Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Rabu, 05 November 2014

FESTIVAL TELUK SEMAKA, GELARAN SARAT BUDAYA


Promo event Festival Teluk Semaka 7

Pada 1 November 2014, Tanggamus – salah satu kabupaten di Provinsi Lampung menyelenggarakan event seni budaya dan pariwisata  tahunan daerah yang bertajuk Festival Teluk Semaka. Dalam penyelenggaraannya yang ke tujuh di tahun ini, Pemerinah Daerah tampak berupaya semaksimal mungkin mengangkat beragam seni budaya yang berakar dari masyarakat asli Tanggamus hingga memperkenalkan beragam object wisata unggulan di kabupaten yang bagian selatan nya berbatasan langsung dengan samudera hindia tersebut. 

Tema Majestic Tanggamus yang diangkat dalam gelaran Festival Teluk Semaka 7 kali ini bukan tanpa alasan, menurut Mas Yopie – Admin Akun Keliling Lampung, yang saya tanyai menjelaskan bahwa, Majestic Tanggamus diangkat mengingat Kabupaten Tanggamus memiliki tiga pilar kemegahan (majestic) utama sebagai sebuah Kabupaten. Pertama, Gunung Tanggamus, kedua Teluk Semaka dan ketiga adalah Letak Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang sangat populer tersebut yang sebagiannya bersinggungan langsung dengan kabupaten Tanggamus.

ADOKH NAN AGUNG

Bejuluk Beadek – yang merupakan salah satu bagian dari falsafah hidup adat masyarakat lampung mengandung makna Bejuluk Beadok (memberi gelar) pada kerabat atau handai tolan yang di hormati untuk dapat memperkuat silsilah kekeluargaan.
Pemberian gelar dalam tatanan masyarakat Lampung merupakan upaya untuk melestarikan salah satu tradisi budaya masyarakat Lampung sejak dahulu. Bukan hanya di lakukan saat berlangsungnya upacara pernikahan tetapi juga memberikan gelar pada tetamu agung yang kemudian menjadi bagian dari kekerabatan.
Pada 1 November 2014, lalu saya  bersama rekan rekan yang di undang pada gelaran Festival Teluk Semaka ke 7  berkesempatan melihat secara langsung pelaksanaan dari pemberian gelar atau kerap disebuat oleh masyarakat Tanggamus Pengentahan Adokh. Ritual pemberian gelar tentu bukan hal asing bagi saya. Sejak kecil, sebagai bagian dari keturunan adat Lampung, saya kerap menyaksikan pemberian gelar setidaknya ketika salah satu kerabat yang berasal dari keluarga besar Papa ada yang menikah. Layaknya bagian dari tradisi, tentu tata cara dan runutan pemberian gelar bukan hal yang sembarangan. Ada berbagai aktivitas yang jika di simak terkesan begitu sakral. Salah satunya dalah iringan yang akan di beri adat harus di arak keluar rumah dengan tidak boleh menyentuh tanah terlebih dahulu tetapi harus dibopong/diangkat oleh petugas atau melalui semacam permadani yang di persiapkan khusus hingga sampai pada singgasana yang di persiapkan dan kemudian di tandu hingga tiba di lokasi upacara pemberian adokh.
Pengentahan Adokh (pemberian gelar kehormatan) yang berlangsung di Tanggamus kala itu sarat dengan balutan nuansa adat Saibatin atau pesisir, dimana hal tersebut dapat di lihat dari busana pengantin atau sepasang yang akan diberi gelar kehormatan memakai busana berwarna merah dengan siger berlekung tujuh khas masyarakat adat Saibatin atau Pesisir. Pemberian Adokh dalam gelaran Festival Teluk Semaka ke 7 kali ini tentu merupakan upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus untuk terus dapat melestarikan Budaya luhur provinsi Lampung.

Ritual Pengentahan Adokh

persiapan Pengentahan Adokh


PINCAK KHAKOT.

