Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Selasa, 13 Desember 2016

BERLAYAR KE KEPULAUAN SERIBU ; MENIKMATI SEJARAH DAN PESONA BAHARI


Apa rasanya jika kamu diajak trip ke Kepulauan Seribu?. Hoping island, bermalam di pulau, membaur dengan masyarakat lokal hingga nantinya mengukir beragam kisah seru  barsama penyuka wisata bahari selama 2 hari. Gratis!!. Mau?, simak kejadian nyata yang telah saya rasakan.

Pelayaran  dimulai


Dulu, saya pernah bertandang ke Kepulauan Seribu – Jakarta  bersama teman teman kuliah, meski kemudian hanya tinggal rencana karena kendala biaya. Hah!, nasib dah.!. Meski sebenarnya jarak tempuh dari Lampung ke Kepulauan Seribu – Jakarta, tidaklah terlampau sulit.
Keinginan mendatangi langsung Kepulauan Seribu tetap saya pelihara, --sama seperti memelihara anak sendiri, Wheekss!!.  Hingga melalui akun Facebook mba Donna Imelda dari Indonesia Corner yang telah beberapa kali jadi travelmate saya tersebut mengajak serta dalam trip ke Kepulauan Seribu. Seneng dooong…. Terlebih acara tripnya berlangsung pada Kamis dan Jum’at, jadi gak benturan dengan jadwal ngMC Wedding dikala weekend, hehehe.  Selain itu tentu kelak saya akan bertemu teman teman blogger yang tergabung dalam tim perjalanan. Sudah kebayanglah serunya!.



PERJALANAN YANG NYATA

Bunyi klakson bis Damri membangunkan saya dari tidur pulas sepanjang malam dalam perjalanan dari Bandar Lampung ke Jakarta.  Pak sopir memberi tanda bahwa bis yang saya tumpangi tiba dengan selamat di stasiun kereta api Gambir. Suasana temaram terlihat dari balik jendela bis, meski beberapa pemakai jasa kereta api telah terlihat. Saya sempat melempar pandangan  ke Tugu Monas yang kokoh menjulang diseberang stasiun Gambir. Semburat cahaya bergantian warna masih menyelimuti Tugu Monas.  Pukul 05.30 WIB saat itu. Saya pun bergegas menyiapkan diri dan perlengkapan hingga menghubungi gojek, seusai gosok gigi dan melupakan mandi. heheheh.

pagi di dermaga 16 Marina Ancol jelang keberangkatan

Ibu Neneng memberikan arahan pada semua peserta pelayaran
Tak butuh waktu lama bagi Gojek mengantarkan saya menuju dermaga 16 dalam kawasan Marina Ancol sebagai meeting point kami pagi itu.  Meski sebelum masuk bagian dermaga saya sempat berdebat dengan mba mba penjaga karcis yang mematok tiket masuk saya dan tukang ojek hingga Rp.40.000,-!! – padahal si ojek kan cuma nganter saya aja!. Sudahlah, anggep anggep sedekah sama si Mba loket depan yang berlindung pada peraturan dari godaan sayton terkutuk!!. Kudu di Chebox deh si mba loket itu.hah!!

kehebohan dalam speedboat

Saya tiba di Dermaga 16 Marina Ancol lebih awal dari waktu 07.30 WIB yang ditetapkan dalam jadwal. Beberapa rekan telah berkumpul diantara ramainya aktivitas pengelola kapal dan pengunjung lainnya. Termasuk mba Donna – sosok mba kesayangan yang paling saya rindu karena telah lama tak bertemu. – tetiba lagu ‘my heart will go on –nya tante Celine Dion’ berpendar disekitar dermaga.
Tak lama berselang, beberapa wajah bloger bloger kece berdatangan. Wajah sumringah mereka memudahkan saya memulai interaksi. Selain karena sosok yang dipilih ID_Corner melalui akun facebook ini pandai melebur dalam kelompok. Beberapa diantara mereka telah saling kenal dan pernah bertemu di event sebelumnya. Beberapa juga ada yang pasangan suami istri. Kesan pertama seru dech sama semua. Sungguh trip ini terwujud nyata. Bukan sekedar obrolan dalam group ponsel semata. 
Registrasi kehadiran dan absensi adalah aktivitas pagi kami selanjutnya setelah beberapa panitia dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Seribu datang di kawasan dermaga 16.  Setelah melengkapi data administratif, kami diberi kaos biru berkerah sebagai seragam peserta Perjalanan Komunitas Pecinta Bahari yang selain jajaran blogger juga ada komunitas pecinta bahari bernama SeaSoldier. Aaahhh …tak sabar rasanya seseruan bareng temen temen baru.

