Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Senin, 14 November 2016

LAMPUNG JAZZ FESTIVAL 2016 - PERWUJUDAN SEMANGAT JUANG DAN IMPIAN PENGGIAT JAZZ LAMPUNG


Sebagai  sesuatu yang universal sekaligus media yang mudah diterima banyak kalangan, musik tentu memiliki ruang tersendiri dalam setiap individu. Terlebih bagi mereka yang memang memberi porsi cukup besar bagi musik dalam warna hidupnya. Saya,- bisa jadi merupakan satu dari jutaan manusia di bumi yang memberi  ruang tersendiri dengan porsi cukup besar pada musik dalam aktivitas kehidupan saya.
Itulah sebabnya, saya tak fikir panjang bahkan langsung antusias ketika diajak serta terlibat dalam kepanitiaan event Lampung Jazz Festival (LJF) 2016.

 
the Event LJF 2016

Sebenarnya, Lampung Jazz Festival 2016 merupakan gelaran kedua persembahan komite musik – Dewan Kesenian Lampung (DKL) bersama para penggiat jazz dalam Komunitas Jazz Lampung. Setelah gelaran perdana sukses terselenggara pada November 2013. Dua tahun berselang, LJF kembali lagi dengan format yang lebih baik lagi. Mengapa butuh waktu 2 tahun untuk gelaran kedua?, karena panitia butuh berguru pada musisi musisi handal internasional sekaligus menemukan ramuan ramuan yang memadai untuk kemudian menerjemahkan segala komposisi dalam musik jazz. Hallaahh!!, barusan Indra Ngarang!!!. Hahahahah.  Masa tenggang 2 tahun bukan tanpa alasan, tetapi memang segenap panitia yang menaungi gelaran LJF pertama di tahun 2013 butuh waktu untuk mengelola segala aspek yang berkenaan dengan sebuah  event pertunjukan.

the Event
 PERJUANGAN PENGGILA MUSIK JAZZ

Ragam kisah menghias perjuangan. Ragam warna selalu singgah dalam perjalanan. Tak terkecuali upaya dalam mewujudkan gelaran musik Jazz di Lampung. Terselenggaranya pertunjukan musik Jazz dalam tajuk Lampung Jazz Festival bukanlah suatu kebetulan, melainkan rentetan perjuangan panjang dari para pecinta musik di provinsi Lampung. Sejak besutan yang pertama di tahun 2013, sebagai bagian dari kepanitiaan, saya memahami persis bagaimana perjuangan setiap individu yang terkait dalam susunan kepanitiaan saling bahu membahu, melakukan sesuatu semaksimal mungkin demi terwujudnya gelaran bertajuk Lampung Jazz Festival.  Jazz bukanlah jenis musik mayoritas. Tapi dengan terbatasnya peminat jazz itulah yang membuat jajaran panitia yang digawangi oleh komite musik Dewan Kesenian Lampung menguatkan langkah untuk terwujudnya gelaran Lampung Jazz Festival. Segala upaya ditempuh. Mulai dari upaya personal hingga menggaet pihak potensial untuk dijadikan partner event.  Masih lekat di ingatan saya ketika melihat sosok sosok baik berupaya keras demi terwujudnya gelaran LJF.  Mulai dari urun pakai peralatan sound system maupun perlengkapan musi,  perlengkapan pertunjukan hingga patungan materi adalah hal yang menjadi lumrah dikalangan pada penggagas dan penggiat LJF. Tak semua diantara mereka adalah musisi, tetapi kecintaan mereka terhadap musik adalah landasan utama agar Lampung mampu menggelar event musik Jazz.  

beberapa panitia seusai gelaran Roadshow di Simpur Center

mas Sammy - ketua Pelaksana dalam sepatah kata pembukaan Roadshow perdana di Mall Kartini

salah satu rapat panitia di base camp (rumah ibu Naning)


Di tahun 2016, niat mengulang sukses gelaran LJF 2013 tercuat kembali.  Dengan sebagian besar sosok dalam kepanitiaan masih seperti tahun 2013. Meski begitu, perjuangan untuk menghidupkan kembali Lampung Jazz Festival bukanlah pekara mudah. Lagi lagi urun rembuk antar pengurus DKL dan kepanitiaan mengalami proses panjang.  Kesediaan beragam pihak dalam bahu membahu mengangkat gelaran jazz yang tertidur sesaat sejak 2013 itu seolah mengalami suntikan semangat baru. Melalui bapak Herry Sulisyanto sebagai Ketua Umum LJF 2016 dan kolaborasi 3 sosok ‘pejuang garis keras’  yang bertindak sebagai ketua pelaksana – mas Sammy Admadinata, Didit Sujantra dan bang Daniel H Ghanie di topang jajaran panitia yang berkenan mengerahkan segala tenaga dan pemikiran siang dan malam tanpa kenal lelah hingga kemudian terwujudlah Lampung Jazz Festival 2016.

