Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Selasa, 02 Agustus 2016

MENIKMATI KESAHAJAAN KAMPUNG WISATA GEDUNG BATIN - WAY KANAN



Menikmati suasana Kampung Wisata Gedung Batin - Photo by +yopie franz 



Rintik hujan menyambut kehadiran kami di Kampung Wisata Gedung Batin. Sebuah kawasan yang ditengarai telah terbentuk sejak tahun 1800-an. Bahkan jauh sebelum itu.

Kedatangan saya bersama Oom Yopie, Mba Katherin, Rian, Mba Dian dan Mba Rosana ke Gedung Batin dalam rangka mengeksplorasi hal hal menarik di kabupaten Way Kanan. Salah satunya Kampung Wisata Gedung Batin. Tak hanya kami, bang Yazed, Desva dan Heri turut serta menemani kunjungan kami ke Gedung Batin sore itu. Berkisar 22 km dari pusat kota Blambangan Umpu – Way Kanan, pengunjung dapat mengakses kawasan Gedung Batin. Meski rute jalan yang dilalui tidaklah mulus seperti di pusat kota, tetapi letaknya cukup mudah dijangkau baik oleh kendaraan roda dua maupun roda empat. Kontur jalan berkerikil dengan hamparan perkebunan keret dan rumput belukar sepanjang jalan menghias tujuan kami kala itu.

 
Penunjuk Arah menuju  Gedung Batin

Kondisi jalan menuju Gedung Batin



Tugu sederhana yang dibangun pada tahun 2007 silam seolah menjadi penanda yang menjelaskan keberadaan pengunjung di Kampung Wisata Gedung Batin. Lengkap dengan prasasti tugu yang merupakan bagian dari peresmian Gedung Batin menjadi Kampung Wisata oleh bapak Sapta Nirwandar. 

Tugu Penanda Pengunjung berada di Kawasan Kampung Wisata Gedung Batin


Bang Yazed  bergegas mengajak kami pada dua buah rumah panggung yang letaknya di bagian kanan dari tugu yang kami jumpai tadi. Dengan melalui jalan setapak, lebih kurang 40 meter kami melihat dua buah rumah panggung dengan atap berbentuk segitiga yang seluruh bagain rumah terbentuk dari kayu kayu tembesu berkualitas prima.  Penghuni rumah pun penyambut dengan ramah kehadiran kami sore itu. Beberapa anak anak belia berlarian dan mendekat ketika kami datang. Bagai kehadiran tamu jauh, pemilik rumah dan anggota keluarga mendekati kami. Saya langsung membuyarkan  pandangan pada dua rumah panggung yang gagah menjulang. Sungguh saya mengagumi akan konstruksi bangunan dan gaya khas bangunan masyarakat Lampung yang masih terpelihara hingga kini. Bahkan sang pemilik – yang merupakan pewaris dari silsilah keluarga di Gedung Batin – pak Rajamin menjelaskan bahwa dua rumah  kayu berbentuk panggung yang ada dihadapan kami kala itu berusia lebih dari 300 tahun!!!. Kekaguman saya semakin bertambah ketika mendapat  penjelasan panjang akan kisah dibalik 2 rumah panggung nan kokoh yang kami lihat sore itu. Suasana hujan tiba tiba turun deras. Aktivitas photo photo – mengabadikan moment dan narsis bersama berpindah dibagian dalam rumah. 

