Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Sabtu, 25 April 2020

GRUTAS DE GARCIA. PESONA GUA KAPUR DALAM TAMAN NASIONAL CUMBERS DE MONTERREY - MEXICO.


Monterrey Mexico

 Saya dan seluruh rombongan bergegas masuk bus usai sarapan dengan membawa serta seluruh perlengkapan yang telah dipersiapkan sejak malam. Yup, sore hari saya dan rekan-rekan tim seni budaya Bandar Lampung akan menuju kampus Universidad de Monterrey (UDEM) untuk melakukan gladi resik dan melakoni pertunjukan pada malam harinya. Tapi sebelumnya, pagi hingga siang hari kami akan mengunjungi sebuah kawasan wisata terkenal di kota Monterrey ; Grutas de Garcia.
Apaan tuh?!. Mari kita kemon. Lets go Genks!!.
 
parque (taman) Grutas de Garcia (gua Garcia)


Berdasarkan penuturan Pedro – pemandu kami selama di Monterrey, Grutas de Garcia adalah wisata alam yang menarik dan terkenal di Monterrey. Grutas artinya gua sedangkan Garcia merupakan nama kawasan dimana letak gua tersebut berada. Tetiba saya jadi ingat nama actor Hollywood ; Andy Garcia. Aa ada hubungannya dengan nama kawasan Garcia itu yaa?. Entahlah.
Sebagai kawasan wisata alam ternama di Monterrey, Grutas Garcia tentu saja ramai pengunjung. Tapi Pedro menjelaskan bahwa kami tidak akan berjejalan dengan pengunjung lain karena kedatangan kami bukan pada akhir pekan atau hari libur. “Dapat dipastikan kita tidak bertemu banyak pengunjung di lokasi nanti.” urai Pedro.

bidikan dari balik kaca bus yang sedang melaju. Imajinasi saya langsung ingat rumahnya Dinosaurs.
 
Saat Pedro membahas runutan jadwal kegiatan kami selama di kota Monterrey, saya melayangkan pandangan keluar jendela bus. Seperti biasa, perilaku saya tak lain adalah memotret dan merekam dari balik kaca kendaraan hingga menyimak aktivitas masyarakat disepanjang jalan yang dilalui bus.  Beberapa puluh menit setelah meninggalkan kawasan hotel dan pusat kota, bus yang kami tumpangi melaju dijalan yang pada kiri dan kanan hanya terdapat beberapa jenis kaktus. Khas suasana tumbuhan di lahan tandus. Beberapa pohon kering kontras menghias dengan latar pegunungan dikejauhan. Tak banyak pemukiman warga. Selama bus melaju tak banyak pula kendaraan lalu lalang.  Pedro menyampaikan bahwa kami menuju arah timur dari Monterrey. Semakin bus jauh bergerak, wujud pegunungan batu nan tandus semakin menghias disisi kiri dan kanan jalan. Seolah jalan yang kami lalui membelah gunung batu. Semakin membuat saya antusias memotret sepanjang jalan.


Wujud Cerro (gunung) Del Fraile dari areal parkir kendaraan
 
sempat foto bersama berlatar Taman Nasional Chumbers de Monterrey.
Akses masuk menuju letak kereta gantung ke Grutas de Garcia.
 
TAMAN NASIONAL CUMBERS DE MONTERREY DAN SEJARAH DITEMUKANNYA GRUTAS DE GARCIA

Bus tiba dilokasi tujuan setelah 2 jam berkendara dari pusat kota Monterrey. Dari dalam bus, wujud pegunungan nampak mendominasi. Bentangan taman bunga tropis lengkap dengan beragam jenis kaktus menyambut pengunjung dibagian depan dekat pintu masuk. Beberapa spot foto tersebar dalam kawasan taman. “Letak gua nya dimana ?” tanya saya pada Pedro. “up there.” jawab Pedro sembari mengacungkan telunjuk ke salah satu sisi gunung. Saya pun mendongak kebagian yang Pedro maksud. “Gimana sih?, ditanya letak gua kok malah nunjuk keatas?” gumam saya.