Setelah saya dan pengunjung Festival Teluk Semaka 7 di suguhkan ritual adat Pengentahan Adokh (Pemberian gelar kehormatan) yang penuh dengan tata cara budaya Lampung, selanjutnya yang tak kalah menarik adalah gelaran Carnaval Budaya.
Tak berbeda jauh dengan Carnaval Budaya pada gelaran festival Daerah lain, tentu persiapan iring-iringan dengan beragam pernak pernik seni daerah akan sangat mudah di jumpai. Beragam seni daerah dan anekaragam budaya dan etnis di Indonesia menghias performa.  Tetapi ada yang berbeda dan sangat khas dalam gelaran Carnaval Budaya yang terjadi dalam rangkaian Festival Teluk Semaka ke 7 di Kabupaten tanggamus kali ini, yakni – Pincak Khakot.
Pincak Khakot yang berarti Pencak Khakot adalah sebuah tradisi luhur masyarakat Lampung. Menurut seorang pelaku Seni Pincak Khakot yang saya temui – bapak Andi Wijaya yang merupakan bagian dari pelaku Pencak Khakot tersebut mengungkapkan, bahwa Tari Khakot adalah tari pedang yang pada dahulu kala dibawakan oleh para panglima (disebut hulu balang) untuk menyambut tetamu agung. Para Hulu Balang ini terdiri dari dua pasang penari yang akan memainkan pedang di depan pada tetamu agung tersebut. Dengan filosophi untuk menjaga para tetamu agung tersebut dari ancaman bahaya yang bisa saja datang.
Tari khakot sendiri pada awalnya diciptakan dari kejelian seniman dari Marga Balak yang melihat burung elang di atas langit. Terispirasi dari gerakan burung elang itulah, maka terciptalah tarian khakot yang kemudian di sebut seni Pincak Khakot dengan gerakan khas yang kerap di sebut Mayang Bekekhang atau elang berjemur. Pada perjalanannya, Seni Pincak Khakot juga kini kerap di jumpai dalam iring-iringan pengantin Pria menuju rumah Pengantin wanita pada rangkaian prosesi pernikahan.
Nah, dalam gelaran Khakot pada Festival Teluk Semaka ke 7, saya melihat seni Pincak Khakot tersebut secara langsung dengan suasana kolosal dan melibatkan tak kurang dari 1.000 orang pelaku Khakot. Tak hanya para pelaku Khakot professional, tetapi juga melibatkan remaja dan anak anak belia. Dengan busana hitam layaknya pahlawan pencak, di lengkapi dengan pedang buatan (pedang pedangan) yang di kemas oleh panitia sedemikian rupa, di tambah ikat kepala khas berwarna merah dengan ornament hias kuning emas, menjadikan persembahan Khakot yang merupakan sajian unggulan dalam gelaran Carnaval Budaya Festival Teluk Semaka ke 7 di Kabupaten Tanggamus ini sangat special, wajar jika upaya untuk melakukan pemecahan Rekor MURI berhasil di dapatkan dalam penyelenggaraan ini. 

Suasana Jelang Karnaval Budaya


gerakan Pincak Khakot

Rombongan 1000 pelaku Pincak Khakot


SPARKLING NIGHT

Setelah sepanjang siang hingga sore, masyarakat dan tamu undangan di suguhkan sajian Pengentahan Adokh dan Carnaval Budaya dengan menu utama Pincak Khakot nan kolosal, pada malam harinya, Masyarakat di suguhkan sajian music yang menghibur.
Berlangsung di Lapangan Merdeka yang dekat dengan lokasi Taman kota dan juga Rumah Dinas Bupati Tanggamus, gelaran Sparkling Night seolah menjadi pertanda puncak dari seluruh gelaran Seni Budaya dan juga pengenalan object Wisata yang ada di kabupaten Tanggamus. Malam itu tak kurang dari seribu lebih warga Tanggamus tumpah ruah di lapangan Merdeka. Bersama jajaran Pemerintah Daerah yang juga hadir di tenda VIP seolah menjadi perayaan tersendiri akan sebuah selebrasi kebahagiaan dalam gelaran event tahunan kabupaten Tanggamus. Rangkaian acara ceremonial penutupan Festival Teluk Semaka juga mengetengahkan medley tarian daerah dan nusantara – pertanda bahwa kabupaten Tanggamus didiami oleh beragam suku budaya se-nusantara. Di tambah dengan ending letupan kembang api yang megah menjadikan suasana malam itu benar benar sparkling. Tak hanya sampai di situ, Masyarakat yang telah berbondong-bondong sejak sore di lapangan Merdeka di manjakan oleh suguhan musik dari penyanyi dan musisi pilihan provinsi Lampung hingga performa menghentak Trio Macan yang dengan formasi baru tetap menghibur untuk sebuah gelaran pesta rakyat. Meski tak bisa di pungkiri Trio Macan bukan suguhan yang bisa dijadikan acuan untuk soal olah vocal yang baik. Tapi setidaknya menghibur masyarakat yang kelelahan dan haus hiburan walau beberapa atraksi yang seronok dan tak begitu penting di simak jadi hiasan di sepanjang penampilan. Okelah untuk goyang senang-senang dan sarana penghilang penat seharian.

Trio Macan beraksi.!

1 komentar :

  1. Trio macannya cheboook :)))
    Pantesan om Indra betah bgt nontonnya..hihi

    BalasHapus

Scroll To Top