Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Rabu, 05 November 2014

TOUR SEMAKA ; DAYA PIKAT WISATA ALAMI



view dari puncak lereng Gunung Tanggamus


Layaknya sebuah gelaran event tahunan Seni Budaya dan Pariwisata Daerah, tentu event Festival Teluk Semaka ke 7 juga ingin melakukan promosi objek pariwisata daerah secara maksimal dengan melibatkan beragam lapisan masyarakat dan pelaku dari Seni Budaya dan Pariwisata sebagai pihak yang dapat menyebarluaskan informasi kepada khalyak luas. Salah satunya adalah dengan melibatkan pihak pihak yang berkecimpung di dunia maya (social media) untuk menjadi bagian dari promosi efektif sebuah gelaran akbar tahunan kabupaten Tanggamus. Tak bisa di pungkiri, peran cyber dunia maya saat ini menjadi trend dan tanda modernitas masyarakat. Tak hanya di luar negeri tetapi juga di Indonesia. Pada gelaran Festival Krakatau Provinsi Lampung tahun 2014 contohnya, Social media memiliki peran yang cukup significant. Terbukti akun akun komunitas twitter maupun personal dapat menggiring antusiasme public pada gelaran Festival Karakatau 2014 hingga menjadikan event Festival Krakatau 2014 sebagai Trending Topic kala itu.  Hal ini pula yang kemudian membuat pelaksana Festival Teluk Semaka ke 7 menggandeng beberapa akun komunitas maupun personal di twitter termasuk juga blogger agar gaung event tahunan kabupaten Tanggamus tersebut dapat di kenal masyarakat luas.

Sebelum gelaran puncak Festival Teluk Semaka pada 1 November. Saya dan beberapa rekan baik admin dari akun komunitas maupun akun twitter personal, dan beberapa blogger telah berada di Kota Agung – Tanggamus sejak tanggal 30 Oktober malam. Menempati rumah salah satu Kabid DisPoraBudPar Kabupaten Tanggamus. Sejak malam itu saya membaur dengan beberapa sosok yang sebagain sudah saya kenal sebagain lagi baru saya kenal di lokasi. Tak butuh waktu lama bagi saya untuk menyesuaikan diri menrima mereka menjadi team yang akan bersama dalam misi menghadiri dan meliput gelaran Festival Teluk Semaka 7 Kabupaten Tanggamus.

PAGI YANG MEMIKAT

Lelah setelah menempuh perjalanan Bandar Lampung – Tanggamus semalam masih nampak di wajah saya dan rekan rekan, terlebih rekan rekan yang datang dari Jakarta, Bogor dan Solo yang juga jadi bagian dari team.
Pagi itu, saya dan teman teman menyemangati diri memulai hari dengan mengunjungi dermaga ikan Kota Agung. Melihat keriuhan para nelayan dan tengkulak pasar ikan yang berjibaku dengan aktivitas rutin nan berat yang mereka lakukan seperti menjadi pemandangan yang menyenangkan. Yang saya tahu, Ikan Ikan dapat di peroleh di pasar atau supermarket dan kemudian terhidang di meja makan dalam beragam jenis menu. Tapi pagi itu saya jadi tahu seperti apa Ikan Ikan itu berproses dari lautan lepas, tangkapan nelayan dan kemudian terjadi transaksi jual beli, tawar menawar antar nelayan dan pedagang hingga kemudian di jual kembali di pasar ikan. “…Oh, alangkah kaya hasil laut Indonesia”. Berkali kali saya berdecak kagum dan syukur pada yang kuasa atas karunia hasil laut yang melimpah. Sesekali saya mencoba mengajak nelayan dan pembeli ikan dalam percakapan singkat. Tak baik jika berlama lama karena pekerjaan mereka bukan hal yang ringan. Rekan rekan yang lain tak kalah antusias. Mem-photo, berbincang hingga melakukan tawar-menawar layaknya niat membeli ikan ikan tersebut. Sungguh kesempatan tambahan bisa hadir di event Festival teluk Semaka sekaligus bisa lihat langsung aktivitas dermaga pelabuhan Ikan Kota Agung. Bonus seorang petualang.

