Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Kamis, 09 Agustus 2018

KISAH SERU PERJALANAN KE PIAYNEMO RAJA AMPAT



Banyak juga yang menuliskannya Pianemo. Bukan masalah. Karena pengucapannya memang Pianemo. Meski dilokasi selalu terlihat dengan tulisan Piaynemo.  Terletak dibagian barat dari distrik Waigeo, Piaynemo dapat diakses melalui dermaga Waisai yang merupakan kota administratif dari kabupaten Raja Ampat.  Untuk menyaksikan keindahan alam memang perlu perjuangan. Tak terkecuali untuk tandang ke Piaynemo. 

speedboat beratap biru itu lah yang kami gunakan dalam pelayaran dari Waisai ke Pyainemo


Bila perjalananmu bermula dari pusat kota Sorong, maka kamu wajib naik kapal Ferry terlebih dahulu ke Waisai. Tersedia dua waktu pelayaran. Pukul 9 pagi atau pukul 2 siang. Setelah tiba di Waisai, perjalanan menuju Piaynemo harus ditempuh dengan menaiki kapal kayu bersama group wisatawan lokal atau jenis speedboat yang bisa kamu sewa ataupun share cost dengan wisatawan lain.  Atau dapat hubungi Kamar Raja Homestay yang merupakan tour agent dan juga homestay yang dapat mengatur segala kebutuhan perjalanan kamu dengan harga bersahabat. 
  
pos lapor pengunjung sebelum masuk ke puncak Pyainemo. perkapal wajib bayar 500 ribu rupiah

JANGAN BERCANDA! PERCAYA, PERCAYA!!

Kak Dinasty menjemput kami dari penginapan di pusat kota Waisai. Pagi itu, saya dan rekan-rekan menunggu kesiapan kapal yang akan kami tumpangi.  Beberapa rekan dalam group Kelas Inspirasi  mengabarkan soal angin dan ombak kencang yang menyapa mereka saat kunjungan Piaynemo kemarin. Dan sejak semalam, saya dan rekan-rekan berdo’a agar diberi kelancaran dalam pelayaran menuju Piaynemo.  Kami pun berangkat usai seluruh tim lengkap. Masih dengan formasi ; Saya, mba Donna, Shinta, Imelda, Rizal, Panji dan kak Dinasty. Plus kak Jimmy – sosok yang saya temui dihari pertama tiba di Sorong dan menjadi bagian dari Panitia Lokal Kelas Inspirasi yang ternyata juga jadi bagian dari trip kami kali ini. Makin rame, makin seru deh!.

Speedboat ukuran kecil bergerak membawa kami meninggalkan dermaga kapal penumpang di Waisai. Pada menit pertama pelayaran, ombak sudah menyapa kami dengan cukup kuat. Saya yang tadinya berniat bercanda soal gelombang ombak kena teguran kuat dari sang nahkoda. “Jangan bergerak-gerak!. Percaya!, percaya!” tegas sang Nahkoda mengingatkan saya untuk tidak banyak bercanda saat speedboat bergerak.

Well, semoga saja ombak dan cuaca bersahabat. Bila segalanya lancar, maka segala jadwal yang telah disusun matang oleh kak Dinasty dari kamar Raja Homestay akan terwujud. Jadwal kunjungan kami sepanjang hari ini, adalah mengunjungi Pyainemo,  snorkeling dan makan siang di Arborek, mengunjungi Yenbuba dan Pasir Timbul hingga sore.

pesona Telaga Bintang dari ketinggian
 
Full Tim Petualang.
PIAYNEMO YANG NYARIS BATAL

Menurut beberapa penduduk lokal dan pengemudi kapal, ombak sepanjang hari akan bersahabat. Saya dan rekan-rekan pun bahagia. terlebih sang nahkoda termasuk kak Jimmy menyampaikan demikian. Tapi kenyataannya sungguh berbeda. Ombak yang nampak tenang itu membawa gelombang yang cukup terasa. Terlebih untuk diri saya pribadi. Berulangkali mengatur duduk setelah berkali-kali berubah posisi akibat disapa oleh gelombang. Yang menarik.  Kecepatan speedboat seakan seirama dengan riak ombak yang sungguh menantang. Tak jarang sapaan ombak melebihi dari tingginya ukuran kapal yang kami tumpangi.  Lupakan pakaian kering yang kami kenakan dari Waisai dan berharap dapat photo photo selama pelayaran. Lupakan pula pakaian yang telah saya laundry di Waisai.  Semuanya kuyub!.