pulau Bidadari
  
MENEMUI BIDADARI, CIPIR, ORNUST DAN KELOR

Setelah perkenalan jajaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Seribu yang disampaikan oleh Ibu Neneng selaku Kasubag Umum Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Seribu termasuk pengarahan dan rangkaian acara selama kegiatan kami pun bersiap memasuki Speedboat yang telah bersiap dibibir dermaga. Eiittsss… Jangan lupa Photo bersama!!. Kurang lengkap rasanya jika moment pertemuan perdana belum diabadikan. Termasuk niat buat mannequin challenge yang akhirnya gagal!!  Nah, soal photo bersama, menyebut  kata ‘Ibu Neneng’ jadi slogan resmi yang nantinya akan terus kami ucapkan setiap photo bersama agar tercipta ekspresi wajah yang sumringah melalui penyembutan kata ; ‘Nenengggggg….”  Yess, Ibu Neneng langsung jadi top of the top on chart!!. Selamat bu Neneng!. Hehehe.

prasasti sejarah

puing puing benteng Martello

Kelar urusan photo dan cek barang bawaan masing masing, kami semua memasuki 2 Speedboat yang telah disiapkan. Satu speadboat untuk rombongan blogger yang diusung oleh Indonesia Corner dan satu speedboat lagi di isi oleh rekan rekan dari komunitas SeaSoldier, beberapa photographer dan videographer. Tim dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Seribu pun turut dibagi mendampingi dalam dua speedboat yang tersedia.

Cuaca cerah dan gerak ombak yang cukup bersahabat menemani pelayaran kami dari Marina Ancol. Soal hujan lebat dan cuaca buruk yang kerap ditakutkan pejalan dalam beberapa hari terakhir tidak terbukti pada perjalanan kami. Suasana ceria antar blogger menambah hangat kebersamaan  dalam pelayaran mengalahkan hempasan ombak dan video concert Westlife yang diputar selama speedboat melaju. 

 

Patung wanita cantik bagai bidadari dengan hamparan pasir halus dan pepohonan rindang menyambut kedatangan kami setelah 20 menit berlayar dengan speedboat dari Marina Ancol.  Pulau Bidadari adalah kunjungan pertama kami. Saya langsung mengagumi penataan Pulau Bidadari yang jaraknya dekat dari dermaga Marina Ancol. Sebuah konsep wisata bahari yang telah ditunjang dengan ragam pilihan fasilitas yang dapat dimanfaatkan wisatawan.

Setelah menikmati welcome drink dipintu masuk utama dan mendengar penjelasan singkat seputar pulau Bidadari,  kami diarahkan oleh guide pada beberapa spot menarik selain mengenal lebih dekat hal hal yang juga mengandung sejarah yang ada dalam kawasan pulau Bidadari.

Kami kemudian diajak menyusuri jalan berpasir kebagian dalam dari pulau Bidadari. Hingga tertambat pada sebuah benteng Martello yang sebagian bangunannya telah runtuh akibat dampak meletusnya gunung Krakatau pada tahun 1862. Benteng yang merupakan bagian dari kedigdayaan kolonial Belanda itu seolah menjadi saksi bisu terhadap aktivitas VOC dahulu.
Cukup lama saya dan teman teman mengabadikan diri di kawasan benteng yang pada beberapa bagian,- menurut saya,  masih menyimpan daya magis. 