NATURAL TOUR

Setelah mandi pagi bergiliran dan sarapan serta ritual pagi  per personal lainnya, saya dan rekan rekan yang berjumlah 30 orang dalam satu rumah tersebut, bersiap diajak berkeliling mengunjungi beragam object wisata menarik di Tanggamus. Pak Elvan – yang menjadi ketua dalam memandu kami tampak telah siap sejak semalam. Beragam persiapan telah mereka lakukan untuk gelaran Festival Teluk Semaka kali ini. Kami pun dapat informasi banyak seputar event dan juga beragam rangkaian kegiatan selama tiga hari di Kota Agung – Tanggamus.
Tujuan pertama kami pagi itu adalah mengunjungi Lereng Gunung Tanggamus. Jadwal yang semestinya di mulai sejak pagi jam 7 molor hingga jam 10 karena harus menunggu surat izin kegiatan yang terlambat akibat aliran listrik se-Tanggamus padam total sejak semalam. Beruntung home stay dimana kami tinggal menyediakan genset. Cukuplah untuk keselamatan kamera dan HP sebagai senjata narsis dan mengabadikan moment.  Aah .. lagi lagi Lampung sedang di landa krisis daya Listrik yang sekarat. PLN patut di do’a kan agar selamat dunia akhirat.
Lebih kurang 30 menit menempuh perjalanan dari home stay menuju pemberhentian yang kelak akan membawa kami menyusuri Gunung Tanggamus. Rencananya, kami akan di bawa menikmati view dan keindahan alami yang ada di dataran lereng gunung Tanggamus. Jika pun ingin sampai puncak gunung Tanggamus di butuhkan waktu sekitar 3 jam. Oke lah kami cukup menikmati view saja dari lereng gunung Tanggamus saja.
Pada awalnya, pendakian menuju lereng gunung Tanggamus cukup ringan. Sesekali kami masih kerap bersenda gurau dan mengomentari banyaknya tumbuhan sayur mayur seperti Tomat, Cabai, Kol dan tumbuhan pertanian lainnya yang terhampar luas di kiri dan kanan jalan setapak yang kami lalui. Lama kelamaan kelelahan dan tarikan nafas panjang menghiasi setiap personal. Saya pun begitu, merasa medan yang di tempuh lebih berat ketimbang mendaki anak Gunung Krakatau beberapa waktu lalu.  Padahal  tujuan kami hanya lereng gunung Tanggamus.
Kami sempat berhenti di spot pertama hanya karena melihat sebuah pepaya matang.  Hanya dengan di hempas pada sebilah tonggak kayu pun pepaya terbelah dan kami berebut mencicipinya. Nampak kasihan melihat gelagat lapar kami, pak Kepala Desa yang turut dalam trip pendakian pun dengan sigap mengambil pepaya pepaya setengah matang dari pohon pohon pepaya yang tak jauh dari posisi kami berada. Aahh… sungguh moment menarik untuk di abadikan. Bagaimana kami yang merasa penduduk modern tiba tiba merasa sangat butuh kudapan pepaya untuk mengatasi rasa lelah dan lapar di tengah kebun kebun sayur di lereng gunung Tanggamus nan gagah.  Tak butuh waktu lama menghabiskan pepaya pepaya setengah matang yang di belah dengan pisau petani yang leawat didepan kami. Saya, tentu tak mau kelaparan dalam pendakian lanjutan, hingga memutuskan membawa dua potong pepaya setengah matang yang saya genggam sambil melanjutkan pendakian.
Ternyata medan yang di tempuh selanjutnya tidaklah mudah. Kontur tanah yang lembab, bebatuan dengan badan jalan yang tak rata dan menanjak adalah tantangan tersendiri. Saya dan Derry saling menyemangati diri untuk segera tiba di spot yang di maksud lebih awal agar bisa photo dan mengabadikan moment lebih awal. Ketika yang lain datang, kami istirahat.  Teman teman yang lain pun tampak semangat memacu diri untuk tiba di spot lereng yang di tentukan. Setelah menikmati view dengan berphoto dan mengabadikan moment indah terbayar sudah lelahnya melakukan pendakian. Lengkap dengan menyusuri jalan setapak nan curam menuju mata air pegunungan yang sangat murni dan segar. Saya dan beberapa rekan pun mencoba menikmati dinginnya air pegunungan tersebut. Air Sorgawi.!
Ada pendakian tentu ada penyusuran kembali kearah semula. Ingin rasanya langsung tiba di bagian bawah tanpa perlu bersusah jalan menyusuri. Tapi apa daya, kami pun harus kembali ke tempat semula. Seluruh team bergegas menuju bagian semula dengan tak lupa mempir ke spot dimana telah di siapkan makan siang. Lapar yang teramat sangat melanda saya dan rekan rekan pendakian terlebih saat itu telah lewat jam makan siang yang semestinya. Tak apalah. Ada baiknya lapar maksimal agar makan pun lahap maksimal. Hahahah.
Untuk makan siang kali ini, saya sangat antusias. Pasalnya, panitia melalui ibu ibu desa menyiapkan makan siang di hamparan luas dekat tanaman Kol dan tumbuhan pertanian lainnya. Aahh …berasa sedang piknik keluarga besar. Terlebih menu makan siang yang sangat menggoda selera. Ada Ikan Mas Bakar, Sayur Asem, Tempe Goreng, Lalapan plus Pete.!! …ooohh…. Makanan Sorgawi di tempat Sorgawi pula.!! Karena makanan sorgawi  tak musti di Hotel bintang 5.!! Hahahaha….
Awal kami memulai makan siang sungguh sebuah gelaran yang sangat bahagia. Layaknya keluarga besar kami menikmati santapan siang dengan penuh suka cita, nyaris bagai orang orang yang tak bertemu makan seharian penuh. Sorak sorai gembira karena lauk pauk yang sesuai dengan selera, di tambah suasana sekitar yang tenang dan sejuk nya pedesaan menjadi moment berharga kala itu. Sayang, hal itu tak berlangsung lama. Bagai dongeng cinta yang ketiban malapetaka petuah sihir, hujan datang menyapa kami. Awalnya rintik hujan kami hiraukan. Kami fikir rintik hanyalah sesaat. Tapi lama kelamaan rintik hujan berangsur deras dan menyerang kami tanpa permisi. Satu persatu berlarian menyelamatkan diri dengan tak lupa membawa beberapa makanan yang bisa di selamatkan dengan harapan bisa di makan kembali. Ada pula yang tetap melanjutkan makannya meski nasi telah terguyur air hujan.!!. Saya pun tak kalah sigap. Jika yang lain menyelamatkan barang bawaan agar tak basah. Saya malah membawa semangkuk kecil sayur asem, lengkap dengan nasi dan lauk pauk serta lalapan yang belum dihabiskan dalam genggaman menuju pondok tani terdekat plus pete satu papan!!. Niat hati inigin melanjutkan makan sambil berteduh di pondok tani berukuran 2 meter itu dengan rekan rekan lain. Apa daya Pete yang di selamatkan malah terinjak Andy.!!
Moment tragedy hujan di makan siang itu adalah moment langka yang jika saya ingat hingga kini pun selalu tertawa geli sendiri. Bagaimana tidak suasana bahagia dan suka cita berubah jadi porak poranda seketika hanya karena hujan datang. Meski setelah hujan reda, kami dibawa ke rumah salah satu warga desa dan melanjutkan makan siang di sana meski saya sudah tak lagi berselera. Untunglah si ibu rumah membuatkan Kopi panas. Ahhh…. Sorgawi bagian ke dua.!

