Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Rabu, 25 Oktober 2017

MENIKMATI KULINER KHAS BERPADU NILAI BUDAYA DAN SEJARAH DI SINIAWAN OLD TOWN - SARAWAK




...Siapa yang menolak, bila diajak icip – icip makanan lezat sembari menikmati budaya lokal dan jejak sejarah ?. Meski pegal dibadan masih terasa akibat jadwal padat seharian, tetiba sirna ketika aroma lezat terasa dekat.

hamparan meja dan kursi siap menyambut kedatangan pengunjung

Suasana tenang menyambut kedatangan saya dan rekan rekan sore itu, usai sepanjang siang menikmati pesona Bako National Park – Sarawak. Kami sempat singgah hotel untuk sejenak menyegarkan badan dan bertukar pakaian. Secaralah, kami kan kudu tetep kece meski judulnya jali-jali dibayari!!,hahaha... Selama perjalanan dari hotel ke kawasan Siniawan saya sempat tidur ayam, malah partner saya bernyanyi mendesah-desah – Teguh, sempat tidur sangat pulas meski bis yang kami tumpangi telah tiba di tempat. Hhmm. Chebox!.

Sore itu, bang KevinHamish dari Sarawak Tourism Board mengajak kami menikmati sore di SiniawanOld Town – sebuah kawasan kecil di bagian kabupaten Bau – Sarawak – Kuching.  Mendengaar namanya saja, buat saya antusias. Apa sih Siniawan Old Town itu ?, ikuti terus uraian kisah saya ini sampai tamat ya, hehehe….

hiasan lampion lampion menambah ke-khas-an kawasan Siniawan

ASAL MULA SINIAWAN OLD TOWN

Mata saya langsung terpikat kala pertama menatap kawasan Siniawan Old Town.  Dihadapan saya, terdapat sebuah jalan aspal cukup lebar dan panjang dengan bangunan-bangunan kayu berusia tua dibagian kiri dan kanannya.  Beberapa pemilik bangunan tengah sigap menata aneka dagangan. Sebagian lagi menata meja dan kursi-kursi di badan jalan. Semakin melangkahkan kaki menyusuri blok Siniawan Old Town semakin terlihat jelas bahwa pasar malam Siniawan, atau yang lebih di kenal dengan Siniawan Night Market akan segera digelar.

… kisah sejarah …
Pada ratusan tahun silam, berdirilah sebuah bungalow milik Sir James Brooke yang dibangun diatas gunung Serembu – letaknya tepat dibelakang kota tua Siniawan.  Pada Desember 1851, sekretaris dari Sir james Brooke, yakni Sir Spencer St.John bertugas membawa rombongan tamu  yang akan mendatangi Sir James Brooke dengan melalui kawasan sungai Sarawak.  Selama menyusuri sungai Sarawak, Sir Spencer St. John dan rombongan  singgah di kawasan Siniawan dan mengagumi lingkungan pasar Siniawan yang khas dan tradisional yang menjual beragam hasil bercocoktanam para petani etnis Tionghoa dan beberapa masyarakat lokal yang terdiri dari beragam perpaduan etnis dan budaya.

Seiring waktu, kawasan Siniawan terus mengalami perkembangan terlebih dengan beragam peristiwa yang menjadikan kawasan Siniawan sebagai bagian dari sejarah perkembangan beragam jenis budaya di kawasan Bau – Sarawak. Meski nyaris dilupakan, kawasan Siniawan kini menjadi kawasan yang menarik untuk dikunjungi berkat dedikasi dan kerja keras para tokoh masyarakat setempat dan dukungan Sarawak Tourism Board yang berniat menghidupkan kembali kawasan Siniawan.  Saat ini,  kawasan Siniawan yang dihuni oleh mayoritas suku Bidayuh, Tionghua dan Melayu tersebut menjadi destinasi wisata di kawasan Sarawak – Kuching. 
 
Gang yang Instagramable.

lorong yang romantis kan ??

PESONA BANGUNAN TUA SINIAWAN

Meski tujuan utama saya dan rekan-rekan blogger Indonesia diajak tandang ke Siniawan untuk makan malam, tapi bangunan tua yang terbuat dari kayu yang berada di kiri dan kanan blok jalan tersebut terlanjur memesona mata saya dan rekan-rekan sore itu. Beruntung, ketika kami datang, pasar malam di kawasan Siniawan Old Town yang hanya buka pada akhir pekan ; Jumat hingga Minggu tersebut belum banyak didatangi pengunjung lain. Jadi saya dan rekan-rekan dapat melihat persiapan beberapa pedagang sebelum dagangan mereka tertata apik dan siap di beli pengunjung.

Saya tak membuang kesempatan baik ketika diberi kebebasan mengeksplorasi kawasan Siniawan Old Town. Selain memanfaatkan waktu bertegur-sapa dengan beberapa penjual yang tengah bersiap menjajakan menu-menu andalannya, saya pun menyisir seluruh bagian Siniawan Old Town dengan memotret bangunan kayu yang bercirikan budaya lokal. Nampak ornament Melayu dan Tionghua terasa disetiap bangunan.  Saya pun langsung ingat  kawasan Teluk Betung – Bandar Lampung  yang beberapa bangunannya nyaris sama dengan kawasan Siniawan. Keindahan kawasan Siniawan terletak pada bangunan kayu yang tak lekang waktu. Belum lagi design yang tertata apik menonjolkan kejayaan masa lampau meski terlihat usang namun tetap menawan.

