pager, Kenali, Menggala dan Talang Padang hingga kampung kampung tua lainnya masih mempertahankan rumah panggung.

Salah satu bentuk rumah panggung khas Lampung di Pulau Pisang - Pesisir Barat.

Tanpa perlu menjelajahi seluruh penjuru provinsi Lampung, wisatawan dapat mendatangi langsung rumah panggung khas lampung bahkan rumah adat khas lampung yang ada di kota Bandar Lampung. Berharap bentuk arsitektur rumah adat di kota Bandar Lampung dapat tetap dipertahankan. Karena dapat menjadi acuan sejarah sekaligus bagian dari budaya Lampung yang telah ada sejak dahulu.


Sabtu, 12 Desember 2015

MENGENAL PARA PATRIOT LAMPUNG


Patung Radin Inten II di makam Radin Inten II - Desa Gayam - kecamatan Penengahan - Lampung Selatan - Lampung.




Dalam sebuah masa tentu ada nama nama yang wajib dikenang dan dihormati sebagai pejuang.  Sebagai negara jajahan, Indonesia melahirkan para pejuang pejuang yang kemudian terukir harum dalam jajaran pahlwan nasional. Dari kawasan Aceh hingga Papua, ada runutan personal yang layak dihargai dan dihormati sebagai pejuang.

Patung Radin Inten II di jalan Radin Inten II Kota Bandar Lampung - Provinsi Lampung

Add caption

Wajah Radin Inten II dalam Poster - sumber ; Google.

Begitupun di Lampung. Provinsi berjuluk ‘Sai Bumi Ruwa Jurai’ ini tak hanya memiliki Radin Inten II sebagai patriot yang patut dihargai, Lampung juga memiliki jajaran nama patriot yang berjuang melawan penjajah dengan masa dan wilayah perjuangan yang berbeda.
  1. Pengikhan (pangeran) si Agul Agul – Patriot Lampung Belalau Krui, berjuang melawan tentara inggris yang dating dari Bengkulu tahun 1755 – 1758.  Bengkulu jajahan Inggris dan mereka ingin memperluas daerah jajahan dari daerah Belalau Krui. Akhirnya Bengkulu di tukar Belanda dengan Singapura.
  2. Pengikhan (Pangeran) Indra Kesuma – Patriot Lampung Siwo Mego bertempur melawan Belanda di Lampung Utara dan Lampung Timur tahun 1812 – 1820.
  3. Batin Mangunang - Patriot Lampung Pesisir. Bertempur melawan Belanda diwilayah Teluk Semaka tahun 1820 – 1833. Melarikan diri ke Lingga Riau bersama Raden Imba Kesuma dan Kyai Aria Natapraja. Setelah di Riau di tangkap Sultan Lingga bersama Belanda kemudian di bawa ke Pulau Timur melalui Jakarta. Sampai di Jakarta Kyai Aria Natapraja sakit dan meninggal, Sedang batin Mengunang dan Raden Imba Kesuma meninggal dalam tahanan belanda di Pulau Timor.
  4. Daman Mangku Negara – Patriot Lampung Pesisir Semaka melanjutkan perjuangan ayahnya Batin Mangunang di wilayah Teluk Semaka. Ia sangat gigih karena benci dengan Belanda ditambah dendam atas kematian ayahnya. Perjuangan Dalam Mangku Negara mulai tahun 1833 – 1860.
  5. Raden Intan I (Khadin Intan I) – Patriot lampng Melinting Kalianda. Berjuang dan bertempur melawan Belanda diwilayah gunung Rajabasa dan daerah Kalianda mulai tahun 1825-1833. Tahun 1833 Radin Inten I wafat karena sakit.
  6. Raden Imba Kesuma – patriot Lampung Melinting Kalianda. Merupakan putera dari Raden Intan I yang berjuang dan bertempur melawan Belanda di daerah kalianda dan sekitar gunung rajabasa tahun 1834 – 1835. Karena terdesak oleh belanda, raden Imba Kesuma melarikan diri ke Linggau – Riau bersama pembantunya kyai Aria Natapraja dan batin Mangunung dari Semaka. Raden Imba Kesuma meninggal di Pulau Timor dalam Status Tahanan Belanda.
  7. Radin Inten II merupakan Patriot Lampung Melinting Kalianda. Ia melanjutkan perjuangan ayahnya berperang melawan Belanda di daerah Kalianda dan sekitar gunung Rajabasa tahun 1834 – 1856. Radin Inten II dalam perjuangan melawan Belanda dibantu 2 panglima perang yaitu ; Waak Naas dan H. Wahyu, keduanya berasal dari Banten. Kisah heroik meninggalnya Radin Inten II karena dibunuh Belanda dengan cara dipukul Alu (kayu yang digunakan menumbuk padi – bahasa Lampung) sebagai ketaklukan (kelemahan) ilmu yang dimiliki Radin Inten II. Ia Meninggal dalam usia yang masih sangat muda dan belum pernah menikah.