Suasana Rumah Panggung yang keduanya berusia lebih dari 300 tahun

Wefie bareng dibawah rumah panggung disela hujan - photo by Bang Yandes


Setelah cukup puas mengabadikan diri berphoto bersama – meski sebenarnya masih ingin berlama-lama, kami melanjutkan kegiatan sore itu di Kampung Wisata Gedung Batin.  Bang Yazed mengajak kami ke sebuah rumah panggung yang terletak pada bagian ujung kampung. Pak Ali – sang pemilik rumah panggung yang kami datangi  dan Istrinya menyambut kedatangan kami. Suasana hujan semakin bertambah deras. Kopi dan teh hangat disuguhkan oleh istri pak Ali dengan beragam camilan yang telah disiapkan bang Yazed. Sesaat saya menatap lekat lekat wajah pak Ali dan istrinya yang begitu bersahaja. Menerima kehadiran kami dengan penuh antusias dan bertutur banyak hal seputar kehidupan kampung Gedung Batin lengkap dengan aktivitas warganya.  Guyuran hujan justru menambah hangat percakapan akrab kami dengan pak Ali. Termasuk penjelasannya tentang barang barang tua peninggalan orang tua yang diwariskan dan dijaga secara turun temurun yang masih tertata apik dibagian dalam rumah panggungnya. Selain itu, pak Ali juga memperlihatkan lada hasil kebun  pribadi yang ia simpan di rumah. Jadilah ajang photo photo semakin bergairah!. 

Anak anak bermain dibawah rumah panggung

Mba Rian dengan Lada hasil kebun pak Ali

Sore di beranda rumah


 
Menikmati Kopi di rumah panggung - dengan Kursi yang usianya lebih tua dari usia saya. Vintage!!

Setelah hujan reda, bang Yazed mengajak kami melakukan aktivitas jalan sore kearah sungai. Suasana desa yang lengang dengan aktivitas  anak anak bermain di bagian bawah rumah panggung diakhir guyuran hujan.  Sungai Way Besai menjadi pemandangan sore yang indah di antara perkebunan karet yang rindang. Ajang photo photo tentu tak terelakkan. Terlebih letak jembatan yang sangat sayang jika tidak diabadikan.

Hamparan Sungai Way Besai

Hamparan Perkebunan Karet disebarang sungai Way Besai

Jembatan penyeberangan akses warga Gedung Batin.

Wajib.! Pose .


Senja beranjak keperaduan.
Malam seketika datang. Kami bergegas menuju rumah pak Ali, setelah menghabiskan sepanjang sore di sungai Way Besai.
Tawaran Oom Yopie untuk bermalam di rumah pak Ali pun kami setujui tanpa ragu. Meski kami tahu bahwa kami akan menghadapi suasana yang benar benar pedesaan. Tapi justru itu yang membuat kami senang.

Hidangan Sederhana dengan citarasa Istimewa.

Suasana Makan Bersama sembari bertutur banyak kisah.


Suasana malam semakin menarik. Lampu lampu rumah mulai benderang diantara gelapnya suasana jalan tanpa lampu penerangan bagai dipusat kota. Aktivitas mandi bergantian menjadi kegiatan kami selanjutnya. Kami harus sabar mengantri, berbagi kamar mandi yang hanya satu dan letaknya dibelakang rumah panggung dengan tanpa cahaya penerangan menuju kamar mandi tersebut.
Seusai mandi, kami melanjutkan santap malam bersama dengan menu masakan rumahan yang khas nan lezat persembahan istri pak Ali. Lagi lagi kami bahagia bukan kepalang ketika menyantap sajian makan malam yang bercitarasa lezat dengan suasana rumah panggung. Terbayang berada dalam kehidupan sederhana namun penuh kesahajaan.

Suasana malam Gedung Batin dari Beranda rumah Pak Ali.

Suasana tidur kami - diabadikan oleh Mba Katerin +Katerina. S 


Beberapa dari kami masih menikmati malam dengan bersantai di beranda rumah panggung dan menikmati malam di kampung yang tak begitu banyak orang lalu lalang.  Hingga kemudian ajang bertutur banyak kisah hingga hal hal konyol pun terjadi diantara kami. Tanpa ada sekat seolah kami begitu dekat. Bagai sebuah keluarga baru.
Suasana malam semakin sepi sebelum akhirnya kami tertidur dengan kasur empuk pemberian istri pak Ali.


KAMPUNG TUA PENUH CERITA.