Sempat berfikir juga soal kekuatan bangunan dan kondisi hunian warga yang masih berada dalam bangunan usang tersebut.

mba Evi yang selalu Kece photo dimana aja.

SUNGAI SERAWAK KANAN

Disela aktivitas memotret bangunan kayu di kawasan Siniawan Old Town, saya pun melangkahkan kaki ke lorong-lorong rumah penduduk yang akhirnya mempertemukan saya dengan aliran sungai Sarawak Kanan.  Menurut warga yang saya tanyai, sungai Sarawak Kanan menghubungkan warga dengan kampung Melayu dan kampung Kranji yang ada di bagian seberang sungai. Uniknya, tak ada jembatan penghubung antar kampung sehingga pengunjung atau warga harus menaiki kapal kayu kecil sebagai alat trasportasi antar dua kawasan yang di belah oleh sungai Sarawak Kanan. Selain itu, sungai Sarawak Kanan pula lah yang menjadi bagian dari rute yang di lalui oleh rombongan  Sir Spencer St. John yang merupakan kisah mula dari kawasan Siniawan Old Town saat ini.

Sungai Sarawak Kanan

ANEKA KULINER KHAS SINIAWAN

Puas mengabadikan beragam sisi dalam kawasan Siniawan Old Town, saya kembali ke bagian jalan Siniawan Night Market yang semakin ramai pengunjung. Beberapa rekan terlihat menghampiri penjaja makanan.
… “Ada 3 penjaja hidangan untuk Moslem disini.” Ujar kak Anna – tour guide kami sembari menunjukkan 3 gerai yang menyajikan hidangan halal dengan citarasa melayu. Saya dan mba Evi sepakat memilih Ikan sebagai menu makan malam kami. Sedang rekan rekan lain memilih sate dan beragam panganan khas lainnya.

pedagang Melayu

Sembari menantikan makanan terhidang, saya memanfaatkan waktu dengan mengabadikan jajaran hidangan dari para penjaja makanan di Siniawan Old Town. Mulai dari beberapa sajian seafood dikemas menjadi sate. Sajian bebek dan babi panggang. Ada pula beberapa kue kue khas Siniawan yang patut dicicipi.  Termasuk buah – buahan dan aneka sayur mayur yang siap diolah menjadi sajian makan malam pengunjung.



babi panggang nan renyah

beberapa jajanan yang saya abadikan

makanan khas di Siniawan Night Market

PESONA  LAIN  DARI KAWASAN SINIAWAN

Suasana kawasan Siniawan Old Town semakin romantis ketika senja beranjak malam dan beberapa lampu berpendar diantara temaram cahaya. Pengunjung pun semakin ramai. 48 bangunan toko di kawasan Siniawan Old Town yang baru saja diresmikan pada 2010 silam semakin menjadi daya tarik kunjungan wisatawan.

Selain menikmati bentangan pasar malam, dikawasan Siniawan, pengunjung juga dapat menikmati beragam aktivitas seperti tandang ke Eco Park dan candi Swee Guk Kung dan kawasan Buddhist Release Place hingga jelajah gunung Serumbu yang letaknya tak jauh dari kawasan Siniawan. 

homestay dalam kawasan Siniawan Night market



Dalam kawasan Siniawan Old Town juga terdapat Tian Xia Homestay – tempat bermalam yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk berlama-lama menikmati kawasan Siniawan Old Town.  Pada beberapa kesempatan, pengunjung juga dapat menikmati perayaan tahunan yang kerap dilangsungkan di Siniawan Old Town, seperti ; Festival Mooncake, prosesi Cap Go Meh, festival Siniawan Swee Guk King Tample hingga perayaan tahun baru Imlek.

Sesaat gaya - pose dikit.

The Team.
Berjarak 21 kilometer dari pusat kota Sarawak – Kuching, pasar malam Siniawan yang memiliki jam operasional dari pukul 6 sore hingga 11 malam pada Jumat dan pukul 4 sore hingga 11 malam di Sabtu dan Minggu ini, merupakan pilihan tepat bagi kamu yang menyukai kawasan budaya bernilai sejarah sekaligus menyantap jajaran sajian lezat nan khas. Selain itu, Siniawan Old Town pun cocok disambangi bagi kami pencinta photography dengan konten bangunan tua dan budaya lokal. Sangat instagramable !!. Semoga kawasan Siniawan terus terpelihara, hingga kelak saya tandang kembali.

4 komentar :

  1. Membaca ini jadi ingat kembali Sore yang indah di Old Siniawan 🤣🤣🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. yuklaaahh.... makan di remang malam sambil ngobrol ngalor ngidul dan lagu desah desah gak jelas!

      Hapus
  2. Selalu suka dengan nuansa kota tua seperti ini, mas. Rumah-rumah melayu dan peranakan yang berdinding kusam justru membuat suasana lebih otentik. Gang dan lorongnya sederhana tapi bersih, love them! :)

    BalasHapus
  3. yesss...kesederhanaan dan keterbatasan dimasa lampau menjadi keindahan dan keunikan dimasa kini danmendatang..semoga lokasi tersebut senantiasa terpelihara selamanya...

    BalasHapus

Scroll To Top