Jumat, 11 Desember 2015

BERTANDANG KE MAKAM RADEN INTAN II



Makam Radin Inten II



Tanah lapang nan lengang menyambut kedatangan saya dan keluarga siang itu.  Tak ada satu orang pun terlihat meski ada dua sepeda motor terparkir tepat di depan gapura yang menyambut kehadiran pengunjung menuju bagian dalam. Saya dan keluarga tiba di komplek makam pahlawan nasional – Radin Inten II setelah melakukan perjalanan dari Bandar Lampung ke Kota Kalianda – Lampung Selatan selama 2 jam. Ditambah perjalanan dari Kota Kalianda menuju desa Gayam – kecamatan Penengahan, melalui jalan mulus kearah Bakauheni selama 45 menit.


Suasana komplek Makam radin Inten II

Diorama bagian kanan

Diorama bagian kiri

Rumah panggung di bagian Kiri setelah gapura masuk.


Peristiwa bersejarah dengan sosok patriotik yang berjuang melawan penjajah tergambar apik melalui untaian diorama pada bagian kiri dan kanan dinding gapura pintu masuk. Tak jauh dari gapura, pengunjung langsung dapat melihat sosok pahlawan Radin Inten II bertengger gagah diatas batu seolah menyapa setiap pengunjung yang datang dengan beberapa tanaman hias di bagian bawah batu.  Dibagian kiri berdiri rumah panggung – bisa jadi sebagai tempat serba guna untuk gelaran acara. Hamparan taman tertata rapih. Sejauh mata memandang, beberapa bunga khas daerah tropis seperti kamboja, bunga sepatu, sedap malam bahkan pepohonan rindang tampak kontras. Saya mencari seseorang yang mungkin sedang berjaga di sekitar taman yang dapat saya jadikan tempat bertanya. Namun tak ada seorang pun siang itu.  Jadi hanya saya dan keluarga yang ada di pelataran taman yang cukup luas tersebut. 

Letak plang Makam di Pinggir jalan membuat pengunjung mudah menemukan

Patung Radin Inten II di depan pintu masuk


Tak sulit menemukan makam Raden Intan II. Letaknya yang berada di atas gundukan tanah tinggi di bagian sudut kanan taman langsung terlihat jelas dari bagian tengah taman. Belakangan saya baru tahu jika kawasan makam juga disebut Benteng Cempaka. Karena gundukan tanah yang menyerupai pagar berukuran segi empat tersebut dahulunya difungsikan sebagai benteng pertahanan dalam masa perjuangan Radin Inten II dan kelompoknya. 

