Siapa
yang tak mengenal Tapis ?. Bila ada yang tak mengenal Tapis, saya yakin yang di
tonton hanya sinetron dan serial turki masa kini saja. Oopss. Tidak bermaksud nyinyir
yaaa, hehehe… Tapis yang
merupakan seni sulam benang emas pada kain berserat tersebut, saat ini bukan sesuatu yang asing layaknya limapuluh
tahun silam. Kini, kain Tapis tak lagi sekedar selembar kain yang digunakan
pada acara acara adat atau pertemuan sakral dalam kehidupan masyarakat Lampung
saja. Lebih dari itu, kain Tapis kini bermetamorphosa dalam karya busana yang
menawan, dipakai dalam setiap kesempatan, dikenakan oleh beragam kalangan,
mulai dari pelajar, pekerja kantoran, peragawati hingga jawara kontes
kecantikan dan ketampanan dalam skala nasional dan internasional. Bahkan tapis
telah terimplementasi dalam t-shirt santai yang dapat dikenakan dalam aktivitas
sehari-hari.
merangkai benang hingga menjadi kain tenun bernama Tapis - photo by Kevin Addict
Demikianlah
pergerakan wujud dan fungsi dari kain Tapis. Sebuah kain dengan nilai budaya
dan kandungan filosophi dari setiap ragam corak dan warna menjadi sebuah kekayaan
yang merebak di beragam kalangan. Tak hanya menjadi identitas masyarakat
Lampung saja, tetapi telah digemari oleh beragam kalangan dinusantara bahkan
mancanegara.
salah satu motif tapis kreasi - photo by Kevin Addict
RAGAM KREASI TAPIS DI NEGERI KATON
Bicara
soal Tapis, di Lampung – sebagai kawasan asal muasal kain Tapis, terdapat
beragam pengerajin kain tapis. Mulai
dari bisnis berbasis home industry
hingga usaha pembuatan kain tapis dalam skala besar. Nah, di kabupaten
Pesawaran terdapat sebuah desa yang
sebagian besar ibu ibu dalam suatu desa tersebut menggeluti usaha pembuatan
kain tapis. Desa Negeri Katon namanya – jadi ingat lagu Negeri Diawan-nya Katon
Bagaskara ya?, heheheh.
Menuju
ke desa Negri Katon tidaklah sulit.Cukup
berkendara menuju pusat kabupaten Pesawaran yang jarak tempuhnya sekitar 1,5 jam dari kota Bandar Lampung. Meski belum tersedia
angkutan umum menuju desa Negeri Katon, tapi akses jalan raya menuju Negeri
Katon terbilang baik.
Ibu Diah - salah satu pengerajin Sulam Tapis di Negeri Katon - photo by kevin Addict
Memasuki
desa Negeri Katon, tak ubahnya seperti desa desa lain dalam kawasan provinsi
Lampung. Rumah rumah sederhana berjajar rapih di kiri dan kanan jalan utama.
Tanaman hijau nan rimbun nyaris menghias di setiap halaman rumah yang luas.
Suasana asri langsung terasa. Terlebih ketika kita berpapasan dengan warga
setempat. Keramahtamhan langsung terasa. Bagi pengunjung yang suka menyimak
bahasa lampung asli, di desa Negeri Katon akan mudah menjumpai warga bertutur
sapa dengan bahasa Lampung pepadun. Kalaupun menggunakan bahasa Indonesia,
pastilah logat asli suku Lampung Pepadun terasa lekat.
menyimak aktivitas Ibu Ibu Pengerajin Tapis di Negeri Katon - photo by Kevin Addict
Setiap
rumah dalam kawasan desa Negeri Katon mengerjakan pembuatan sulam tapis.
Aktivitas menapis atau menyulam tapis pada umumnya dilakukan oleh ibu ibu atau
remaja puteri. Bapak bapak atau pria dewasa cenderung melakukan aktivitas
bercocok tanam di kebun. Tapis yang
dibuat oleh ibu ibu di Negeri Katon tak hanya sebatas kain atau selendang saja,
tetapi merambah pada kerajinan tangan lainnya. Mulai dari taplak meja, hiasan
dinding, tutup dan tatakan gelas hingga dompet, kerudung dan juga busana
muslim. Melihat langsung ibu ibu duduk tekun menapis di beranda rumah bagai melihat wanita masa kini yang pandai memanfaatkan waktu produktif mereka sembari melestarikan nilai luhur masyarakat Lampung. "Saya sudah mulai napis sejak tahun 84" ucap seorang ibu yang saya tanyai soal aktivitasnya menenun tapis. "Kalau urusan rumah beres dan anak anak sekolah, kami mulai menapis, sambil nunggu anak dan suami pulang." sambung sang Ibu yang tak sungkan mengajari teman teman saya yang ingin belajar langsung menyulam tapis.
Ibu Diah - mengajari menyulam tapis - photo by Kevin Addict
Kreatifitas
ibu ibu Negeri Katon memang patut diacungi jempol. Ketekunan mereka dalam
menenun, menyulam satu persatu benang emas pada kain serat hingga terwujudlah
menjadi sebuah kain dan selendang yang pengerjaannya dapat memakan waktu 1
sampai 2 bulan. Soal harga, tapis hasil
olahan desa Negeri Katon cukup terjangkau dibanding harga dipasaran atau bahkan
yang telah masuk toko dan butik mewah di tengah kota. Sebagai contoh, untuk
sehelai selendang dengan sulaman tapis berkualitas dibandrol dari harga Rp.100.000,- nilai yang lebih rendah dengan
kualitas baik ketimbang harga di pasaran.
