Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Jumat, 11 Januari 2019

KISAH TANDANG KE GOA KREO SEMARANG




Apa yang terlintas di benak bila di ajak tandang ke sebuah Goa?.
Seram?, gelap?, menakutkan?. Yup, semuanya terfikir oleh saya. 
Tapi tidak dengan Goa Kreo, Semarang.

sebagian tampilan Waduk Jatibarang


Tidaklah saya menolak  ketika  mas Anton dan rekan-rekan sepakat untuk tandang ke Goa Kreo di kota Semarang.  Meski sebelumnya, ada beberapa pilihan spot menarik untuk dikunjungi yang terjadi dalam diskusi sejak kali pertama kami berkumpul dalam rangka Festival Drumblek Kendal. Jadilah pagi itu, saya yang masih tersungut-sungut berupaya mengumpulkan segenap nyawa dan jiwa raga untuk ikutserta dalam rombongan. Tak tanggung-tanggung, jam 4 pagi buta kami telah bersiap menunggu driver yang telah sepakat sejak semalam.  Meski beberapa puluh menit sang driver tak kunjung datang dan ponselnya tak dapat dihubungi. Alhasil 2 mobil yang kami pesan melalui aplikasi online lah yang mengantarkan kami menuju Goa Kreo.

Kelar babak drama nunggu driver ternyata bukan akhir dari drama pagi kami kala itu. Sang juru kemudi ternyata tak begitu tahu persis letak dari Goa Kreo. Sedang aplikasi peta yang kami akses melalui ponsel pun tidak sepenuhnya mengarah pada lokasi Goa yang kami maksud. Malah mengarah pada semak belukar persis dekat kawasan pabrik-pabrik!. Setelah beberapa kali berputar mengikuti jalan akhirnya dua mobil yang kami  tumpangi tiba di bagian depan dari Goa Kreo. Agar tidak sulit menghubungi kendaraan, si driver yang mengantarkan kami berkenan menunggu dan kelak mengantarkan kami kembali dengan bayaran double. Okelah!.

Tugu Kera dan uraian kisah singkat kawasan Goa Kreo menyambut kehadiran pengunjung
Pesona matahari terbit yang kami harapkan dapat menjadi moment menarik saat berada di Goa Kreo tinggalkan kenangan. Hari beranjak terang benderang dan posisi matahari justru berada di balik perbukitan membelakangi letak dari kawasan Goa Kreo. Okelah!. Lupakan sunrise moment, mari nikmati saja Goa Kreo.

Saat kami datang, kawasan Goa Kreo  masih sepi kunjungan. Belum ada penjagaan di bagian tiket masuk. Hanya  ada beebrapa pekerja yang membersihkan pekarangan dan kawasan wisata Goa Kreo. Jadilah kami diperkenankan oleh petugas kebersihan masuk saja tanpa perlu bayar. Mayanlah yaaa… hahaha. Mulai lah, Mas Anton dan rekan-rekan menyiapkan pesawat drone – senjata andalan mereka dalam mengabadikan moment kunjungan. Hanya saya yang tak main drone, karena cuma saya satu-satuunya travel writer dengan kamera sederhana diantara para master drone tersebut. Baeklah!.

kawasan depan yang begitu rapih dan bersih terjaga.  Bikin betah berlama-lama.
LINGKUNGAN GOA KREO YANG TERJAGA

Berdasarkan penjelasan sejarah singkat yang saya simak di lokasi, Goa Kreo dipercaya sebagai lokasi tujuan Sunan Kalijaga kala mencari kayu jati untuk membangun Masjid Agung Demak. Menurut legenda, saat proses Sunan Kalijaga mencari kayu tersebut bertemu dengan sekumpulan kera yang kemudian diperintah Sunan menjaga kayu jati. Kata Kreo berasal dari kata Mangreho yang bermakna peliharalah atau jagalah. Kata inilah yang kemudian menjadikan goa disebut Goa Kreo dan sejak itu pula kumpulan kera yang menghuni kawasan ini dianggap sebagai penunggu.