Prasasti pembangunan kawasan Makam Radin Inten II


Melihat wujud makam dari kejauhan, anak anak langsung antusias. Mereka mendekat. Semula melihat dari balik pagar makam. Tapi akhirnya berani masuk kebagian dalam dan melihat dengan sangat dekat ketika melihat saya melakukan hal tersebut. Dari batu nisan dan prasasti peresmian tertulis jelas penulisan nama yang benar adalah RADIN INTEN II. Tak lama berselang, saya dan anak istri melanjutkan kunjungan ke sebuah rumah yang terletak dalam kawasan makam tepatnya dibagian kanan di depan pintu masuk utama semula. Saya masih berharap ada sosok penjaga kawasan makam pahlawan yang kelak memberi rentetan informasi pada saya. Sampai di rumah berbentuk sederhana itu ternyata bukan sekedar rumah, melainkan tempat menyimpan beberapa benda bersejarah. Anak anak semakin antusias dan segera mendekat ke sebuah lemari berukuran cukup besar yang didalamnya memajang beberapa benda yang antara lain ;  pentungan, bokor, gelang, batu bergores, batu bertulis, bebatuan (seperti batu cincin), gantungan lampu, piring dan sendok, kelereng kuno, lencana setya bakti, uang masa VOC, tutup botol hijau, tutup botol biru, tutup botol putih, gagang keris, mata tombak, kepala meriam, peluru meriam, cincin meriam, tutup toples dan guci pecah. Benda benda tersebut mudah dikenali karena diberi nama pada sehelai kertas di bagian bawah benda sebagai alas benda tersebut. Pada bagian sisi kiri terdapat bentuk aksara Lampung dan aksara daerah lainnya yang ada di Indonesia. Dan disebelah kanan dari lemari, tergantung silsilah keluarga Radin Inten. Selain Lemari dengan benda benda bersejarah itu di dalam rumah juga terdapat banyak buku buku bacaan cetakan lawas. Mulai dari buku terbitan era Soekarno hingga buku buku literatur masa Belanda lengkap tertata meski beberapa bagian buku tampak usang dan terkoyak.  Cukup lama saya menikmati suasana dalam rumah ukuran sedang dengan benda benda langka tersebut. Meski tak ada penjaga rumah setidaknya benda benda dan tulisan tulisan yang terpampang cukup memberi beberapa informasi. Tak jauh dari lokasi rumah terdapat pula bentuk prasasti peresmian Benteng Cempaka. Yang menjelaskan tentang pemugaran dan peresmian Benteng Cempaka dan Makam Radin Inten II.

Rumah yang menyimpan benda benda bersejarah dari perjuangan Radin Inten II


Benda benda bersejarah peninggalan sosok Radin Inten II

Ketiga anak saya yang antusias mellihat benda benda bersejarah.


PERJUANGAN RADIN INTEN II

Setiap wilayah di nusantara tentu memiliki pahlawan yang dulunya berjuang gigih mempertahankan ibu pertiwi. Tak terkecuali sosok  Radin Inten II.
Lahir pada tahun 1834, Radin Inten II bergelar Kesuma Ratu tersebut merupakan Putera dari Radin Imba II yang juga pejuang pada tahun 1828 s/d 1834.  Jauh sebelum itu, Ayah dari Radin Imba II yakni Radin Inten I juga berjuang melawan penjajah belanda di tahun 1751 s/d 1828. Jadi jelas sudah bahwa Radin Inten II adalah cucu dari Radin Inten I.

Silsilah Keluarga Radin Inten II


Perjuangan Radin Inten II sendiri dimulai sejak tahun 1850 s/d 1856. Sebagai sosok muda dimasanya, Radin Inten II merupakan Patriot Lampung Melinting Kalianda. Ia melanjutkan perjuangan ayahnya berperang melawan Belanda di daerah Kalianda dan sekitar gunung Rajabasa tahun 1834 – 1856. Radin Inten II dalam perjuangan melawan Belanda dibantu 2 panglima perang yaitu ; Waak Naas dan H. Wahyu, keduanya berasal dari Banten. Kisah heroik meninggalnya Radin Inten II karena dibunuh Belanda dengan cara dipukul Alu (kayu yang digunakan menumbuk padi – bahasa Lampung) sebagai ketaklukan (kelemahan) ilmu yang dimiliki Radin Inten II. Ia Meninggal dalam usia yang masih sangat muda dan belum pernah menikah. Dan pada tanggal 5 Oktober 1856 gugur sebagai Pahlawan. Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Presiden Republik Indonesia Nomor. 082/TR/1986 tanggal 23 Oktober 1986 Radin Inten II diangkat sebagai Pahlawan Nasional.

Bertandang langsung ke Makam Radin Inten II bagai sebuah napaktilas jejak sejarah yang wajib dipahami sebagai perjuangan gigih pahlawan. Melihat kawasan makam Radin Inten II yang rapih dan terpelihara adalah sebuah kebahagiaan bagi saya. Senang rasanya ketika melihat kawasan atau benda bersejarah di jaga kelestarian dan keberadaannya. Tidak adanya penjaga yang bisa saya temui siang itu cukup membuat saya gagal memperoleh informasi. Meski sarana buku buku sejarah di perpustakaan daerah Lampung cukup memberi banyak referensi terbaik.

Scroll To Top