Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Kamis, 05 Februari 2015

TANTE UNA ; PERJUANGAN HATI BERBUAH UPAKARTI

Tante Una dan beberapa koleksi batik tulis khas Lampung




... “ Batik adalah Mahakarya…” 
“ Bukan hanya sekedar kain hasil olahan saja  tapi sebuah proses karya yang melibatkan rasa.  Pekerjaan hati.”

Kata kata penuh makna diatas  membuka perbincangan saya siang itu. Terucap dari sosok lembut keibuan  yang tak hanya berupaya mewujudkan niatnya saja tetapi juga telah menjadi pelopor bagi kemandirian.

Tahun 1982, adalah kali pertama Ibu Al Khusna mendirikan Yayasan  yang bergerak di bidang pendidikan taman kanak kanak. Berjalannya waktu,  sebagai pendatang di bumi lampung ia tergerak untuk membuat usaha batik khas Lampung dengan  melibatkan banyak pihak yang kurang mampu untuk dilatih menjadi bagian dari proses cipta batik khas Lampung. Pada tahun 1984, berbekal pemahaman dalam pembuatan batik dari orang tua yang merupakan pengusaha batik di Solo, ia lantas menjadikan rumah tinggal dan yayasan yang ia dirikan sebagai tempat usaha pembuatan batik. 

Pekerja di Rumah Batik Siger yang sedang men-canting


Perlahan upaya ibu Al Khusna mulai di lirik pemerintah. Berbekal izin dari usaha dari pemerintah kota Bandar Lampung, ibu Al Khusna kemudian mendapat bantuan program dari kementerian perindustrian pada tahun 2008 melalui program life skill untuk membentuk kewirausahaan desa,  hingga ibu Al Khusna memutuskan untuk membuat Yayasan Sari Teladan yang di pimpinnya menjadi lembaga kursus – Lembaga Kursus Pelatihan  (LKP) Batik Siger . Tahun  2009 melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di beri bantuan kurus kreatif 50 orang pendidikan kwirausahaan masyarakat pada tahun ini sebanyak 25 orang.
Segala program pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan ibu Al Khusna  melalui LKP BATIK SIGER dimaksud guna memberdayakan kelompok kelompok masyarakat yang membutuhkan pelatihan yang kelak diharapkan dapat melakukan penciptaan lapangan kerja sendiri minimal melakukan proses membatik di daerah mereka masing masing. Para peminat program pelatihan tak hanya masyarakat di sekitar rumah ibu Al kHusna saja, tetapi berasal dari Tulang bawang, Kalianda hingga Lampung Barat.  Besar harapan ibu Al Khusna agar para pembatik yang ia ajarkan kelak dapat membuat batik khas kabupaten dimana mereka berasal sehingga tumbuh kecintaan terhadap batik produksi Lampung.  Selain itu, Ibu Al Khusna juga mendirikan show room batik di bagian depan rumahnya, agar para pengerajin yang tadinya telah dibina dapat memajang batik hasil olahannya di show room tersebut.




2 pekerja dari beberapa orang yang merupakan Tuna Rungu



Menurut  ibu Al Khusna tak semua orang berkenan belajar membatik, karena proses panjang dan butuh ketelatenan tinggi terhadap pengerjaan, selain kesediaan berhadapan dengan kondisi kotor dari proses pencantingan, pewarnaan, dan sebagainya. Selain itu, daya beli masyarakat  lampung terhadap batik tulis khas Lampung masih rendah karena mereka belum memahami nilai dari batik tulis dan lebih memandang harga ekonomis nan praktis dari sebuah batik yang dikenakan. Padahal batik yang banyak di pakai kini tak semuanya batik. Karena batik yang sesungguhnya adalah yang diproses dengan lilin baik melalui cap maupun tulis menggunakan lilin. Selain itu bukanlah batik hanya tekstil bermotif atau printing. Itulah mengapa hargnya jauh lebih murah dibanding dengan batik tulis atau cap.

Piagam UPAKARTI

 
Piala UPAKARTI


Dalam pengerjaan batik batik di Rumah Batik Singer, ibu Al Khusna juga mempekerjakan mereka mereka yang memiliki keterbatasan fisik, seperti tuna rungu dan penyandang cacat. Mereka dilibatkan dengan tujuan pemberdayaan, agar mereka bangga memiliki karya dan kemampuan membatik selain tetap mereka di bayar dan diperlakukan professional oleh ibu Al Khusna.

“…saya ingin, batik tulis lampung jadi tuan rumah di lampung.”
“…dan mereka yang membantu saya dalam proses pembuatan batik tak semata mata pekerja tetapi mereka adalah sosok pencipta karya seni.”
Demikian harapan  ibu Al Khusna yang akrab di sebut Tante Una siang itu.

Untuk upaya ibu Al Khusna dalam memberi pelatihan pada kelompok kelompok masyarakat dari mulai dasar proses membatik hingga pada pemberdayaan masyarakat sekitar dan melibatkan mereka yang memiliki kekurangan sejak tahun 1984 lengkap dengan perjuangan ibu Al khusna secara terus menerus dalam proses penciptaan batik khas lampung dengan penciptaan motif motif khas lampung yang penuh filosofis itulah ia di ganjar penghargaan UPAKARTI jasa Kepeloporan oleh Kementerian Perindustrian Republik Indonesia pada tanggal 15 Oktober 2014 silam.  



NB.: Tante Una menerima UPAKARTI
Tante Una menerima UPAKARTI

0 comments :

Posting Komentar

Scroll To Top