Foto Group di titik kumpul sebelum naik kereta gantung. Saya dimana?. Saya yang Motok! :)
 
Pedro mengumpulkan seluruh rombongan di sebuah sudut yang bertuliskan ‘Nuevo Leon’. Dari lokasi itu, Pedro menjelaskan soal spot yang akan kami datangi. “Selamat datang di Grutas de Garcia.” buka Pedro ada kami semua.  Menurut Pedro, Grutas de Garcia termasuk dalam kawasan Taman Nasional Cumbers de Monterrey. “Sebagimana sebuah Taman Nasional, kawasan ini tentu saja dilindungi oleh pemerintah.” ucap Pedro. “Ada beberapa gunung batu dalam kawasan Taman Nasional ini. Tapi kita akan menuju gunung Cerro Del Fraile dimana letak gua Garcia berada.” jelas Pedro. “Ada ratusan anak tangga yang dapat dilalui pengunjung untuk tiba di gua Garcia.” urai Pedro.yang kemudian disambut gemuruh penolakan dari kami semua. “Apa!!?? Menapaki ratusan anak tangga ke atas gunung!?. Mending gue nunggu disini aja.” sahut salah satu rekan penari dalam rombongan kami. “Tenang, sekarang sudah modern. Kita akan naik kereta gantung.” jelas Pedro yang membuat lega kami semua.
Untuk kamu yang ingin tahu soal tiket dan akses transportasi umum dari kota Monterrey ke Grutas de Garcia, dapat  klik disini.

lihat rute kereta gantung yang menanjak

sebagian kawasan Taman Nasional CUmbers de Monterrey dari kaca kereta gantung.

wujud gunung dan jalan raya yang saya abadikan dari  bakil kaca kereta gantung
 
Sembari berjalan menuju letak kereta gantung, Pedro menjelaskan bahwa dahulu pengunjung menapaki ratusan anak tangga untuk menuju ke letak dari gua Garcia. Setelah itu dibuatlah kereta pengangkut sederhana sebelum ada kereta gantung seperti sekarang ini. Cerro Del Fraile atau gunung Del Fraile sendiri memiliki ketinggian 1.080 meter diatas permukaan laut. Menurut Pedro, dalam catatan sejarah Meksiko, gua-gua dalam gunung batu itu terbentuk sekitar 50 juta tahun lalu berdasarkan fenomena alam. Gua Garcia sendiri diyakini tersembunyi sejak masa prasejarah hingga akhirnya pada  tahun 1843 ditemukan oleh pastur bernama Juan Antonio Sobrevilla ketika ia memutuskan untuk bersantai disekitar kawasan usai melakoni perjalanan panjang. Sejak tahun 1843 itulah masyarakat di Garcia, Monterrey hingga Meksiko mengetahui gua Garcia didalam gunung  Del Fraile. Seiring waktu, kawasan Taman Nasional mengalami banyak pembenahan. Salah satunya penambahan beragam fasilitas pendukung berupa kereta gantung yang sedang membawa saya dan rombongan beranjak menuju puncak gunung Del Fraile. Kereta gantung yang kami tumpangi tergolong kuat karena mampu membawa 30 orang dalam sekali perjalanan. Kemiringan 45 derajat menanjak pun menjadi sensasi tersendiri. Bagi yang takut ketinggian baiknya pejamkan mata selama dalam kereta gantung. Tapi saya, seperti biasa,  memotret bentangan alam yang begitu memukau selama kereta gantung bergerak naik.

Koridor tertinggi di puncak gunung Del Fraile menuju mulut gua. Lihat anak tangga itulah yang juga dapat jadi akses pengunjung sebelum ada kereta gantung.
 
PESONA BATU RUNTUH DAN RUANG-RUANG TEMATIK.

