Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Rabu, 18 Desember 2019

WOW, LAMPUNG - PALEMBANG VIA TOL CUMA 4 JAM !!.



Ada rasa antusias saat mendengar kabar di bukanya akses tol Lampung ke Palembang. Pasalnya, saya pernah merasakan perjalanan selama 12 jam dari Bandar Lampung hingga kota Palembang di kisaran tahun 2006. Maka dengan adanya akses tol Lampung ke Palembang, mampu mengurangi waktu tempuh berkendara menjadi hanya 4 jam!.  Sangat menggiurkan untuk dicoba kan?.

suasana lengang sepanjang rute tol Simpang Pematang - Kayu Agung
 
Menjajal akses tol Lampung – Palembang berlangsung saat menghadiri resepsi pernikahan kak Kent dan mba Dea di Palembang bersama rekan-rekan All Community For Humanity (ACFH). Akhirnya, genks ACFH tak hanya berkumpul kala terjadi bencana. Sesekali kumpul dalam suasana bahagia. It’s Peste and Wisate bukan Bencane, begitu seloroh kami. Maka, setelah pembicaraan dalam WhatsApp Group di sepakatilah waktu keberangkatan meski pada kenyataannya tak sesuai dengan jumlah personal yang semula menyatakan kesediaan.

Beberapa rekan ACFH menuju Palembang menggunakan pesawat. Beberapa lagi melakukan perjalanan via darat. Sensasi ‘Road Trip’ macam berkegiatan sosial pun telah mendarahdaging rupanya.  Bermula dari Jakarta, bertemu rekan di Cilegon hingga kemudian menyinggahi saya di Lampung. Komplitlah komposisi tim road trip. Mas Zulman pada kemudi, saya selaku navigator (tepatnya bertindak sebagai biduan), mba Tati, mba Fitri dan Hilda (selaku tiga Diva versi karbitan semalam). Formasi kami berlima macam group vocal Warna. “sekarang atau lima puluh tahun lagi… “ (sialkan lanjutkan liriknya!).

Pintu Keluar Kayu Agung
 
AKSES TOL KAYU AGUNG MASIH GRATIS!.

Sejak di resmikan oleh Presiden Jokowi pada 15 November 2019 silam, maka ruas tol Terbanggi Besar – Pematang Panggang hingga Kayu Agung (TERPEKA) menjadi tol terpanjang pada jalan tol Trans Sumatera (JTTS) dengan panjang mencapai 189 km. Bahkan menjadi tol terpanjang se-Indonesia (untuk saat ini). Terlebih nantinya dari Kayu Agung akan terhubung langsung ke Palembang dan kemudian ke Banyuasin. Jadi ruas tol Terbanggi Besar – Pematang Panggang hingga Kayu Agung melengkapi jalan tol Bakauheni – Terbanggi Besar yang telah terbangun lebih dulu dan telah beroperasional pada bulan sebelumnya.

Laju berkendara saat memasuki kawasan Pematang Panggang terbilang lancar. Beberapa Rest Area sedang dalam proses pembangunan. Belum tersedia asupan bahan bakar bagi kendaraan yang melintasi tol.  Baiknya, isi penuh tangki bahan bakar sejak dari kawasan Bakauheni atau dari Bandar Lampung. Karena kondisi lalu lintas dalam tol yang lengang, maka tak heran bila  kemudian membangkitkan Imajinasi pun berpendar liar kala melihat kondisi sepanjang jalan tol yang kami lalui.  Halusinasi pun mulai diagungkan. Mulai merasa tiba di New Zealand ketika meliintasi padang rumput nan hijau, melalui South Africa  ketika hamparan gersang membantang hingga melihat kebun mariyuana kala melihat wujud luas kebun singkok. (berimajinasi daun singkok sebagai mariyuana!!).  Bahkan ketika melihat hamparan kebun kelapa sawit, kami sepakat sedang melihat pohon kurma dan merasa ada di kawasan Jedah.!!. Yang menandakan halusinasi semakin menjadi ketika melihat keterangan penunjuk arah bertuliskan Pematang Panggang – terbaca Pekmpek Panggang!!. Memang batas antara kreatif dengan rasa lapar beda tipis!.

Akses keluar pintu Tol Kayu Agung menjadi penanda akhir dari rute tol yang kami tempuh. Total 4 jam berkendara dengan kecepatan 100km/jam. Laju kendara yang cukup kencang di tengah ruas tol yang masih lengang.  Bersyukurnya, rute Terbanggi Besar ke Kayu Agung masih Gratis. Jadi kami hanya bayar tol sebesar Rp.69.000 untuk rute Bandar Lampung – Terbanggi Besar. Waktu tempuh selanjutnya menuju pusat kota Palembang melalui kawasan  Indralaya. Akses tol Kayu Agung  ke kota Palembang sedang dalam pembangunan.
 
tiba di kota Palembang di sambut rintik hujan. Syahdu!!.


wisate kuliner genks ACFH di Palembang


MENYUSURI TEKA TEKI SAAT RUTE KEMBALI

Usai menjalani serentetan aktivitas bahagia bersama genks ACFH di kota Palembang termasuk merayakan kebahagiaan kak Kent dan mba Dea dalam resepsi pernikahan mereka, kami pun harus kembali ke domisili masing-masing. Tak ada pesta yang tak usai.