wujud biawak di pulau Bidadari yang berhasil saya abadikan melalui kamera saya

rusa totol di dalam kawasan pulau Bidadari

Sungguh menarik menyusuri kawasan pulau Bidadari, selain keasrian pulau, pengunjung juga dapat melihat habitat biawak yang masih bergerak bebas dalam rimbunnya pohon mangrove termasuk rusa totol yang bergerak lincah diantara pepohonan. Tak lupa mengabadikan diri dalam labirint pulau Bidadari, photo group dan selpik sesukahati termasuk photo di pohon jodoh – konon, bagi yang jomblo akan lekas dapet jodoh bila berphoto di pohon ini! yang jomblo, yang jomblo….!!
Buat penyuka wisata pantai dengan sajian alam yang memikat, kandungan sejarah dan ragam fasilitas penunjang wisata hingga aneka jenis sarana bermalam, pulau Bidadari wajib masuk dalam daftar kunjungan kamu.

puing puing bangunan bekas rumah sakit di pulau Cipir
Pulau Cipir atau yang kerap juga disebut pulau Kahyangan adalah kunjungan kami selanjutnya seusai dari pulau Bidadari. Pulau Cipir merupakan pulau penunjang dari aktivitas di pulau Onrust yang letaknya tak begitu jauh dari posisi pulau Cipir. Itulah sebabnya kolonial Belanda membangun dermaga penghubung dari pulau Cipir ke pulau Onrust. Meski kini dermaga dan jembatan penghubung tersebut tidak lagi berfungsi.

Memasuki pulau Cipir, saya langsung takjub dengan reruntuhan bangunan tua dengan pepohonan hijau menjulang, diantara beberapa rumah warga yang mendiami pulau sekaligus bertugas mengurus kebersihan dan kelestarian lingkungan pulau Cipir. Saya langsung mendekat ke beberapa sudut bangunan tua yang menyisakan puing dengan suasana lembab di beberapa dinding  bangunan. Tergambar bentuk rumah sakit dan asrama haji yang dahulu pernah berdiri kokoh di kawasan pulau Cipir.

makam makan belanda di dalam kawasan pulau Ornust

Setelah menyambangi Cipir yang penuh nilai sejarah, kami diajak bertandang ke pulau Onrust.
Nilai sejarah di pulau Onrust tak kalah menarik dengan pulau Cipir. Pulau yang berjuluk ‘pulau yang tak pernah tidur’ ini menjadi pusat keramaian di bagian pesisir Jakarta pada zaman Belanda. Jejak keramaian dan ragam aktivitas di jaman Belanda itu masih membekas melalui puing puing bangunan yang tersisa memenuhi lahan huni diantara jalur kendaraan dan pejalan kaki.

Ketika pemandu menuturkan soal pulau Onrust, saya dan Bernavita langsung bergegas mendatangi beberapa sudut pulau Onrust untuk mengabadikan puing puing kejayaan bangunan masa lampau lengkap dengan makam belanda yang berada di sudut pulau.

….Soal Pulau Bidadari, Cipir dan Onrust, kelak akan saya uraikan dalam ulasan tersendiri, mengingat letak kedua pulau tersebut – Cipir dan Onrust berdekatan dengan kisah yang saling bertautan.




Meski cuaca siang semakin terik dan kunjungan pulau demi pulau mendatangkan letih,  tapi semangat kami  menuntaskan kunjungan pulau tetap terpelihara. Walau rasa lapar menghadang, kami masih antusias melanjutkan kunjungan ke pulau Kelor sebagai jadwal kunjungan terakhir sebelum makan siang dimulai.

Hamparan pulau Kelor telah nampak dari kejauhan. Pulau yang tidak begitu luas ini semakin kontras dengan bangunan benteng Martello yang menjulang di bibir pulau. Bentuk benteng melingkar merupakan jenis yang sama dengan benteng yang terdapat dalam kawasan pulau Bidadari. Selain benteng Martello, dalam pulau Kelor juga terdapat galangan kapal yang dibangun VOC untuk menghadapi serangan Portugis di abad ke 17. Di sini juga terdapat kuburan Kapal Tujuh atau Sevent Provincien serta awak kapal berbangsa Indonesia yang memberontak dan akhirnya gugur di tangan Belanda.