View Gunung Tanggamus

 
Way Lalaan 2
Kebersamaan dalam sebuah team dan merasa senasib sebagai sosok pendatang di negeri orang menjadikan kami bagai keluarga yang saling melengkapi. Selalu ada senda gurau di balik kelelahan yang dialami. Selalu ada cara untuk tertawa lepas bersama di setiap langkah yang tercipta. Sungguh indah menjadi seorang petualang, berwisata kesebuah daerah yang kita tak tahu banyak sebelumnya.
Setelah mendaki lereng gunung Tanggamus dan tragedi makan siang yang super heboh, kami kemudian diajak menuju object wisata Air Terjun Way Lalaan 1 yang sudah sangat terkenal sebagai salah satu tourism destination di Tanggamus. Tanggamus yang memiliki banyak perbukitan juga menyimpan banyak keindahan air terjun sebagai daerah yang memiliki aliran sungai yang cukup banyak. Selain Way Lalaan 1 kami juga menyusuri track yang tak mudah menuju Way Lalaan 2 dengan pesona air terjun yang lebih dahsyat dan volume air yang lebih banyak ketimbang air terjun Way Lalaan 1. Menikmati suasana air terjun dengan mandi dan photo bersama tentu jadi aktivitas kami sebagai team tour. Sayang saya tak bisa berenang dan harus puas menikmati setiap orang yang berenang di bawah indahnya kucuran air terjun.
Tajuk Tour D’Semaka hari itu di tutup dengan makan durian yang telah di sediakan oleh panitia. Sejak siang saya dan teman teman memang meminta durian pada panitia. Sungguh Panitia maha baik berkenan mengabulkan permintaan kami yang sangat ingin menikmati Durian Tanggamus (merayu.!!). jadilah suasana sore yang bahagia, setelah berlelah menyusuri track Air Terjun kemudian menikmati durian lengkap dengan senda gurau khas team kami.  Sebuah tour yang komplet hari itu. Meski saya mengharap adanya tour guide untuk meng-explaint semua tempat yang di kunjungi terlebih tour guide dalam bus selama perjalanan agar tidak terjadi kekosongan dalam perjalanan. Terlebih untuk para personal yang berasal dari  luar kota yang tak tahu apa apa tentang Tanggamus.

0 comments :

Posting Komentar

Scroll To Top