Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Rabu, 03 September 2014

FESTIVAL KRAKATAU 2014, KETIKA DUNIA MAYA BERNYAWA.



 
Mas Yopie, mba Lia, Derry, mas Teguh dan Saya

Tahun 2014 Festival Krakatau memasuki usia pelaksanaan yang ke 24. Sebuah rentang waktu yang cukup panjang. Ibarat usia beranjak dewasa dan tak bisa di bilang hanya muda, tentu usia 24 tidak berlaku permakluman akan sebuah pengulangan kesalahan. Begitu pula dengan pelaksanaan Festival Krakatau yang merupakan event tahunan provinsi Lampung yang masuk dalam kalender event pariwisata tingkat nasional pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Sebuah penggarapan event yang harus serius dan benar benar melibatkan banyak unsur terkait di dalamnya.

Anak Gunung Krakatau dari kejauhan


KEMENANGAN MEDIA SOSIAL

Sejak awal rencana di gaungkannya pelaksanaan Festival Krakatau tahun 2014, penduduk dunia maya – para pelaku sosial media marak memperbincangkan gelaran yang akan di laksanakan tersebut. Mulai dari memberi ide dan saran membangun hingga kritikan pedas.
Yang menarik – bagi saya, adalah adanya beragam perubahan baru yang terlihat menjelang di laksanakannya event Festival Krakatau tersebut. Salah satu diantaranya ada nya akun twitter @KrakatauFest yang dapat menampung segala aspirasi dari para penghuni dunia maya. Selain itu bentuk bentuk propaganda yang ada seperti bentuk tulisan dan logo event Festival Krakatau mengalami pergeseran dari konsep kaku nan lawas tahun tahun sebelumnya.
Adalah para admin akun @KelilingLampung, @InfoLampung dan @BandarLampung yang bahu membahu meng-inisiasi beragam keinginan untuk beragam bentuk perubahan dalam gelaran festival Krakatau dan gayung pun bersambut, beragam admin akun akun yang ada di provinsi Lampung termasuk akun akun twitter perorangan beramai ramai menyuarakan keinginan sebuah perubahan.

Perubahan yang sangat diharapkan adalah bahwa, Festival Krakatau harus jadi hajatan rakyat bukan pesta pejabat. Dan tampaknya upaya keras menyuarakan perubahan melalui media sosial di sambut baik pula oleh akun resmi Gubernur Lampung – Ridho Ficardho yang merespon beragam masukan dan saran yang membangun untuk event Festival Krakatau 2014. Selain itu Pemerintah Provinsi Lampung melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung juga mengundang beberapa admin akun twitter yang ‘berkicau’ di media sosial dalam rapat bersama dan mendengarkan keinginan yang mewakili harapan masyarakat luas. Dan setidaknya apa yang jadi harapan banyak pemilik akun bahwa kunjungan ke anak gunung Krakatau harus benar benar berupa kunjungan bukan hanya sekedar melihat dari atas kapal ferry. Kehadiran Duta Besar yang selama ini terjadi cukup di malam Krakatau night saja dan core event memadai lainnya. Penyambutan Duta Besar (yang belum tentu Duta besar sungguhan) yang mengeluarkan budged cukup banyak di nilai sebagai sebuah tindakan yang kurang tepat dan tidak berdampak terhadap penyebaran informasi dari gelaran Festival Krakatau itu sendiri.

 
View dari puncak Anak Gunung Krakatau

Kebahagiaan tiba di puncak anak Gunung Krakatau

TOUR KRAKATAU 

Pada tahun 2008 saya sempat ikutserta dalam rombongan tour Krakatau dengan kapal ferry tetapi itu hanya melihat rupa anak gunung Krakatau saja. Tapi kini, seperti yang di gaungkan sebelumnya bahwa kunjungan ke Anak Gunung Krakatau benar benar akan jadi kunjungan berupa menapaki langsung dari bibir pantai landai hingga mendaki anak gunung Krakatau. 

Pukul 6 pagi saya bersama Mas Yopie, Mas Teguh, Derry dan lebih kurang 150 peserta lain yang telah mendaftarkan keikutsertaannya via twitter. Bersama panitia dan undangan media serta beberapa tamu dinas dengan total peserta 300 orang dalam 10 bus bergerak menuju Kalianda – Lampung Selatan.