 


Lagi lagi saya merasakan getaran magis ketika mendekatkan diri pada bangunan benteng. Sayapun tak banyak mengabadikan diri dalam kawasan pulau Kelor. Selain merasa mual akibat merasakan getaran magis, rasa lapar yang saya rasa semakin kuat.  Nasi mana nasi?!!...
 
kawasan pulau Untung Jawa


BERSANTAP DI UNTUNG JAWA

Aktivitas masyarakat perkampungan nelayan jelas terlihat ketika saya dan teman teman perjalanan tiba di pulau Untung Jawa.
Untung Jawa?, unik ya penyebutannya, hehehehe.
Saat Indonesia dikuasai Hindia Belanda, pulau-pulau di wilayah pulau Untung Jawa sudah dikuasai oleh orang-orang pribumi yang berasal dari daratan Pulau Jawa. Itulah sebabnya  Untung Jawa jadi nama pulau.  
Pulau “Untung Jawa”  memiliki arti keberuntungan bagi orang orang dari daratan pulau Jawa yang mendiami pulau saat itu.


Kami bergegas menuju gedung terbuka yang letaknya dekat dengan rumah warga. Ternyata hidangan lezat beragam pilihan sayur dan lauk pauk terhidang di meja prasmanan. Sebagai pendatang pertama, saya dan Bernavita (lagi lagi kami berdua jadi yang pertama sampai ditempat) tanpa sungkan mengambil hidangan terlebih disilakan oleh ibu ibu yang menyambut kedatangan kami. – selain faktor lapar maksimal!!!.hahaha.

Jangan tanyakan soal rasa pada hidangan yang tersaji. Nikmatnya luar biasa. Bukan karena saya merasa lapar, tapi memang masakannya lezat. Lauk pauk yang terdiri dari ayam, ikan, udang, cumi hingga sop ikan tersaji memikat. Lengkap!!. Hingga saya tak sungkan untuk nambah! Hahahaha… bahkan saya berhasil menghabiskan 4 gelas es dugan yang terhidang!. Lapar dan Rakus jadi satu yaa!!! Hahahahhaha.

kuliner lezat di Untung Jawa
Usai santap siang, kami diajak untuk mengitari bagian belakang pulau Untung Jawa yang menyajikan hamparan hutan Mangrove yang telah ditata pijakan  beton untuk pejalan kaki yang terhubung pada dermaga kapal nelayan di ujung hutan Mangrove. Namanya juga pejalan, tak lengkap rasanya jika tidak mengabadikan diri meski dalam hutan mangrove sekalipun. Jadilah photo photo narsis plus beberapa kali pengambilan video mannequin callenge yang tak pernah berhasil akibat kehadiran bebunyian yang tak hanya mengganggu tapi juga berbau!!. Brooott!!!. Bubaaarrr!!!!




Hari semakin petang, kami pun di boyong menuju  home stay setelah sepanjang siang bertandang kebeberapa pulau lengkap dengan hal hal seru dan menyenangkan. Pulau Untung Jawa memang layak dikunjungi bukan hanya sekedar pesona bahari semata tetapi juga aktivitas warga yang menarik lengkap dengan pilihan kuliner lezat. Tak salah bila kemudian pulau Untung Jawa menjadi desa wisata nelayan dan destiasi wisata dengan fasilitas permainan pantai yang memadai.


MENIKMATI MALAM PULAU HARAPAN

Sore yang tenang menyambut kedatangan kami di pulau Harapan. Meski gelombang laut cukup kencang menghadang selama pelayaran dari pulau Untung Jawa menuju Pulau Harapan.  Sebagai pulau yang didiami masyarakat nelayan,  pulau Harapan terbilang hunian ramai dengan karakter masyarakat pulau yang ramah dan terbuka pada kehadiran pendatang.  Hal ini terlihat sejak kami tiba di gerbang utama pulau hingga lorong jalan yang kami lalui menuju home stay

gerbang utama memasuki pemukiman warga Pulau Harapan

Rumah warga yang saya dan teman teman blogger tempati sebagai home stay terletak persis di bibir pulau hingga bagian belakang rumah berhadapan langsung dengan hamparan pulau.  Beranda yang menghadap bentangan pantai seolah jadi tempat kumpul santai dan bercerita banyak hal antar personal hingga ragam kelakar.





Malam datang terasa cepat. Secepat persiapan saya dan teman teman yang diarahkan oleh panitia untuk mengikuti makan malam yang telah terhidang disalah satu rumah warga. Ternyata malam itu panitia menyiapkan hidangan prasmanan di halaman terbuka. Suasana kebersamaan segera tercipta. Terlebih orgen tunggal dan perangkap musik penunjang lainnya telah disiapkan. – kebayang joged bareng akan jadi sarana seseruan, nih!

