Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Selasa, 02 Februari 2016

GENERASI EMOTICON



beberapa contoh gambar Emoticon yang mewakili rasa personal - Photo from www.independent.co.uk



Dalam kesempatan menjadi trainer untuk materi personality development program, saya kerap berkisah seputar Generasi Emoticon.
Generasi Emoticon adalah sebuah ungkapan yang saya dapat ketika berbincang santai di sebuah kedai kopi bersama mba Lia – partner yang kerap saya ajak diskusi banyak hal.
Pada dasarnya Generasi Emoticon adalah gelar yang diberikan pada mereka – khususnya remaja,  yang memiliki kecenderungan sulit mengekspresikan kata kata yang ia ucapkan maupun perasaan yang sedang ia alami melalui sebuah ekspresi. 

Sebenarnya defenisi Generasi Emoticon bukanlah hal baru yang murni penemuan saya dan mba Lia. Itu semua berdasarkan kesepakatan dalam sebuah pembicaraan saja. Karena jauh sebelum kesepakatan yang terjadi dari perbincangan di kedai kopi tersebut,  seorang Rhenald Kasali – guru besar Universitas Indonesia yang banyak menerbitkan buku buku best seller menegaskan dalam bukunya yang berjudul Self Driving bahwa generasi muda (mahasiswa) haruslah pandai merespon beragam kondisi yang sedang terjadi, agar tidak terjadi kesalahan dalam persepsi rasa. Nah, persepsi rasa tersebutlah yang kemudian menjadikan seseorang sulit mengekspresikan beragam hal yang dirasa dengan tepat.

Dalam konsep Rumah Perubahan yang didirikan oleh Rhenald Kasali – jelas terlihat bahwa pemberdayaan remaja untuk menjadi agent of change – agen perubahan adalah sesuatu yang tak dapat di tawar. Dengan semakin majunya perkembangan zaman disertai canggihnya teknologi masa kini membuat segenap pihak harus pandai merespon ragam kondisi yang ada.  
Termasuk dalam hal mengekpresikan rasa, Generasi Emoticon – merupakan suatu kecenderungan personal yang mengindikasi pada sulitnya seseorang mengekspresikan diri. Hal ini kerap terlihat saat menyaksikan sekumpulan remaja yang sedang berbincang tapi dengan ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang  biasa saja. Penuturan yang flat - lebih pada ungkapan ungkapan yang dilakukan hanya sebuah pelengkap saja. Belum lagi kecenderungan berkumpul tetapi tanpa melakukan pembicaraan apapun selain asik masuk dalam dunia maya melalui gadget canggih masing masing. Ditambah isi pembicaraan yang ringan ringan saja membawa seseorang cenderung sederhana dalam berekspresi.

Generasi Emoticon tidak hanya terjadi pada remaja. Karena ketidakmampuan ber-ekspresi dengan tepat bisa saja terjadi pada sosok dewasa dengan tingkat pendidikan yang cukup baik.  Generasi Emoticon bermula dari lingkungan rumah dimana seseorang berasal. Kurangnya komunikasi yang intens dengan kualitas percakapan yang cukup antara orang tua dan anak dapat menyebabnya seseorang memiliki kendala dalam men-ekspresikan rasa. Termasuk didalamnya kebebasan anak anak dalam meng-ekspresikan diri dihadapan orang tua menyebabkan anak anak cenderung menjadi sosok yang flat.
Generasi Emoticon cenderung pandai berkomunikasi melalui media – via chatting, mewakilkan rasa yang ia alami melalui gambar gambar emot yang menarik yang tersedia di ponsel canggih meski sebenarnya rasa yang sebenarnya tidak terjadi secara langsung pada diri mereka.  Generasi Emoticon juga akan lamban bahkan cenderung sulit merespon kondisi lingkungan yang sedang terjadi. Contoh, ketika sebuah peristiwa terjadi dihadapannya, Generasi Emoticon butuh waktu beberapa saat sebelum akhirnya ia memahami peristiwa tersebut.  Generasi Emoticon juga kerap mengabdikan dirinya menjadi sosok “pendengar setia” tanpa pernah ikut terlibat dalam pembicaraan ketika ada dalam kelompok. Jikapun ikut bicara biasanya hanya ala kadarnya.

Generasi Emoticon mengindikasi adanya kesulitan personal dalam mengemukakan diri dan perasaan yang dialami secara tepat. Baik berupa argument maupun gerak tubuh yang sesuai. Hal ini juga bisa terjadi karena kurangnya pergaulan seseorang. Atau, jikapun bergaul hanya pada beberapa orang yang memang masuk dalam kategori zona nyamannya saja. Ada pula kecenderungan mengenal gadget sejak usia dini hingga masa remaja dan dewasa tanpa rentang waktu yang memadai untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial secara langsung menyebabkan seseorang sulit mengekspresikan diri. Termasuk didalamnya sosok sosok personal yang terlalu banyak beraktivitas di depan layar komputer atau beraktivitas dengan mesin atau benda mati lainnya membawa pada kecenderungan sulit berekspresi ketika berhadapan dengan khalayak. Pengalaman dan pergaulan dengan lingkungan secara langsung juga dapat menjadi penyebab seseorang menjadi Generasi Emoticon. Itulah sebabnya sebanyak mungkin berinteraksi dengan lingkungan melalui keterlibatan beragam aktivitas menarik akan membawa seseorang menjadi pribadi yang lebih terbuka dan mampu merespon segala kondisi dengan tepat. Bahkan terlibat aktif dalam organisasi sejak masa SMA hingga dewasa akan memberikan pembelajaran yang baik pada diri individu yang berdampak pada perbaikan personal. Zaman semakin canggih. Teknologi memang memiliki porsi penting dalam pembangunan tetapi bukan berarti kita jadi personal yang flat. Ekspresi yang tepat pada kondisi yang terjadi dalam lingkungan pergaulan akan memunculkan karakter personal yang menarik.


2 komentar :

  1. Aku sampai membaca dua kali tulisan ini. Couldn't agree more, Bang. Salah satu yang berpotensi juga mengapa seseorang terlihat seperti generasi emoticon, menurutku, kurang bahan bacaan yang baik. Kekurangan bacaan yang baik juga berkontribusi terhadap rendahnya imajinasi. Sebab salah satu syarat seseorang bisa berbahasa, berekspresi sepantasnya, adalah otak yang mampu berimajinasi.

    Top ini tulisannya Bang. Kalau ada yang tersinggung ya dimaklumi saja. Kepala boleh sama-sama hitam tapi pikiran pasti berbeda kan :)

    BalasHapus
  2. hehehehhe thanks yaaa mba.... yaa begitulah, terkadang ada pihak pihak yang merasa tersinggung padahal ini tulisan berupa opini saya. berdasarkan pengalaman saya menjadi pembicara dalam tema public speaking dan kemudian mengamati kecenderungan remaja masa kini..hehehe...thanks buat dukungannya mba...mamak kesayangan kameha-meha.

    BalasHapus

Scroll To Top