Perjalanan bermula di Pelabuhan Boom – di pusat Kuliner Kalianda. Dengan Kapal berukuran lebih besar dari pada yang pernah saya tumpangi  ketika 17 Agustus lalu. Setelah menempati kapal masing masing sesuai dengan group rombongan bus kami pun bergerak mengarungi lautan dengan suasana riuh gembira. Beragam usia ada dalam rombongan. Tua Muda jadi satu kesatuan. Beragam profesi seolah terlupakan dan membaur dalam rombongan yang berhasrat menikmati keindahan Anak Gunung Krakatau nan eksotik secara langsung. Yang tak kalah menarik perhatian adalah ikutsertanya Ibunda dari Gubernur Lampung. Si Ibu dan team nya  membaur dalam kapal bersama peserta tour lainnya.

Dengan pengawalan Polisi Air dan angkatan laut, kami berarak arak membelah kegagahan samudra membentang. Yang unik dari pelaksanaan Tour Krakatau kali ini adanya Larung Laut, yang didalamnya ada prosesi pemberian sesaji yang telah di siapkan masyarakat sekitar ke laut lepas sebagai sebuah tradisi masyarakat pesisir Lampung. 


Larung Laut/Ruat Laut Tradisi Masyarakat Pesisir Lampung

Atraksi Pencak persembahan masyarakat Pulau Sebesi di lereng Anak Gunung Krakatau

 Lebih kurang 3 jam mengarungi Laut lepas dengan beragam kisah keseruan di dalamnya, akhirnya kami tiba di bibir pantai anak gunung Krakatau yang telah di padati oleh masyarakat yang berasal dari Pulau Sebesi yang menyemarakkan suasana penyambutan dengan tari tari dan pencak khas nusantara. Hiburan rakyat nan khas kemudian menjadi daya tarik tersendiri pagi pengunjung yang bukan hanya dari Provinsi Lampung tetapi juga dari luar Lampung bahkan beragam media local dan nasional turut serta menjadi saksi secara langsung bagian dari sejarah besar peradaban kehidupan – Anak Gunung Krakatau.

Suasana bahagia, bangga dan puas terpancar di wajah mereka yang berhasil menaklukkan  anak gunung Krakatau. Keindahan view dari puncak Anak Gunung Krakatau seolah jadi imbalan yang setimpal dari jerih payah pendakian. Tak semua orang berhasil mendaki. Ada yang hanya sampai pada lereng atau hanya cukup puas ada di setengah perjalanan saja.

Kebersamaan sebagain Team

Kebahagiaan mengarungi Lautan

Pemendangan indah yang di dapat sepulang dari Anak Gunung Krakatau


Tour Krakatau kali ini sungguh berkesan dan benar benar jauh beda dari konsep pelaksanaan Tour Krakatau tahun tahun sebelumnya. Saya sangat mengapresiasi kerja keras panitia, dinas terkait dan semua pencetus ide ide yang sebelumnya di anggap tak mungkin oleh beberapa pihak. Jika saja Panitia Tour Krakatau lebih banyak menyediakan air mineral selama pelayaran, saat akan mendaki hingga setelah mendaki tentu keluhan dehidrasi sebagian peserta tour akan teratasi. Saya pribadi cukup kewalahan menghandle rasa haus yang teramat-sangat. Hingga harus memohon-mohon air mineral pada petugas pos keamanan di kawasan cagar alam Anak Gunung Krakatau dan kemudian harus berunsukan di dapur dan meminum air mentah tapi bersih untuk menenangkan tenggorokan. Tak apalah yang penting air mineral tawar. Tak perduli air matang atau mentah yang penting air.!

Saya pribadi berharap pelaksanaan event Festival Krakatau tahun tahun mendatang harus lebih di tingkatkan dan terus mendapat sentuhan kreativitas serta membawa nilai nilai budaya Lampung yang luhur dalam rangkaian kegiatannya. Terutama rangkaian Pawai Tapis Karnival yang harus mendapat perhatian labih mengingat pelaksanaan yang molor sampai 2 jam dan rute jalan yang tidak benar benar di tutup bagi kendaraan umum. Mensukseskan Festival Krakatau memang bukan hanya tugas pemerintah atau dinas terkait, tapi tugas semua yang ada di provinsi Lampung tak peduli suku asal muasalnya. Beuntung para pelaku dunia maya berhasil ‘menggiring’ opini dan arah kreatif pelaksanaan Festival Krakatau tahun ini. Menjadikan Krakatau Festival sebagai sebuah Trending Topic di ranah Twitter adalah sebuah bukti bahwa kekuatan dunia maya tak bisa di anggap main main. keseriusan pembenahan di beragam bidang di kemudian waktu bisa jadi membuat pelaksanaan Festival Krakatau kedepannya akan jadi lebih baik.

0 comments :

Posting Komentar

Scroll To Top