Usai menaiki kereta gantung, kami menyusuri sebuah koridor yang terhubung dengan mulut gua. Dari koridor tersebut terlihat jelas bentangan Taman Nasional Cumbers de Monterrey. Wujud gunung batu dengan hamparan tumbuhan tandus begitu khas dari kejauhan. Formasi stalaktit dan stalakmit batu kapur langsung terlihat begitu kami melewati pintu masuk. Menurut Pedro, bebatuan dalam gua memiliki ketinggian 300 meter dengan kedamalam 105 meter. Dari letak pintu masuk terdapat dua jalur yang dapat diakses oleh pengunjung. Satu jalan menurun dan satu jalan menanjak.  Uniknya dari masing masing jalur tersebut terdapat ruang-ruang tematik yang menjadi bagian dari pengelolaan kawasan. Pada akses jalan menurun terdapat 11 ruang tematik dan pada akses jalan menanjak terdaat 16 ruang tematik. Pedro mengajak kami menapaki anak tangga yang menanjak.

fasilitas untuk mengamati sebagian bentangan Taman Nasional Cumbers de Monterrey.

Bayangkan, ini adalah tampilan sebagian dari Taman Nasional Cumbers de Monterrey. gimana keseluruhannya yaa?
 
Cafetaria depan pintu masuk ke dalam gua (grutas) de Garcia.
Secara bentuk dan tampilan, gua Garcia yang ada dihadapan mengingatkan saya pada wujud gua Puteri di Ogan Komering Ulu – Sumatera Selatan. Sama persis. Berhias lampu penerang dibeberapa sisi. Meski ada beberapa bentuk bebatuan yang unik dan tidak ada di dalam gua Puteri – Baturaja, OKU, termasuk dekorasi salib dibeberapa sudut ruang.  Soal suhu selama dalam gua tak perlu khawatir. Terasa sejuk. Terlebih ada papan penjelasan mengenai suhu udara dalam gua yang menunjukkan angkat 18 derajat celcius. Jauh lebih sejuk ketimbang terik matahari diluar gua.

menapaki anak tangga menuju bagian atas


salah satu sudut dengan tata penerangan yagn menarik dalam  salah satu ruang di Grutas de Garcia.


formasi Stalaktit dan Stalagmit dalam Grutas de Garcia.
 
Ruangan pertama yang Pedro perkenalkan ke kami adalah ruang dengan nama ‘El salon de la luz’ atau ‘the light chamber’. Menurut Pedro, penamaan tersebut karena kejernihan alami pada bebatuan hingga langit-langit sehingga memungkinkan cahaya luar memasuki ruangan. Selanjutnya, kami memasuki ruangan yang bertuliskan ‘La Octava Maravilla’ yang memiliki makna keajaiban kedelapan karena membentuk formasi stalagmit dan stalaktit berupa ceruk luas seperti bak pemandian. Selanjutnya ada pula ruangan dengan nama ‘El Salon del Aire’ – sebuah ruang yang seolah memiliki panggung berundak.

langit-langit gua yang berwarna putih jernih memantulkan cahaya.

El Teatro.
 
SOK TEGAR DIHADAPAN MAKAM KERAMAT

“Kita tak akan selesai menyusuri lorong demi lorong gua untuk menikmati seluruh ruangan.” ujar Pedro pada rombongan kami. Terlebih panjang lorong gua mencapai 3,5 km. Sedangkan waktu kunjungan kami hanya berlangsung sebelum jam makan siang. “Silakan berfoto di ruang ini saja” sahut Pedro yang memutuskan membebaskan kami untuk mengabadikan bebatuan cantik di ruang bernama ‘El Teatro’ – sebuah ruang yang lebih luas dari beberapa ruang yang kami datangi sebelumnya karena berbentuk seperti sebuah ruang pertunjukan (theatre). “ Apakah sering ada pertunjukan disini?” tanya saya menghampiri Pedro ketika semua orang sedang mengabadikan diri di bebatuan. “Yes. Ruangan ini kerap jadi pelaksanaan ritual keagamaan.” jawab Pedro setengah berbisik pada saya sembari mendekatkan badannya.  Saya membaca ada sesuatu yang disembunyikan dati gelagat yang Pedro perlihatkan. “Jenis ritual semacam apa?” tanya saya semakin penasaran. “Follow me…” sahut Pedro seraya menoleh ke kiri dan kanan memastikan tak ada orang lain selain ia dan saya.
 Saya pun antusias mengikuti langkah Pedro ketika seluruh rombongan sedang seru berswafoto disegala sudut ruang bebatuan. 

mulanya Pedro mengajak saya melalui celah ini.

melalui jalan sempit begini ...
  