Seusai makan, ibu Neneng mengambil alih suasana dengan menyampaikan perkenalan Pulau Harapan lengkap dengan peta administratif Kepulauan Seribu. Sungguh pandai Ibu Neneng menghidupkan suasana. Saya pun terhibur dengan penjelasan Ibu Neneng.  Sama terhiburnya  ketika penyanyi dangdut tampil dengan kata kata tambahan yang tak beraturan. –sontak saya teringat dengan ulah biduan yang mengucap kata ‘Shebookk’ atau ‘Chebboooxxx’, hahahhahaha.
Tidaklah kehadiran penyanyi dangdut pulau Harapan menjadi soal, hingga sajian ikan bakar terhidang menjadi sesi barbeque menambah akrab suasana.

Jelajah pulau sepanjang siang sangat menyenangkan. Dan saya menikmatinya, tanpa perlu saya pertanyakan ‘buat apa acara ini digelar?’, karena sudah jelas, sebagai penyuka wisata bahari atau pun sebagai pihak yang (katanya) peduli terhadap kelestarian dan kebersihan lingkungan, mendatangi pulau pulau dalam wilayah Kepulauan Seribu adalah wujud memahami lingkungan secara langsung. Siapapun kita, apapun jabatan kita, orang biasa  seperti saya, artis ternama atau road manager artis idola, bukanlah pekara, tapi sejauh apa tindakan langsung untuk mendukung upaya promosi wisata bahari dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Seribu.

Dipenghujung malam, saya berdo’a agar keesokan harinya saya diberi kesehatan dengan jadwal kunjungan ke pulau pulau yang tentu akan lebih menyenangkan dengan kegiatan snorkeling. Aaahh….perut kenyang dengan makan ikan bakar bersama di home stay.  Mari tidur dulu tanpa perlu mengajukan pertanyaan “Jadi acara ini buat apa, ya bu?”. Hah!!.

BERSAMBUNG … biar penasaran sama lanjutannya.

11 komentar :

  1. Baca ini perasaan gue campur aduk, dari takjub karena lihat biawak segede anak komodo dan kecantikan rusa tutul, lalu terbit liur lihat udang segar gede2 nan lezat itu, sampai perasaan bungah melihat keindahan kelor dan martello serta sejarah di setiap pulau.
    Semua menjadi klimaks saat melihat foto icha saat brooot di mannequin challange. Ah.... Kangen kaliaaaaaan. Makasih Sudin Budpar Kep. Seribu!

    BalasHapus
  2. Looohhhh saya gak tau kalau ada rusa totolnya. Sayang banget kelewat.

    BalasHapus
  3. Haha...gini kak, saya ini kan road manager, jadi saya perlu tau, acara kakak ini tujuannya apa? Kira2 kakak-kakak pada nyampah nggak? Jangan lupa ya kak, sampahnya bawa pulang ke Jakarta jangan tinggalin di pulau. Oooyeeaaahh!

    BalasHapus
  4. Ditunggu lanjutannya, eh jadi gimana soaall, manequin chalengge itu...hihihi 😊 masih kah peristiwaa itu tersambung kembali?

    BalasHapus
  5. FANAAAAAAAAA....
    FANAAAAAAAAAAAAAAAAA BANGETTTTTTTTTTTTTTT.


    JADI BUAT APA ACARANYA DI GELAR?
    JADI UDAH BERAPA KALI BIKIN MANIKINCELENS?
    UDAH BERAPA KALI DENGER BUNYI ANEH BROT BROT?

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkkw video yang gak guna yaaa ada sound yang menggangguuuuuu

      Hapus
  6. Ah seru acaranya y om.. Sayang aku ndak bisa ikutan ksana..

    BalasHapus
    Balasan
    1. next ikutan yaaaa....indonesia corner akan rajin buat trip yang bisa kita ikuti heheheheh

      Hapus
  7. Haiii uang masuk 40rb tetap yes jadi trending topik :D

    BalasHapus
  8. Gak bakal pernah lupa keseruan bersama kalian genks... :D

    BalasHapus

Scroll To Top