audiense dengan Ibu Yustin Ridho Ficardo selaku ketua Umum DKL 2 hari jelang LJF2016

bersenang senang menikmati suguhan roadshow


JUAL KAOS DEMI  TUTUP ONGKOS

EventLampung Jazz Festival  2016 perlahan terlaksana  dengan dimulainya gelaranRoad Show yang bertujuan untuk memberitahu masyarakat luas akan pertunjukan musik jazz di Lampung selain bagian dari promosi acara puncak LJF 2016.  Dalam upaya mewujudkan gelaran LJF2016 menjadi nyata bukanlah pekara mudah,  kendala teknis pelaksanaan hingga dana penopang acara tentu jadi pemikiran segenap panitia. Itulah sebabnya panitia mencari celah untuk menggali sebanyak banyaknya sumber dana. Menggaet pihak sponsor tentu merupakan hal utama selain upaya upaya personal lainnya.  Salah satu upaya yang dilakukan oleh panitia adalah  berjualan merchandise LJF2016 berupa kaos, mug, topi hingga paket produk  LJF yang ditujukan untuk tamu VIP pada acara puncak LJF2016.  Berjualan kaos dalam setiap gelaran roadshow pun mewarnai aktivitas panitia dalam upaya mencukupi kebutuhan dana acara.

jenis dagangan penambah uang kas panitia

Bu Naning, Bendahara acara merangkap penjual kaos!!! Totalitas!!

tetap sumringah karena berjualan kaos


Roadshow pertama  sukses terselenggara di Mall Kartini. Antusias tak hanya datang dari pengunjung yang menjejali sajian musik musik jazz tetapi juga dari banyaknya musisi di Lampung yang berkenan meramaikan tampilan panggung road show. Meski para musisi  yang tampil di  panggung road show tak diupah materi, tetapi semangat mereka dalam performa tetap maksimal. Sungguh idealisme  bermusik dari musisi Lampung  yang patut di apresiasi tinggi. 

performance HARMONI band dalam Roadshow di Mall Kartini

flying stage Simpur Center

Grupie band di Roadshow pelataran parkir KFC Coffee Kedaton

Rythm Pertiwi Band dalam jazz Bus di Bundaran Gajah

mba Hanny dan Ijal - sorak sorak bahagia berjualan merchendise LJF 2016


Sajian roadshow LJF terus berlanjut.  Musisi yang terlibat pun tak hanya mereka yang berdomisili di Bandar Lampung, tetapi musisi musisi handal yang berasal dari Metro, Pringsewu, Pesawaran hingga Tulang Bawang Barat  selalu  bersemangat menampilkan musikalitas mereka di panggung roadshow.  Sajian roadshow pun semakin menarik dengan dukungan sound system dari Yuza Pentasindo pada roadshow  Flying Stage – Simpur Center  dan Swaramas Sound System dibeberapa titik roadshow lainnya yang semuanya merupakan bantuan dari pada owner soundsystem yang mendukung penuh gelaran LJF2016. 

photo bersama segenap panitia pada Roadshow terakhir di PKOR Way Halim - minus beberapa panitia yang tak hadir

PANGGUNG LJF 2016 SARAT MAKNA

Upaya keras segenap panitia pun terwujud nyata. Panggung Lampung Jazz Festival 2016  yang direncanakan sedemikianrupapun terselenggara. Bertempat di lapangan Korpri – komplek Gubernuran – Teluk Betung, sajian musik jazz beragam warna pun akhirnya terdengar. Dalam 2 haripelaksanaan – 11 dan 12 November 2016, Lampung Jazz Festival berhasil menampilkan para penyaji musik Jazz berkualitas.  Gratis!!.

performa KM 11 & Robi Fankop

performa Absurdnation - Semarang

antusias penonton - untuk ukuran tontonan musik Jazz ini sudah rameee bangeddd

sajian musik khas Lampung di Welcome Stage


Tak sebatas musik jazz tetapi juga sentuhan musik khas Lampung berupa gamolan Pekhing atau yang familiar disebut Cetik Lampung mewarnai  gelaran LJF2016  mulai dari Welcome Stage hingga kehadiran mahasiswa asing asal Australia yang memainkan Gamolan Pekhing dibawah arahan Raja Gamolan Pekhing Lampung – bang Lil yang berkolaborasi dengan  group jazz Lampung – Harmoni.
Kualitas gelaran LJF2016 semakin kental dengan  kehadiran jajaran musisi Jazz handal dari provinsi  Lampung, mulai dari performa  mas Bagas, SAN, Rizky Prasetyo, Purwacaraka, Bobby Blues, GRSB, Rhythm Pertiwi, Restu & Friends, Grupie, KM 11 dan Bobby Fankop hingga band Jazz Lampung – Harmoni featuring Inka Mamami.   Tak lupa jajaran  penampilan musisi jazz nasional berkualitas seperti MLD Jazz project, Etawa jazz Club dari Jogja, , C n F dari Kalimantan Barat, Absurdnation dari Semarang hingga performa penyanyi wanita muda berbakat asal Lampung –  Kania bersama Frontline band yang tuntas memuaskan penonton. Tak sebatas itu, panggung LJF 2016 juga menyajikan musisi nasional bertaraf internasional, tengoklah Yohanes Gondo, Harry Toledo, Echa Sumantri dalam group  NEWB hingga Gilang Ramadhan, Iwan Vestorman, Donny dan Adi Darmawan yang tergabung dalam band KOMODO bersama performa sang DIVA musik Jazz Indonesia – SYAHARANI. Lengkap!!