Selain itu, membeli kerajinan tapis dan hasil olahan tangan ibu ibu di desa
Negeri Katon merupakan upaya pengunjung membantu perekonomian masyarakat
setempat.
bercengkrama di beranda - menenun tapis dengan ketekunan
INSTA CULTURE MEET WITH NAFOURA KURMA
WATER
Berada
di desa Negeri Katon – kecamatan Negeri Katon – kabupaten Pesawaran memberi banyak
inspirasi sekaligus sumber pengetahuan seputar pembuatan tapis yang berbasis home industry.Saya beruntung dapat tandang ke Negeri Katon bersama beberapa
teman penggiat media sosial dan blogger
Lampung. Kunjungan kami disepanjang Sabtu siang itu difasilitasi oleh NafouraKurma Water– minuman siap saji pertama di Indonesia yang berbahan dasar buah
kurma.
Kurma Water dan Keluhuran Budaya Lampung - Tapis Lampung - photo by Kevin Addict
Buah
Kurma memberikan manfaat sangat baik bagi kesehatan. Kurma juga merupakan
sumber antioksidan, juga mengandung zat besi tinggi yang baik bagi penderita
anemia. Selain itu kandungan kalium nya yang tinggi mampu mengurangi resiko
penyakit stroke dan jantung. Dengan beragam manfaat dari buah Kurma, masyarakat
dapat memperoleh manfaat dari buah kurma tersebut dari Kurma Water. Karena sebotol
Kurma Water mengandung 3 ekstrak kurma terbaik yang akan melindungi kesehatan
tubuh dari beragam serangan radikal bebas ketika beraktivitas diluar rumah.
A post shared by Kurma Water Indonesia (@kurmawaterid) on
Kurma
Water juga peduli pada kelestarian nilai seni budaya daerah. Itulah sebabnya, kunjungan
ke Negeri Katon terlaksana. Dengan tajuk Insta Culture Meet with Nafoura Kurma
Water – yang diikuti oleh para social media influencer dan blogger di Lampung
diharapkan gelaran ini mampu menyebarluaskan nilai nilai budaya daerah Lampung –
khususnya seni dan nilai sakral dari kain Tapis Lampung. Beruntung, saat berada di desa Negeri Katon,
saya dan teman teman di ajak melihat langsung pembuatan Tapis dan beragam
kerajinan tangan lainnya di beberapa rumah yang ada di dalam desa Negeri Katon.
photo bersama di Negeri Katon - photo by Kevin Addict
saya dalam group REMBESAN di depan salah satu rumah warga di Negeri Katon
A post shared by TAPIS LAMPUNG, IND (@tapsinlampung) on
Kegiatan
seru yang dilaksanakan sepanjang siang hingga malam pada Sabtu tersebut, selain
di isi dengan Kunjungan ke Negeri Katon di Pesawaran juga di isi dengan
perkenalan Nafoura Kurma Water oleh bapak Deny Liaw selaku Direktur Nafoura
Kurma Water. Tak hanya itu, ada pula pemaparan wirausahawan muda Lampung yang
mengangkat tapis menjadi lebih stylish – Ecca – salah satu owner dan founder brand Taps in Lampung. Meski saya belum beruntung di sesi doorprize karena saat posting photo contest di Instagram ponsel saya tetiba hang, hahahah. Tapi semoga Kurma Water selalu berkenan menjadi
bagian dari pelestarian nilai seni budaya daerah melalui kegiatan kegiatan yang
bersinggungan langsung dengan masyarakat.
lihat postingan kaya gini makin kangen mudik dan merasa bersalah. Tempat lain dipromosikan habis2an eh tanah kelahiran sendiri nggak pernah ditulis. Udah berapa lama nggak nulis lampung ?
mba Indah....kalo ke Lampung kabari aku nanti tak ajak tempat tempat kece dan dekat jangkauan.... kalo aku samperin mba Indah ke USA kan gak mungkin hahahahah
@Keliling Lampung & Mba Rahma...yesss kita kesana bareng yaa hehehe. aku aja gak bosen kalo harus kesana lagi..... tempatnya asik. kemarin masih terasa kurang lama eksplore nya...
lihat postingan kaya gini makin kangen mudik dan merasa bersalah. Tempat lain dipromosikan habis2an eh tanah kelahiran sendiri nggak pernah ditulis. Udah berapa lama nggak nulis lampung ?
BalasHapuscantik banget tapisnya! Aku belum pernah ke sini nih, Indra..segera kalau ada kesempatan yaaaa
BalasHapusmas Danan...ayooo ke Lampung...aku undang tgl 22 April yok.... ada event kece...joint yaaa....
BalasHapusmba Indah....kalo ke Lampung kabari aku nanti tak ajak tempat tempat kece dan dekat jangkauan.... kalo aku samperin mba Indah ke USA kan gak mungkin hahahahah
BalasHapuskurma water ini belum masuk ke palembang kayaknya bang. Aku tak sabar icip :D
BalasHapusWah,,
BalasHapussudah ke Negri Katon aja oom. kayaknya asik banget suasana dan cerita selama di situ.
Nunggu diajak om Yo kesini.
BalasHapusseru banget liat ibu-ibu kreatif.
@Deddy Huang...kudu coba deh...rasanya unik, segar dan berkhasiat buat tubuh kita....
BalasHapus@Keliling Lampung & Mba Rahma...yesss kita kesana bareng yaa hehehe. aku aja gak bosen kalo harus kesana lagi..... tempatnya asik. kemarin masih terasa kurang lama eksplore nya...
BalasHapuskeren bangeeet ya tempatnya..
BalasHapusmas minta alamat pembuatan tapisnya boleh ? saya ingin melihat lihat langsung bagaimana cara pembuatan tapisnya
BalasHapus