Pedro mengajak saya pada sebuah jalan yang tak begitu luas. Sebuah alur berbelok dari ruangan El Teatro sebelumnya. Pada jalan mirip gang pemukiman sempit itulah saya semakin dibuat terpesona pada bentuk bebatuan dilangit-langit gua yang seolah berjatuhan. Kekaguman saya pada wujud batu runtuh tak berlangsung lama. Karena dari gang sempit yang tadi saya lalui, Pedro membawa saya pada sebuah pertemuan jalan yang menghubungkan kami ada sebuah ruangan yang tidak terlampau luas tetapi terlihat ada sebuah altar berhias. “Ini dipercaya sebagai makam pastur yang menemukan gua ini, Juan Antonio Sobrevilla”. jelas Pedro yang sontak membuat saya bergidik!!. Sembari menguatkan diri saya tetap memotret wujud makam meski sekuat tenaga menahan ketakutan. Nama akun sih boleh duniaindra, tapi bukan berarti gue berani dengan dunialain!!.
“Kamu boleh memotret lebih dekat.” Pedro memberi saya kesempatan.
“oh cukup.” jawab saya yang sedang sok berani.
“Lalu ritual macam apa yang terjadi? Dan apa hubungannya dengan makam itu?” tanya saya menuntaskan rasa penasaran.
“Beberapa perkumpulan keagamaan dan juga pengurus kawasan disini sering buat upacara penyembahan untuk Pastur yang dipercaya menjadi penjaga kawasan ini.” jelas Pedro yang membuat saya semakin merinding takut.
“Apakah makam ini boleh didatangi semua pengunjung yang masuk ke gua Garcia?” tanya saya sembari melangkah perlahan menjauhi letak makam.
“Boleh saja.” jawab Pedro. “Asal tidak melakukan hal-hal yang membuat si Pastur marah.” jelas Pedro kemudian. “Masyarakat lokal percaya ruh Pastur masih hidup dan menikmati kehidupannya di dalam ruang-ruang yang ada di gua ini.” ujar Pedro yang tak terasa membawa saya kembali ke letak ruang teater dimana seluruh rombongan berkumpul dan kemudian sepakat beranjak keluar gua.

nampak wujud makam
 
ini hasil foto yang paling dekat yang saya mampu potret. tak berani lebih dekat. bergidik seluruh tubuh.

 
Moment sebelum turun ke bawah dengan kereta gantung. Yeeeyyy ada wujud saya dalam foto bersama ini.
 
Mata saya tak henti memandangi seluruh ruangan dan dinding gua sebelum akhirnya kembali berada di luar mulut gua dan bersiap menaiki kereta gantung kembali. Saya merasa beruntung melihat wujud makam berkat Pedro meski sebenarnya memunculkan banyak pertanyaan. Tapi sudahlah, bukankah manusia memang harus menghargai aktivitas warga tak kasat mata?. Dan saya yakin, selama kita memiliki tata karma berkunjung tentu akan baik-baik saja. Sejak mendapat kesempatan ngobrol berdua dengan Pedro dalam kunjungan ke Grutas Garcia itu, saya kemudian mendapat banyak kisah seru yang selalu terjadi dalam obrolan singkat disela-sela kegiatan selama di Monterrey. Kelak penuturan Pedro lainnya akan saya ceritakan lagi di judul kisah selanjutnya yaaa.

0 comments :

Posting Komentar

Scroll To Top