penampilan KANIA yang semakin matang bersama Frontline band

Tribute to mas Sigit Purnadewa from ibu Naning dan Yohanes Gondo

A photo posted by SYAHARANI -the singer (@queenfireworks) on



Syaharani with KOMODO


Setiap penampil memberikan sentuhan pesan dalam sajiannya. Seperti  Yohanes Gondo yang mengetengahkan lagu Georgia on My Mind dengan lantunan lirik nan  merdu dari ibu Naning sebagai penghormatan pada mendiang mas Sigit Purnadewa – sosok musisi dan penggiat Jazz di Lampung. Ada pula Harry Toledo – sosok bergelar  ‘Setan Betot’  tersebut justru memberi sentuhan personal yang mendalam melalui permainan keyboard dalam beberapa nomor lagu yang ia suguhkan bersama sang penyanyi dan team solidnya, seolah mengajak audience kembali pada hikayat jazz yang sesungguhnya. Bahkan sosok drummer muda Echa Sumantri pun turut mengumandangkan pesan damai disela-sela permainan drum yang ia pertunjukkan. Tak sekedar suguhan musik jass berkualitas,  penonton juga mendapatkan  pesan personal yang mendalam dari setiap penyaji di dua panggung megah Lampung Jazz Festival 2016. 

2 panggung utama LJF2016

welcome stage LJF2016

Hadirnya rintik hujan dalam dua hari penyelenggaraan bagai sentuhan restu sang pencipta atas hajatan musisi dan penggiat musik Jazz di Lampung. Tak ubahnya  dukungan kerja keras panitia dan segenap pihak atas terselenggaranya event LJF2016.  Antusias penonton adalah dukungan  nyata dalam suksesnya gelaran musik Jazz di Lampung. Begitupun dengan kehadiran Gubernur Lampung pada puncak acara LJF2016 bersama Istri – ibu Yustin Ridho Ficardo yang meski tengah berbadan dua tetap antusias menyimak sajian demi sajian hingga tampilan pamungkas Komodo dan Syaharani berakhir.   Kehadiran pak Gubernur dan istri beserta jajaran Forkopimda hingga akhir acara merupakan pemandangan langka, terlebih untuk sebuah sajian musik Jazz. 


Gubernur Lampung yang sempat menyampaikan Testimoni sekaligus harapan beliau soal event LJF - photo by Oom Yopie


A photo posted by SYAHARANI -the singer (@queenfireworks) on






Tak berlebih kiranya, saat memandu acara di panggung –  saya menyebut  bertahannya pak Gubernur dan istri di tribun VIP hingga sajian terakhir di panggung LJF2016 merupakan bentuk apresiasi terhadap kerja keras segenap panitia dalam mewujudkan gelaran LJF2016 menjadinyata.  Dukungan Ibu Yustin Ridho Ficardo – istri Gubernur Lampung yang juga merupakan Ketua Umum Dewan Kesenian Lampung (DKL)  merupakan semangat yang mewarnai  pergerakan panitia sejak awal. Sebuah semangat kerja team panitia yang berlandaskan mimpi mewujudkan gelaran musik jazz di Lampung dengan keinginan menggaungkan Lampung nan  agung melalui musik jazz dan merawat lampung dengan jazz.  Semoga sinergi  beragam pihak senantiasa terlaksana hingga tidak menutup kemungkinan pada suksesi pelaksanaan event  Jazz selanjutnya.  Amin.

4 komentar :

  1. Terharu baca ini. Semua mau berkorban buat terselenggaranya gelaran kedua Lampung Jazz Festival.
    Mudah-mudahan panitia selalu semangat dan kompak buat bikin gelaran ketiga nanti. Aamiin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiinnn.... harapan aku juga semoga setiap tahun LJF dapat terselenggara selalu...dengan peningkatan lebih baik terus....dengan artis yang lebih banyak dan ternama lainnya dan dengan dukungan segenap pihak di provinsi Lampung...thanks Oom Yo udah woro woro in event LJF dan moto in aku on stage heheheheh

      Hapus

Scroll To Top