Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Jumat, 26 Februari 2016

KUE INTROSPEKSI



Kue Tart karya kolaborasi Istri dan anak Gadis saya.


Sungguh saya sumringah. Tersenyum renyah bercampur gaket ketika sosok gadis kecil kesayangan menyapa kedatangan saya di ruang tamu kala sore tiba di rumah.
Lelah bekerja sepanjang siang langsung hilang ketika melihat senyum manis si gadis yang menghantarkan kue kecil  kehadapan saya melalui dua telapak tangan mungilnya.
buatan mbak…” ujar si gadis kecil polos.
apa?” tanya saya sembari berjongkok mendekati si gadis.
itu kue buatan Bunda dan mba Yara siang ini, Yah.” ucap Istri saya menyela dari ruang tengah.
sepanjang siang Bunda dan mba Yara kerjasama buat kue itu”. jelas Istri saya mendekat.

Sungguh terharu melihat kue karya dua wanita terbaik yang saya miliki dalam rumah sore itu. Kue tart bentuk mungil tertata apik diatas piring kue rumahan berukuran sedang. Hiasan dan warna kue yang sederhana. Tidak begitu meriah layaknya karya toko toko kue ternama. Tapi tentu memiliki kisah cinta yang tak biasa dalam proses pembuatannya. Terbayang betapa istri saya dan anak gadisnya bekerjasama mengolah bahan bahan kue sehingga menjadi bentuk kue tart ala ibu dan anak yang kini tersaji dihadapan saya. Ada ketulusan cinta dibalik kue tart itu.

Tanpa berlama lama saya memutuskan untuk memotong kue dan mencicipinya setelah mengabadikan bentuk kue tersebut dan mencium anak gadis dan istri saya sebagai tanda terima kasih. Soal rasa, kue olahan istri saya tak bisa diragukan. Bukan karena saya suaminya. Tapi istri saya memang menerima pemesanan kue kue jajanan pasar dan bolu dari beberapa kerabat dekat. Berdasarkan antusias beberapa pihak sudah barang tentu cita rasa kue olahan istri saya tak bisa dianggap biasa.

kok lilinnya angka Nol?.” tanya saya sebelum memotong kue menanggapi tampilan kue yang berhias rapih dengan letak lilin ulang tahun angka ‘NOL’ di tengah kue.
sengaja” ucap istri saya.
biar Ayah introspeksi lagi. Mulai  dari Nol, ya.” sahut sang istri sejurus kemudian.

Sungguh sebuah jawaban yang sesaat menyentak jantung saya.
Seutas jawaban yang sarat makna. Benar benar sosok istri yang memahami suaminya.

Sebagai pelaku banyak peran dalam aktivitas harian, ada upaya keras bagi saya untuk menghidupi diri dan keluarga kecil yang saya cintai. – maklumlah, tidaklah saya punya saudara berkuasa yang bisa memudahkan jalan karier saya. Berstatus sebagai seorang Suami dengan tiga anak bukanlah pekara mudah membagi waktu dengan ragam aktivitas harian yang saya lakoni. Sebagai pekerja kantor – buruh negara, menuntut kesiapan saya menjalani beragam tugas yang diberikan.  Sejak awal tahun 2016, saya dialih fungsikan menjadi Staf Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi setelah lebih dari 8 tahun sebelumnya berjibaku sebagai staff Promosi. Tugas baru tersebut memberikan celah penyesuaian yang tidak mudah. Apakah saya Bahagia dengan penempatan tugas baru tersebut?. Tidak terlalu. Saya hanya bertekad menjalani segalanya dengan tekun saja.  Jika merunut salah satu motto hidup saya ; ‘I Do What I Love, I Love What I Do’, maka sudah dipastikan saya tidak begitu mencintai porsi tugas baru yang diberikan pada saya. Karena sejujurnya, saya tidak menyukai pekerjaan yang sebagian besar waktu saya tersita dibalik meja, menghitung, menganalisa, bergelut dengan angka angka dan kalkulasi yang artinya mengurangi porsi besar kecintaan saya pada interaksi ‘dunia luar’. Ketika pada posisi sebagai staff Promosi lalu saya diuntungkan dengan kerap bersinggungan pada pihak pihak yang ‘memperkaya’ pemahaman saya akan sudut pandang dan wawasan baru. Tidaklah berarti saya mengecilkan tugas yang saya emban saat ini. Karena memang menjalankan tugas dalam kedinasan adalah sebuah kewajiban tanpa ada kesempatan untuk memilih atau mengemukakan pendapat sesuai dengan kemampuan  personal. Meski saya awam dan cenderung buta dengan bidang Perencanaan ini, bukan berarti saya menepis tanggungjawab tersebut. Terlebih ada pihak yang berkenan mengarahkan saya.
Meski saya tidak pernah meminta ada di dalam urusan Perencanaan tapi saya berfikir ini adalah masa dimana saya belajar hal baru. Sebuah bidang yang tidak saya ketahui sebelumnya yang saya yakini dapat memperkaya diri dikemudian hari. Tidaklah kemudian saya mengeluh pada lapak social media,- meski itu bisa saja saya lakukan seperti rekan rekan saya lainnya yang suka mengeluh kesusahan dalam menjalani pekerjaan. Pantang Mengeluh – adalah salah satu prinsip hidup saya. Bagi saya, bidang baru yang diserahkan pada saya ini adalah ladang pembelajaran. Masalah penilaian orang  bahwa saya kurang piawai, biarlah itu jadi penilaian orang. Tidaklah terlampau saya fikirkan. Biarlah waktu yang menjawab. Karena pada akhirnya saya memahami, bahwa dunia kedinasan yang saya selami kini memang tidak benar benar ada penampatan yang sesuai dengan kemampuan individu seseorang.

Beruntung, Istri dapat jadi sosok pelipur gundah gulana yang selalu tercurah dalam diskusi berkualitas menjelang tidur malam. Istri saya adalah partner diskusi terbaik sekaligus ‘rem’ terhadap keputusan buru buru dan emosional yang kerap melanda diri ini.
Beruntung lagi, saya masih punya bidang pekerjaan lain di luar tugas kedinasan yang kemudian dapat saya jadikan sarana hiburan personal. Membawakan ragam jenis acara, menyanyi di aneka panggung hiburan adalah pelampiasan ekspresi yang tepat dan menguntungkan buat saya. Ditambah kegemaran saya menulis juga sebagai saluran paling mujarab mengeluarkan opini dan mengurai kisah kisah yang kadang kala tidak berkenan saya utarakan secara langsung.

36 tahun usia diri ini. Alhamdulilah pada Allah SWT atas kesempatan hidup sejauh ini. Sungguh sebuah catatan hidup yang menarik dan menjadikan diri saya sosok yang beruntung dalam tuntunan terbaik sang Pencipta dan banyak pihak menyokong langkah hidup saya. Belumlah saya berpuasdiri dengan apa yang kini telah diraih. Masih panjang rentetan harapan terangkai dalam perjalanan hidup mendatang. Tidaklah saya meminta lebih, selain kesehatan saya dan keluarga tercinta, kebahagiaan yang selalu tercipta dalam kebersamaan serta capaian capaian kecil yang kelak akan tercatat sebagai bukti sejarah bahwa saya pernah berbuat sesuatu yang sekiranya bermanfaat bagi beberapa pihak yang berkenan. InshaAllah.

0 comments :

Posting Komentar

Scroll To Top