“Trus mana Kera nya?” tanya saya pada beberapa rekan.
Belum sempat rekan berucap, beberapa kera dengan cepat menghampiri kami. Saking cepatnya, beberapa kera mendekat ke mesin pengendali pesawat drone termasuk mendekati saya yang sedang bersiap membidik kehadiran mereka dengan kamera ponsel.  Puluhan kera mendekati kami. Bergaya sesuka mereka. Dan kami pun senang mengabadikan tingkah polah si kera. Jadi hiburan pagi yang menyenangkan. 

bisa jadi mereka sepasang suami istri...

salah satu pengurus yang rutin memberikan makanan bagi kera kera di Goa Kreo

sarapan pagi di tepi Waduk
“Trus mana Goa nya?” tanya saya lagi ke rekan-rekan.
“Lewati jembatan itu. Letak goa nya di ujung jalan setelah jembatan.” Jelas mas Andre yang masih tekun mengoperasikan pesawat drone nya.
Berjalanlah saya sendiri meniti puluhan anak tangga mendekati letak sebuah jembatan yang menghubungkan letak daratan dimana kami berada dengan sebuah kawasan yang berada di ujung danau yang bersinggungan dengan waduk Jatibarang. Sebuah Waduk yang berfungsi sebagai pengendali banjir di kota Semarang dan menjaga ketersediaan air minum hingga sebagai pembangkit tenaga listrik.

Jembatan yang menghubungkan ke letak Goa Kreo ini sungguh Instagramable yaa...

jalan titian yang memudahkan pengunjung ke lokasi Goa Kreo

Tak ada satu pengunjung pun yang saya jumpai dalam perjalanan saya menuju posisi Goa Kreo.  Sesekali saya melempar pandangan ke bentangan waduk yang luas dan begitu tenang pagi itu. Beruntung juga tandang ke kawasan wisata saat tak ada pengunjung lain. Meski denyut jantung berdetak kencang kala langkah kaki semakin mendekati Goa Kreo. Tetiba takut!.

Seperti bentuk goa pada umumnya. Lekuk bebatuan bagai pahatan menghadirkan pesona tersendiri. Menariknya, bentuk Goa Kreo begitu terjaga. Jauh dari kesan goa goa yang nampak menyeramkan dan terkesan angker.  Jalan penghubung hingga sisi depan mulut goa begitu bersih terjaga. Wajah  goa  pun  nampak terawat.  Meski saya tak kuasa mendekat lebih dalam. Manalah saya berani sendirian masuk ke bagian dalam goa, hahaha!. Tetiba terlintas  goa dalam film-film horror. Auto bergidik!.

akses jalan menuju Goa Kreo yang nyaman, aman dan photogenic

tampilan depan mulut Goa Kreo yang bersih dan terjaga rapih.
Usai menyimak dari dekat bentuk Goa Kreo saya pun melangkahkan kaki ketika merasa bulir air menetesi pundak. Hujan kala pagi segera menghampiri, fikir saya. Meski kemudian saya tersadar bahwa tak ada hujan  ketika melihat suasana di sekitar waduk yang tenang. 
Sial!!!, ternyata saya terkena tetesan air yang berasal dari air kencing beberapa kera yang bertengger di dahan pohon tepat diatas badan saya.

bentuk mulut Goa yang sempat saya abadikan. Pinginnya lebih dekat dan lihat bagian dalam, tapi saya terlanjur ketakutan!! wkwkwkwkw
 
The Genks Pencari Sunrise yang Gagal Total...mayan ketemu kera kera di Goa Kreo


Kawasan Goa Kreo  yang terletak di dukuh Talun Kacang, desa Kandri, kecamatan Gunungpati, merupakan destinasi wisata yang menyenangkan untuk di kunjungi bila kamu sedang ke Semarang. Terlebih bagi kamu penyuka wisata dengan nilai sejarah dan kisah legenda. Menurut petugas kebersihan yang saya tanyai, pada waktu tertentu dalam kawasan  Goa Kreo  kerap berlangsung kunjungan yang bersifat ritual budaya.   Berada di Goa Kreo yang buka setiap hari dengan tiket Rp.4.500 per orang ini seperti menyimak jajak sejarah Sunan Kalijaga sekaligus pesona alam dengan bentangan yang memukau. Bila punya waktu kunjungan yang cukup banyak, sempatkan berjalan ke arah utara dari letak Goa Kreo. Pengunjung dapat melihat air terjun yang berasal dari berbagai sumber mata air yang jernih dan tidak kering meski musim kemarau sekalipun.

0 comments :

Posting Komentar

Scroll To Top