Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Senin, 28 November 2016

PENGALAMAN BERKUNJUNG KE MOJANG JAJAKA BANDUNG

jajaran tamu daerah dari luar Jawa Barat ; kiri ke kanan (Surabaya, Manado, Lampung, Tanggerang dan Yogyakarta


Undangan menghadiri malam puncak pemilihan Mojang Jajaka Kota Bandung 2016 datang kembali.   Sebelumnya,  ditahun 2015,  melalui mas Nur – sosok baik dalam tubuh Indo Pageant, sempat mengundang saya dan Muli Mekhanai Bandar Lampung untuk hadir sebagai tamu daerah dan berkunjung ke Mojang Jajaka Bandung, meski undangan di tahun 2015 tersebut tidak dapat dipenuhi karena benturan jadwal kegiatan.



Sebagai penerima undangan dan juga memiliki hubungan pertemanan baik dengan mas Nur, tentu saya berupaya semaksimal mungkin agar undangan tersebut dapat dipenuhi.  Beberapa persiapan jelang  keberangkatanpun dilakukan. Mulai dari persiapan perlengkapan, kostum penunjang, tiket keberangkatan hingga sepasang Muli Mekhanai yang berkenan berangkat sesuai dengan jadwal yang panitia tetapkan.  Sebagai tamu, tentu saja kehadiran kelak tak boleh memalukan, karena semua berkenaan dengan nama baik.


Mekhanai Panca dan Muli Feriska atas nama IMKOBAL

Bersyukur  segala pendekatan dalam persiapan keberangkatan ke Bandung berlangsung lancar. Tante Rahayu dari Rahayu Gallery berkenan mensponsori segala kostum kegiatan Muli dan Mekhanai hingga cinderamata. Begitupula permohonan tiket penerbangan gratis yang di kabulkan oleh Exspress Air, berkat upaya dari mas Irfan selaku Manager Area Exspress Air Lampung.  Endorse…!!  Bahkan mba Susi – sosok MUA handal berkenan ikutserta dalam perjalanan kami. Sesuatu yang tak pernah terjadi sebelumnya.  Sebuah persiapan yang dilancarkan sang Kuasa. Meski sosok Muli Liza dan Mekhanai Iqbal yang telah saya persiapkan sebelumnya harus berganti pada Muli Feriska dan Mekhanai Panca, mengingat jadwal perkuliahan Iqbal dan Liza yang tidak memungkinkan untuk berangkat ke Bandung pada Jum’at pagi.  Sebagai tamu, wajib bagi saya memenuhi harapan panitia agar kehadiran tamu undangan sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah panitia tetapkan. Salah satu etika bertamu tentu harus mengindahkan permintaan yang mengundang, kan?.



Jumat, 25 November 2016 perjalanan menuju Bandung dimulai.  Jadwal penerbangan pukul  06.15 WIB dengan Exspress Air dari Lampung keBandung menjadi olah raga jantung dipagi hari. Pasalnya, Aqin, Panca dan Feriska baru menjemput saya di rumah pada pukul 06.00 WIB. Sedangkan mba Susi diantar suami sejak pagi buta di bandara.  Pesan singkat terkirim kepada mas Irfan untuk memohon penundaaan keberangkatan sejenak. Sebagai pemegang kendali kendaraan, Aqin pun dengan tangkas mengatur laju kemudi  diantara suasana pagi Jumat yang cukup lengang.   Pukul  06.20WIB, kami tiba di bagian depan gerbang bandara Radin Inten II yang sedang di renovasi. Kami pun berlarian kebagian dalam check in, beruntung pesawat menunggu kami berempat.  Sungguh perilaku yang tak patut ditiru.  Jika saja bukan naik Exspress Air, yang ada mas Irfan didalamnya tentu kami akan ditinggal pesawat. 


Pesawat Exspress Air mendarat selamat di Bandara Husein Sastranegara pada cuaca pagi nan sejuk di  kota Bandung. Saya dan Panca serempak tertidur selama dalam penerbangan. Bisa jadi sebagai rasa lega setelah olahraga jantung pagi buta mengejar pesawat dari pusat kota Bandar Lampung ke Radin Inten II.
Setelah mengurus bagasi, kami pun langsung dijemput oleh Wildi dan Yusra – dua sosok Jajaka kota Bandung yang telah menunggu kami sejak pagi.  Kami langsung diboyong menuju hotel Zodiak yang terletak di kawasan Kebon Kawung – sebagai tempat bermalam para tamu daerah dalam acara puncak Mojang Jajaka Bandung 2016.