Muncul rasa lega ketika melihat gugusan karang dari kejauhan yang disebut kawasan Piaynemo. Setidaknya bisa bernafas usai bersitegang dengan gempuran ombak dan piawainya nahkoda mengemudikan speedboat.  Tapi keinginan kami untuk menjajakkan kaki di Piaynemo harus ditunda karena akses ke puncak Piaynemo sudah steril dan tertutup untuk kunjungan umum. Yes, lagi-lagi karena ada acara Torch Relay yang memang sedang berlangsung di Raja Ampat dan Piaynemo jadi salah satu spot arak-arakan api obor ASIAN GAMES 2018 tersebut. Kemarin kami sempat jadi bagian prosesi Torch Relay yang berlangsung di kawasan pantai WTC di Waisai.  

Pengunjung dimudahkan dengan telah tersedianya 300-an anak tangga menuju ke puncak Pyainemo.
 
Kami memilih menunggu hingga jam 3 sore untuk dapat tandang ke Piaynemo dan membatalkan beberapa spot kunjungan yang telah disusun sebelumnya. Kak Dinasty mengalihkan kunjungan ke Telaga Bintang yang letaknya berdekatan dengan spot Piaynemo. Semula, Saya fikir pun tidaklah sulit untuk melihat sebuah telaga. Ternyata perkiraan saya salah!. Ternyata untuk melihat telaga secara utuh wajib melakukan pendakian dahulu!. Alhasil usaha naik-naik ke puncak bukit cadas pun dijabani demi melihat Telaga Bintang. Hajaarr!!!.

Pendakian yang tak mudah itu pun berbuah bahagia ketika melihat langsung bentangan Telaga Bintang yang sungguh mengagumkan. Gugusan batu membentuk bintanglah alasan mengapa nama kawasan itu Telaga Bintang. Meski melakoni pendakian yang terbilang cadas, kami sih oke oke aja, termasuk berpuas diri mengabadikan diri di puncak bukit termasuk ulah saya mengganggu  konsentrasi shooting kru TV nasional siang itu. 

Tim Kece Bana Bana!!

Hoobaaahhh selalu!
MENYAPA PESONA PIAYNEMO

Kami memutuskan beristirahat di sebuah homestay yang letaknya berseberangan dengan Telaga Bintang,  sembari menunggu waktu diperbolehkannya rombongan kami menuju puncak Piaynemo. Makan siang, ngopi dan bersantai sembari photo-photo adalah aktivitas membunuh waktu kami siang itu.

Waktu siang pun terus beranjak. Kami bergegas menuju Piaynemo usai  acara Torch Relay berakhir.  Menapaki 300-an anak tangga adalah sensasi tersendiri siang itu. Setidaknya, rute menanjak di kawasan Piaynemo sudah jauh lebih baik ketimbang saat melihat Telaga Bintang. Tangga kayu yang tertata apik dapat dengan mudah ditapaki oleh para pengunjung. Kami antusias untuk tiba di puncak Piaynemo secepat mungkin.  Supaya hasil photo ciamik, karena cuaca beranjak semakin sore.  Beberapa merek produk yang mendukung acara Torch Relay masih menghias. Mengganggu memang. Terlebih pemasangan iklan-iklan sponsor di spot photo terbaik pengunjung. Untungnya, salah satu kru TV yang sedang liputan di puncak Piaynemo berinisiatif melepas umbul-umbul dan beragam atribut sponsor. Alhasil photo kami sore itu tidak disusupi oleh benda-benda iklan yang tidak ada hubungannya dengan saya dan rekan-rekan.  

happy on top of Pyainemo

hasil photo dari Drone nya Jack Nicholson
 
Pesona Piaynemo benar-benar mengagumkan. Ingin rasanya berlama-lama dan mengabadikan diri diberagam sisi. Tapi sayang waktu kami terbatas. Sedangkan jadwal kunjungan selanjutnya masih menanti. Meski batal ke Pasir Timbul dan Arborek tetapi suasana sore di pantai Friwen jadi kegiatan pamungkas yang memuaskan.

Raja Ampat, tunggu kedatangan saya kembali suatu hari nanti. :)

2 komentar :

  1. Wah, beruntungnya sudah ke Piaynemo, mas. Puji Tuhan ombak teratasi sehingga agenda tetap berjalan sesuai ekspektasi, ya.

    Salut untuk kru TV yang dengan sigap melepas berbagai atribut komersil.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehehhe...skrg sedang menyusun rencana untuk kembali lagi ke Raja Ampat.

      Hapus

Scroll To Top