Rute menuju Lampung kami mulai dengan melalui kawasan Jakabaring yang menurut Google Map menghubungkan akses Tol Indralaya ke Kayu Agung. Meski tak begitu yakin, tak ada salahnya untuk dicoba. Kami bertemu sekelompok bapak-bapak yang berada persis di depan pintu masuk tol Indralaya. Beberapa pemilik kendaraan di depan kami terlihat memberi ‘uang pelicin’ pada bapak-bapak tersebut. Kami?, tentu tak mau main suap. Mas Zul berlagak tanya di genapi dengan ucapan basa basi dan terima kasih dalam bahasa ogan yang saya kuasai, maka masuklah kami ke akses jalan tol yang menghubungkan Indralaya – Kayu Agung.
Awalnya, laju kendaraan kami di tol Indralaya – Kayu Agung berlangsung lancar. Hingga pada suatu kawasan dalam tol bertemu beberapa anak muda yang memberi informasi akses keluar tol Kayu Agung di tutup. Maka sekumpulan anak muda itu pun menyarankan kami untuk mengikuti rute jalan perkampungan yang letaknya menurun kebagian kanan dari posisi kami yang berada di ruas jalan tol saat itu. Merasa informasi yang di berikan para anak muda itu dapat di yakini. Terlebih terlihat ada 1 mobil yang juga melakukan hal yang disarankan oleh anak muda tersebut. Setelah berbincang sejenak (lagi lagi saya menggunakan bahasa ogan agar terlihat warga lokal meski plat kendaraan jelas jelas luar kota!), kami pun mengikuti saran para anak muda tersebut.  Awalnya ada sedikit ragu. Tapi alasan penutupan akses keluar tol di tutup dapat di terima akal sehat. Pasalnya, akses tol Indralaya – Kayu Agung memang belum usai 100 persen. Ditambah suasana sore yang beranjak gelap.

melalui kawasan hunian sederhana pedesaan
 
Susur jalan bak memecahkan teka teki pun dimulai!!.  Di awali dengan jalan kerikil diantara pepohonan karet dan perkebunan. Lalu masuk ke jalan yang dekat dengan hunian warga pada sisi kiri dan kanan jalan. Lalu berganti lagi menemui area persawahan dan kemudian menikmati alunan kelok dan lubang jalan nan aduhai dalam!. Semakin lengkap ketika di hadapkan pada sebuah jembatan besi reot yang sebagian dari penutup jembatan terbuka menganga!.  Sungguh senja yang menguji nyali.  Tidaklah saya tahu nama kawasan yang saya lalui. Selain tak ada plang yang memberi tahu nama kawasan.  Area pemukiman warga pun tergolong lengang. Berasa sedang masuk dimensi lain dari sebuah perkembangan zaman!.  Tanda-tanda kehidupan terlihat jelas ketika rute yang kami lalui bermuara pada desa Awal Terusan kecamatan Simpang Padang – Ogan Komering Ilir. Terlihat dari plang bangunan Sekolah Dasar yang kami lalui. Lega rasanya melihat keramaian setelah melalui beragam jenis kondisi jalan dan suasana perkampungan.

kondisi jalan perkampungan yang kami lalui

kondisi sekolahan yang saya abadikan melalui ponsel dari jendela kendaraan.
 
Rute melalui jalan perkampungan yang kami lakukan tentulah tak akan terjadi jika nantinya akses tol Indralaya – Kayu Agung telah selesai proses pengerjaan dan beroperasional secara penuh. Cukuplah kami yang berpetualang melalui rute jalan super fantastis dan perkampungan yang tak pernah ada dalam rencana perjalanan.  Rencana sore masuk kawasan tol Pematang Panggang pun tinggal rencana. Kenyataannya, lepas maghrib kendaraan yang dikendalikan mas Zul baru menemukan pintu tol masuk Kayu Agung. Alhasil, gelap malam di sepanjang jalan tol yang kami lalui adalah suasana malam yang mau tak mau kami hadapi. Jangan tanya bagaimana kami menghibur diri dengan suasana sekitar tol yang gelap tanpa ada kendaraan lain. Mulai dari bermain sambung lirik lagu, tebak judul lagu, tebak nama artis, hingga sambung ayat Al Quran pun kami lakukan. Hingga pukul 22.00 tiba selamat di Bandar Lampung.

9 komentar :

  1. Bang Zulman terakreditasi paripurna. Ujian dilalui dengan sempurna. Tepuk tangan gemuruh....siyap terima tantangan berikutnya hahaha

    BalasHapus
  2. Bang Zulman terakreditasi paripurna. Ujian dilalui dengan sempurna. Tepuk tangan gemuruh....siyap terima tantangan berikutnya hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. mba Tati sekarang udah bisa membedekan jalan Tol atau bukan yaaa?... jangan tanya lagi ini tol apa bukan???

      Hapus
  3. Sungguh mendebarkan dan menegangkan di jalan desa tsb. 🙈

    BalasHapus
    Balasan
    1. thanks banged lho mas Zul berkenan mengemudikan kendaraan dengan ciamik dan ketje Bn BN

      Hapus
  4. Banyak kawan orang Palembang ataupun Lampung, mereka berujar kalau sekarang ada jalan tol dan bisa memangkas jarak tempuh perjalanan. Jadi ingat kata kawan kalau lihat jalan rusak.

    "Sejelek-jeleknya jalan di Jawa, bagi kami (orang Sumatera) pasti bilang jalannya bagus. Karena jalanan kami jauh lebih parah"

    Ini semacam guyonan waktu kami ngopi di bawah pohon alpukat depan kosan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehehe.... kondisi jalan Sumatera memang menantang. itulah kenapa orang orang kelahiran Sumatera terlatih berjiwa kuat karena kerasnya hidup di Sumatera. wkwkwkkw... Itu juga jadi guyonan saya dant eman di pulau Jawa.

      Hapus
  5. Astaga jadi pengen nyobain langsung lewat tol kepalembang

    BalasHapus
    Balasan
    1. haLaaahh PHP mau ikuta ternyata sekedar janji aajjjaahhh wkwkwkwkwkw

      Hapus

Scroll To Top