Setelah sempat melanjutkan tidur beberapa jam di kamar hotel Zodiak dan melaksanakan shalat Jum’at bersama Panca pada masjid yang letaknya di gang sempit belakang hotel, saya dan para tamu daerah yang telah hadir diajak menuju Saung Angklung Udjo.
Meski secara pribadi, kunjungan ke saung Angklung Udjo bukanlah yang pertama, tetapi selalu ada hal yang menyenangkan untuk disimak dalam setiap sajian di sasana angklung yang telah mendunia tersebut.
Sore yang menyenangkan di Saung Angklung Udjo
Benar saja, sore itu, tak hanya saya dan jajaran tamu duta wisata saja yang hadir tetapi juga beberapa rombongan tamu termasuk tamu mancanegara telah bersiap menikmati suguhan seniman seniman Saung Angklung Udjo. 

Dalam tata pertunjukan. Angklung Udjo tak hanya sekedar memberi sajian yang menghibur tetapi juga memberikan sisi edukasi makna seni dan tradisi daerah yang bernilai jual tinggi. Sebuah sajian khas sunda dikemas dengan apik hingga dapat di konsumsi seluruh lapisan kalangan hingga mancanegara tetapi tidak meninggalkan khasanah luhur pasundan yang luhur.  Tata kelola arena pertunjukan pun sangat mewakili tata kehidupan masyarakat Jawa Barat.  Tak terasa waktu Maghrib pun tiba. Bagi saya pribadi, mendatangi Saung Angklung Udjo bagai belajar bagaimana mengelola nilai seni dan tradisi menjadi bernilai jual tinggi. Meski saya berharap sajadah di Mushalla dapat diganti dengan yang baru. Karena warnanya yang telah gelap dengan aroma sajadah yang tak lagi nyaman dipakai shalat.


Selepas dari Saung Angklung Udjo, rombongan tamu daerah diajak menuju rumah malan Alas Daun – lokasi pelaksanaan makan malam para duta wisata daerah dengan jajaran pengurus paguyuban dan finalis Mojang Jajaka Kota Bandung 2016.
Tiba di Alas Daun, aroma hidangan lezat menyengat. Tak sabar segera bersantap.  Tapi tentu saja acara dibuka terlebih dahulu oleh tuan rumah – paguyuban Mojang Jajaka.  Obrolan seru terlontar diantara aktivitas menikmati hidangan lezat Alas Daun. Terlebih jajaran duta wisata dari kabupaten/kota di Jawa Barat yang juga turut hadir. Seusai makan malam, para duta wisata luar Jawa Barat secara bergantian menyerahkan cinderamata sebagai rasa kekeluargaan pada Paguyuban Mojang Jajaka Kota Bandung. Bagi saya, tak sulit melebur dalam kerumunan duta wisata. Selain tema obrolan yang sama dengan apa yang saya ketahui, tentu keriuhan dalam suasana keakraban sebagai duta wisata dapat  dengan mudah tercipta. 










BANDUNG TOUR ON THE BUS

Sabtu pagi menjadi semangat baru bagi saya terlebih jajaran duta wisata yang hadir. Sesuai jadwal, sepanjang Sabtu siang kami akan diajak melakukan city tour kota Bandung. Nah, city tour kali ini tidak menggunakan bis yang kemarin kami gunakan kala ke saung Udjo tetapi menggunakan bis yang diberi nama BANDROS(Bandung Tour on the Bus) – kreatif ya pemberian namanya.  Pertama kali bagi saya merasakan langsung aktivitas keliling pusat kota Bandung dengan bis yang seluruh bagian badan bis berlapis kaca hingga memudahkan pemakai melihat sekitar kiri dan kanan setiap kawasan yang dilalui.

wujud BANDROS yang menghibur



Dalam rombongan tour, ikut serta seorang pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang memberikan penjelasan seputar tempat tempat yang kami lalui selain penjelasan dari pengemudi yang terkadang bertutur langsung soal Bandung.
Kunjungan pertama kami siang itu adalah kawasan padat jalan Asia Afrika dan mengabadikan diri pada Gedung Merdeka yang mengandung sejarah tersebut. Kunjungan selanjutnya adalah Masjid Agung yang juga merupakan alun alun dan sarana bersantai warga. Kami sejenak mengabadikan diri di bentangan rumput sintetis yang terletak di depan masjid.  Untuk aktivitas diatas rumput sintetis itu, semua pengunjung wajib membuka alas kaki ya... 