Sesungguhnya, Gedung Batin merupakan kawasan pemukiman yang awalnya merupakan contoh pemukiman warga yang dibangun oleh penjajah Belanda.
Penjajah berharap, bentuk dan contoh bangunan yang mereka prakarsai  tersebut dapat diteruskan oleh para masyarakat yang bermukim dikawasan Gedung Batin bahkan hingga beberapa desa yang berdekatan dengan Gedung Batin. Demikian penuturan pak Ali dan pak Rajamin yang saya tangkap pada pagi hari disela persiapan kami meninggalkan  Gedung Batin untuk kegiatan kunjungan berikutnya.

Obrolan pagi hari


Pagi itu, seusai beristirahat  cukup, kami mendengarkan penuturan pak Ali dan pak Rajamin yang telah bergabung bersama kami. Saya pribadi telah jauh lebih awal menyimak pemaparan kisah pak Ali – sang pemilik rumah ketika rekan rekan yang lain masih mandi dan berkemas. Sarapan pagi semakin berarti dengan kisah kisah inspiratif yang dituturkan pak Ali dan pak Rajamin sembari seruput Kopi.

Obrolan serius mba Rian dengan pak Ali - pemilik Rumah yang kami tumpangi bermalam.


 
 (dari Atas) pak Rajamin, Istri pak Ali dan pak Ali.

Follow Instagram saya ; duniaindra

Keberadaan sungai Way Besai yang mengelilingi kawasan Gedung Batin menjadi oase kehidupan dan menambah ke-khas-an Kampung Wisata Gedung Batin. 
Perhatian pemerintah daerah kabupaten Way Kanan pun semakin serius dengan Kampung Wisata ini.  Beberapa  rencana yang tertuang dalan master plan berupa penataan Kampung Wisata Gedung Batin menjadi kawasan wisata berbasis alam dengan komponen pendukung dan infrastrukur yang memadai kelak akan diwujudkan  Potensi Desa Wisata dengan kearifan lokal dan kekayaan budaya Lampung nan agung sungguh merupakan daya tarik Gedung Batin yang tidak akan didapat di kawasan lain.
Khasanah kehidupan bermasyarakat dengan ritme yang alamiah adalah kekuatan yang dapat disinergikan secara maksimal untuk kesejahteraan masyarakat. Sebagaimana penuturan pak Rajamin, bahwa dengan adanya kunjungan wisatawan ataupun warga dari luar Kampung Gedung Batin diharap dapat memberikan keuntungan secara langsung pada seluruh masyarakat yang tinggal di Gedung Batin dengan keterlibatan dan peran aktif seluruh komponen masyarakat yang bertempat-tinggal di Kampung Wisata Gedung Batin. Semoga.

… Simak pula kekaguman saya akan bentuk bentuk rumah yang ada di dalam kawasan Kampung Wisata Gedung batin di tulisan selanjutnya.

10 komentar :

  1. Seru banget ya, sayang aku tidak bisa ikut ke sana karena waktunya berbenturan dengan yang lain. Padahal keren banget deh Lampung.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo ada mas Indra....pasti semakin chebokkkk daaahhh....semoga next ke sana lagi masss...

      Hapus
  2. Aku kangen Gedung Batin... Kangen ngopi sambil ngobrol di beranda lagi... Kangen kalian semuaaaa :)

    BalasHapus
  3. Desan ini penuh kesan, senang bisa merasakan bermalam bersama mas Indra dkk. Sebuah pengalaman istimewa yang tidak tiap saat dapat dirasakan. Menginap di rumah tua dengan suasana berbeda ala kota. Gelap gulita di luar rumah, minim sinyal, jangankan koneksi internet, untuk menelpon saja putus2... Ketenangan yang melenakan bagi saya. Tidak sibuk main HP, tapi sibuk menikmati kesahajaan ala desa... Pengalaman amat berharga :)

    BalasHapus
  4. Pertama kemari ngopi bareng tuan rumah, kemarin kemari bisa ngopi sore dan pagi bareng kawan2 yang kece bana-bana :D
    Senang banget..!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. ke way kanan lagi aku ikut yaa Ooom.. hehehehehe

      Hapus

Scroll To Top