 Usai photo seseruan di depan Masjid Agung, Bandros membawa kami melaju ke Balai Kota, berharap bisa bertemu langsung dengan sang Walikota Bandung yang begitu terkenal – Ridwan Kamil. Meski keinginan bertemu Walikota tidak terwujud,  rombongan sempat disambut oleh Dedi Darmawan selaku Kepala Bidang kesenian dan Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung.  Momen mengabadikan  diri dan kebersamaan  di halaman Balai Kota jadi sesuatu yang menyenangkan.  Tersedianya beragam spot photo menarik diantara bangunan Balai Kota beraksitektur lampau. Sangat Instagramable!.

Add caption



Melengkapi kegiatan city tour jajaran tamu daerah, panitia dari Mojang Jajaka Bandung membawa rombongan tour menuju Gedung Sate – sesuatu yang sangat iconic dari Bandung. Mengabadikan moment kebersamaan di depan halaman Gedung Sate bersama para duta wisata daerah sebelum akhirnya menyempatkan hadir di Festival Babakan Siliwangi yang dihelat oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bandung dengan menghadirkan segala jenis seni budaya sunda lengkap dengan kehadiran komunitas kesundaan sebagai ajang hiburan dan edukasi dengan tema acara ‘Sundanese Pop Culture’. Sesuatu yang menghibur dan memberi sisi lain dari sebuah seni budaya dalam kemasan pop masa kini. Dipenghujung kegiatan City Tour bersama Bandros adalah singgah makan siang di Nasi Bancakan yang sangat lezat. Disela makan siang saya juga menikmati kue kotak yang memiliki cita rasa istimewa dengan proses memasak yang dapat disimak langsung oleh pengunjung.






Seusai makan siang dan kebersamaan di gerai Nasi Bancakan, seluruh rombongan kembali ke Hotel Zodiak untuk mempersiapkan diri tampil di malam puncak Mojang Jajaka Bandung. Saya dan tim dari Bandar Lampung sempat tidur 2 jam sebelum akhirnya mempersiapkan tampilan hadir di malam final.



Lepas Maghrib, seluruh tamu daerah berangkat menuju Hotel Haris Convention Center menghadiri malam puncak dari proses pemilihan Mojang Jajaka Bandung 2016. Selayaknya suasana puncak dari sebuah pemilihan, kemeriahan telah terasa sejak bagian luar gedung. Pengunjung berdatangan memenuhi undangan yang hadir dengan tampilan terbaik. Muli  Feriska dan Mekhanai Panca sempat mengabadikan diri mereka dengan Ibu  Ataliya Pratatya – istri dari Walikota Bandung – Ridwan Kamil. Tak photo sama Ridwan Kamil, sama Istri nya jadilah. Heheheh.





Malam puncak yang meriah dan tertata dengan apik. Sajian diatas pentas yang memukau dengan tetap menghadirkan sentuhan daerah yang menyegarkan mata hingga terpilihlah sepasang sosok yang berhak menyandang gelar Mojang dan Jajaka Kota Bandung 2016.



Bagi saya, menghadiri undangan sebagai tamu daerah dalam acara pemilihan duta wisata daerah adalah sarana belajar. Belajar bagaimana duta wisata setempat memperlakukan tamu daerahnya. Belajar bagaimana organisasi duta wisata daerah atau paguyuban menghelat gelaran akbar tahunan berupa pemilihan duta wisata daerah. Dan masih banyak pelajaran berharga lainnya yang didapat saat menjadi tamu daerah. Itupun bagi yang mau belajar. Karena bisa jadi sudah puluhan kali menjadi tamu daerah tetapi tidak mendapat apa apa, tidak berimplikasi positif apapun terhadap paguyuban di daerah sendiri. Mungkin hanya sekedar jalan jalan saja.


Sungguh saya beruntung dapat dengan langsung menghadiri undangan Paguyuban Mojang Jajaka Kota Bandung yang menurut saya memiliki kiprah yang baik sebagai suatu Paguyuban dengan tata kelola tim yang patut di jadikan acuan bagi paguyuban duta wisata daerah lainnya. Terima kasih atas perkenan Paguyuban Mojang Jajaka Kota Bandung melibatkan Muli Mekhanai Bandar Lampung dalam jajaran tamu daerah. Terima kasih Mas Nur, Kang Fajri yang telah berkenan jadi pihak bertanya dan selalu di repotkan. Terima kasih atas keramahtamahan dan kekeluargaan yang ditanamkan oleh rekan rekan Mojang Jajaka Bandung selama saya dan tim mengikuti rangkaian acara. Semoga kita bisa bersinergi pada gelaran selanjutnya.
 Salam Guyubsalawasna!

0 comments :

Posting Komentar

Scroll To Top